Ruteng, Vox NTT- Direktur Utama Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOP-LBF) Shana Fatina menyatakan, ke depan pariwisata di Labuan Bajo akan menjadi jantung bagai Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk mamasok produk-produk lokal.
”Sudah saatnya menyiapkan produk-produk olahan sendiri dengan kualitas baik untuk mendukung Labuan Bajo sebagai destinasi super premium,” kata Shana saat menyampaikan sambutan saat pelatihan ‘branding’ dan ‘packaging’ bagi para pelaku industri rumah tangga di Hotel Puri Sari Beach, Labuan Bajo, Kamis (27/08/2020).
Baca: BOP-LBF Gelar Pelatihan Potong Daging
Dalam kesempatan tersebut, ia mengajak seluruh peserta pelatihan untuk fokus terhadap pengembangan industri kuliner lokal.
Peserta juga diharapkan untuk beradaptasi dengan membangun usaha makanan siap saji, dimulai dari pengolahan menggunakan bahan baku lokal Flores, hingga menyiapkan ‘brand’ yang kuat agar siap menjadi cinderamata atau oleh-oleh khas Flores khususnya Kabupaten Manggarai Barat.
Para pelaku UMKM harus memastikan bahwa produk-produk kuliner yang dijual tersertifikasi.
Selain itu, Shana juga berharap melalui pelatihan ini nantinya tercipta pengusaha-pengusaha baru di bidang industri kuliner makanan siap saji terutama yang mengusung tema kearifan lokal Manggarai Barat.
“Penguatan SDM menjadi salah satu fokus arahan Presiden, saya berharap melalui pelatihan-pelatihan yang telah dan akan BOP-LBF laksanakan untuk menunjang dan mempekuat SDM ini bisa makin menciptakan dan melahirkan pengusaha lokal yang mumpuni di industri ini. Kita akan terus dampingi dan kawal,” tegas Shana.
Sementara itu, Kepala Seksi Alkes Bidang Sumber Daya Kesehatan Dafrosa Mariana Wela Pau, menegaskan pentingnya mencantumkan nomor dan sertifikasi Produksi Pangan Industri Rumah Tangga (PPIRT) untuk para pelaku kuliner di Kabupaten Manggarai Barat.
“Selain ‘brand’ yang kuat dan packaging yang menarik, nomor dan sertifikasi PPIRT juga merupakan hal penting yang harus diperhatikan para pelaku kuliner di Manggarai Barat. Ini penting, sehingga menjamin keberlangsungan para pelaku kuliner untuk terus mengembangkan usaha kulinernya terutama bisa mempermudah mereka untuk memasarkan produknya di swalayan atau toko-toko besar,” ungkap Dafrosa.
Dafrosa juga menyampaikan bahwa untuk mengurus PPIRT tidak dipungut biaya dan tidak butuh persyaratan yang rumit.
Itu seperti persyaratan bahwa produsen harus memiliki alat produksi yang canggih, karena PPIRT lebih kepada jaminan sertifikasi bagi industri rumah tangga.
“Dasar sertifikasi PPIRT bukan soal apakah produsen kuliner menggunakan alat yang canggih dalam proses produksinya, tetapi lebih kepada bahwa industri memang dilaksanakan dengan kapasitas rumah tangga. Cukup alat manual dan semi manual saja dan proses produksi yang memenuhi standar kebersihan dan kelayakan sudah bisa mengurus PPIRT,” jelas Dafrosa.
Pelatihan kembali menghadirkan Chef Michael sebagai pemateri. Dalam paparannya Chef Michael menegaskan mengenai kekuatan ‘branding’ dan ‘packaging’ (pengemasan) produk kuliner.
Ia menekankan bagaimana ‘branding’ dan ‘packaging’ yang bagus dan menarik dapat membuat wisatawan lebih tertarik untuk membeli suatu produk.
“Branding adalah identitas produk kita! Branding sangat penting dan diperlukan untuk memudahkan pemasaran produk kita sendiri. Kalau kita punya branding dan packaging yang bagus, itu akan menarik para wisatawan untuk membeli produk kita,” kata Chef Michael.
Pelatihan ‘packaging’ dan ‘branding’ ini sendiri merupakan rangkaian dari pelatihan ‘Pengolahan Makanan Siap Saji’ yang BOPLBF lakukan pada Rabu (26/08) lalu.
Baca: BOP-LBF Latih Warga Latih Warga Mabar Olah Makanan Cepat Saji
Dari rangkaian pelatihan ini nantinya, BOP-LBF akan melakukan perekrutan untuk melaksanakan program inkubasi sebagai tindak lanjut dari pelatihan penguatan SDM. Nanti akan diproyeksikan menjadi pengusaha industri kuliner bagi Kabupaten Manggari Barat.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba