Ruteng, Vox NTT-Ketika hari sudah pagi, Muhamad Nurdin (26) pamit dari rumahnya. Rutinitas ini selalu dilakukannya setiap pagi hari. Profesinya sebagai instalatir listrik.
“Iyo, hia (Nurdin) mai ce main setiap ngo kantor. Star gula-gula biasan hia,” kata Hermanus Jampur, mertua Nurdin dalam bahasa daerah Manggarai, Selasa (01/09/2020).
(Ya, dia (Nurdin) dari sini setiap pergi kantor. Biasanya dia star pagi-pagi).
Pria asal Aeteke, Desa Hoba Tua, Kecamatan Lio Timur, Kabupaten Ende ini tinggal bersama keluarganya di Rejeng, Desa Bangka Lelak, Kecamatan Lelak, Kabupaten Manggarai.
Dia memiliki seorang istri dan telah dikaruniai tiga orang anak. Mereka tinggal berlima di dalam rumah kontrakan tersebut.
Istrinya bernama Elfira Muliyati (30). Dia berprofesi sebagai seorang ibu rumah tangga (IRT). Sedangkan anak-anak mereka yang tiga orang itu masing-masing berumur 13, 07 dan 06 tahun.
Dari ketiga buah hatinya ini, hanya si bungsu yang belum bersekolah. Hal itu dikarenakan usianya yang masih 06 tahun dan belum pas masuk sekolah. Sedangkan yang sulung sudah menduduki kelas 01 SMP dan yang kedua di kelas 01 SD.
Nurdin menghidupi keluarganya dengan bekerja sebagai instalatir listrik di CV Antar Kita Grup, sebuah perusahaan yang beralamat di Bahong, Desa Poco Likang, Kecamatan Ruteng.
Berkat kerja kerasnya, dia mampu membiayai kehidupan keluarga termasuk membiayai kontrakan tempat mereka tinggal di Rejeng.
Hari ini, Selasa (01/09/2020), Nurdin pun kembali melakukan hal yang sama. Nurdin pamit dengan keluarganya untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai instalatir.
Nurdin pergi untuk memasang kabel listrik di Maras, Desa Belang Turi, Kecamatan Ruteng, Manggarai.
Kepergian Nurdin di Desa Belang Turi didampingi oleh teman sekantornya, Riseltus Jan.
Sekitar pukul 09.00 Wita, Nurdin mulai memasang kabel listrik. Nurdin memanjat tiang listrik dengan bermodalkan tangga bambu dan sebuah kain yang kemudian diikatkannya ke punggung.
“Tanpa memakai sabuk-sabuk pengaman sebagai seorang karyawan. Dia hanya menggunakan kain batik dan pakai tiang bambu,” terang Kepala Desa Belang Turi, Elias Janggur.
Tangga bambu dan kain itu sebagai penyangga agar dia tidak jatuh ketika sudah berhasil memanjat tiang listrik.
Namun, kejadian tak terduga menimpa dirinya. Dia disetrum arus listrik hingga membuatnya tewas di atas tiang.
Warga seluruh Desa Belang Turi pun digegerkan dengan insiden tersebut.
Pada saat bersamaan, Kades Belang Turi masih mempersiapkan diri menuju kantor.
“Saya ditelepon oleh masyarakat. Mereka mengabarkan bahwa ada yang disetrum. Saya kaget,” kata Elias.
Situasi itu membuat ratusan warga tumpah ruah memenuhi jalan. Mereka menyaksikan Nurdin tergantung di sebuah tiang listrik. Isak tangis warga seketika merubah suasana menjadi pilu.
Pengakuan Kades Elias, Nurdin hendak memasang instalasi di 12 rumah warga di Desa Belang Turi.
“Ada 12 rumah warga Desa Belang Turi yang hendak memasang meteran listrik. Kemarin yang sudah terpasang ada 04 rumah. Dipasang oleh Nurdin,” terang Kades Elias.
Namun, niat Nurdin untuk membantu warga yang membutuhkan penerangan kini hanya tinggal kenangan.
Jasadnya lalu diturunkan oleh tim dari PLN Ruteng untuk dilarikan ke rumah sakit St. Rafael Cancar. Di sana dia divisum.
Setelah semuanya selesai, Nurdin dipulangkan ke rumah kontrakannya di Rejeng, Desa Bangka Lelak, Kecamatan Lelak, Manggarai.
Baca Juga: Kronologi Pria Tewas Tersetrum Listrik di Maras Ruteng
Kepulangan Nurdin bukan lagi seperti kepulangan di hari-hari sebelumnya. Kini, ia pulang dalam sebuah peti dengan dibalut kain kafan.
Situasi keluarga berubah menjadi duka karena seorang pria tiga orang anak itu pulang tanpa pamit.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba