Vox NTT- Pemerintahan Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo membayar influencer mencapai angka Rp 90,45 dari tahun 2014 hingga 2019.
Hal itu diungkapkan Peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Egi Primayogha. Angka dan data tersebut diambil ICW dari Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE).
Egi mengatakan ICW menggunakan kata kunci influencer dan key opinion leader di LPSE sejak awal era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Hasilnya terdapat jumlah paket pengadaan mencapai 40 dengan kata kunci tersebut.
“Anggarannya mencapai Rp 90,45 miliar. Anggaran belanja bagi mereka (influencer) semakin marak setelah 2017, mulai ada sejak itu. Hingga akhirnya meningkat di tahun-tahun berikutnya,” ujar Egi dalam diskusi Kamis (20/08/2020), sebagaimana dilansir Tempo.co.
Baca Juga: Prahara Kapal Sang Menteri
Umumnya, kata dia, total anggaran belanja pemerintah pusat terkait aktivitas digital mencapai Rp 1,29 triliun sejak 2014.
Kenaikan signifikan terjadi dari 2016 ke 2017. Pada 2016, anggaran untuk aktivitas digital hanya Rp 606 juta untuk 1 paket pengadaan saja.
Namun pada 2017, angka paketnya melonjak menjadi 24 dengan total anggaran Rp 535,9 miliar.
“Karena kami tak lihat dokumen anggaran, dan LPSE itu terbatas, maka tak menutup kemungkinan ini secara jumlah sebenarnya lebih besar. Bisa jadi lebih besar dari Rp 1,29 triliun, apalagi jika ditambah pemerintah daerah,” kata Egi.
Dari data tersebut, Egi mengatakan instansi yang paling banyak melakukan aktivitas digital adalah Kementerian Pariwisata dengan pengadaan 44 paket.
Disusul oleh Kementerian Keuangan dengan 17 paket. Kemudian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan 14 paket.
Namun yang unik, anggaran terbesar untuk aktivitas digital justru adalah Kepolisian RI.
“Meski sedikit secara jumlah paket pengadaannya (12 paket) dibanding Kementerian Pariwisata, namun nilai pengadaan mencapai Rp 937 miliar,” ujar Egi.
Dari temuan ini, Egi mengatakan ICW membuat sejumlah catatan. Salah satunya adalah pemerintah telah dan akan menggelontorkan anggaran publik terkait dengan aktivitas digital. Apalagi beberapa paket pengadaan masih berjalan hingga saat ini.
“Dari situ nampak Jokowi tak percaya diri dengan program-programnya sehingga perlu menggelontorkan dana untuk influencer,” ujar Egi.
Sumber: Tempo.co