Kefamenanu, Vox NTT-Bupati TTU, Raymundus Sau Fernandes memiliki tekad besar untuk menghadirkan lokasi agrowisata pertama di Pulau Timor.
Tekad dan impian besar Bupati TTU 2 periode tersebut sudah mulai dilaksanakannya. Lokasinya terletak di bukit bebatuan di kampung Lulu, kelurahan Tubuhue, Kecamatan Kota Kefamenanu, NTT.
VoxNtt.com berkesempatan mengunjungi lokasi kebun impian itu Sabtu (27/06/2020). Dari pinggir jalan umum, jaraknya sekitar 500 meter.
Menuju ke lokasi kebun yang luasnya sekitar 20 hektar lebih tersebut, dengan mudah dijangkau menggunakan kendaraan roda dua dan empat.
Saat tiba di lokasi kebun, crew VoxNtt.com seperti terhipnotis dengan pemandangan alam yang memukau. Di bagian kaki bukit mata pengunjung langsung disajikan dengan beragam tanaman yang sudah mulai menghijau.
Di sana ada pohon buah lengkeng, buah naga, anggur dan pepaya california, pohon ara dan asam manis, jambu dan jeruk.
Selain itu ada juga tanaman jagung, sayuran, Lombok dan beragam tanaman hortikultura lainnya.
Sungguh pemandangan yang sangat menakjubkan ketika melihat rimbunnya pepohonan tersebut di atas hamparan bukit berbatu.
Bupati Raymundus yang saat itu sedang bekerja di kebun, mengaku konsep awal mengolah lahan tersebut yakni untuk pengembangan kebun terpadu. Belakangan barulah ia terinspirasi untuk mengembangkan lahan itu menjadi destinasi agrowisata.
Ia pun menjelaskan, bagian lembah dari bukit itu akan ditanami tanaman buah dan hortikultura. Sementara pada bagian belakang bukit akan dibuat kolam renang dan water boom.
“Sementara saya masih usahakan bor air dulu, biar bisa buat kolam renang, kemudian di samping kanan akan kita jadikan lokasi pesta taman jadi nanti ada tenda yang bisa bongkar pasang,” tuturnya.
Ketua DPW Partai Nasdem NTT itu menambahkan, para pengunjung yang ingin ke sana, nantinya harus memarkir kendaraan pada pintu gerbang.
Kemudian membayar karcis, lalu bisa masuk ke lokasi agrowisata dengan berjalan kaki atau menyewa kereta kuda yang akan disiapkan.
Setibanya dalam kebun, tuturnya, pengunjung bisa bebas menikmati buah-buahan yang tersedia.
Sementara bagi yang ingin membawa pulang buah, bisa langsung memetik pada pohonnya, ditimbang di pintu gerbang dan membayar sesuai harga buah per kg.
“Nanti di bagian puncak bukit itu bisa jadi tempat pengunjung untuk duduk bersantai,” ujarnya sambil mengajak wartawan VoxNtt.com berjalan mengelilingi kebun.
Awal Pengembangan Kebun Lokasi Agrowisata
Bupati Raymundus menuturkan, lokasi tersebut dibelinya dari masyarakat setempat dengan menukar dengan sapi pada tahun 2002.
Pada awalnya, lokasi tersebut dijadikan sebagai tempat pengembangan ternak kambing miliknya.
Namun lantaran hewan itu sering keluar dan merusak tanaman milik masyarakat, akhirnya peternakan kambing tersebut dipindahkan ke desa Haulasi, kecamatan Miomafo Barat. Lokasi tanah tersebut pun digunakan untuk menanam pohon Cendana.
Sayangnya, dari 7 ribu pohon yang ditanam hanya sedikit yang berhasil tumbuh.
“Kemudian saya tanam pohon Jabon lagi tapi dari 65 ribu pohon yang tumbuh hanya 117 pohon,” jelasnya.
Bupati Ray tak lekas putus asa. Ia terus mencari cara agar lahan kritis tersebut bisa ditanami tanaman. Ia berpinsip, bukan lahannya yang tidur tetapi manusia. Selama manusia memiliki akal dan tidak malas-malasan, pasti ada jalan untuk menaklukan lahan tidur.
Pada bulan Maret 2020, di tengah amukan pandemi Covid-19, gencar himbauan untuk bekerja dari rumah. Situasi pandemi ini mendorongnya untuk mengolah lahan berbatu tersebut untuk mewujudkan ‘taman impian’.
Lantaran tanah tersebut penuh bebatuan, akhirnya ia mencoba menggunakan ekscavator untuk membuat terasering. Hasilnya memang terbukti jitu.
Bupati Raymundus mengaku menggunakan pupuk kompos yang dibuatnya sendiri pada lokasi berbeda agar menyuburkan tanah tersebut.
“Kalau untuk air masih pakai tangki, jadi nanti tangki bawa air masukkan di fiber yang ada di bagian atas,” ujarnya.
Motivasi Kaum Muda
Niat bupati Ray membangun taman impian itu bukan tanpa alasan.
Sebagai bupati ia sadar bahwa selama ini banyak petani yang menyerah dengan lahan tidur, menjual tanah, lalu pergi merantau ke luar daerah dan luar negeri.
Menurutnya, masyarakat khususnya kaum muda tidak bisa percaya kalau hanya sekadar himbauan, tetapi harus melihat bukti nyata baru percaya. Untuk itulah ia mencoba mengolah bukti berbatu menjadi tanah yang subur dan menjanjikan.
Menurutnya, lahan tidur di kabupaten TTU apabila dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat terutama kaum muda maka bisa memberikan pendapatan yang besar.
“Banyak orang memandang lahan tidur itu tidak berpotensi, saya mau bilang di sini kalau semua lahan itu sama tergantung bagaimana cara kita mengolah itu yang menentukan hasilnya nanti,” tandasnya. (VoN).