Ruteng, Vox NTT- Dua pimpinan kecamatan (Pimcat) Partai Golkar Kabupaten Manggarai beralih dukungan pada Pilkada 9 Desember 2020.
Keduanya yakni Pimcat Satarmese Barat Adrianus Nompidura dan Pimcat Cibal Aven Janggang.
Adrianus dan Aven lebih memilih bergabung dengan tim pemenangan pasangan Deno Kamelus dan Victor Madur (Deno-Madur) pada Pilkada Manggarai 2020.
Padahal Partai Golkar sudah memberikan surat keputusan (SK) dukungan kepada pasangan Herybertus G.L Nabit dan Heribertus Ngabut (Hery-Heri). SK dukungan Golkar kepada Hery-Heri diberikan di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Pusat pada 30 Agustus 2020 lalu.
Adrianus sendiri mengatakan, dukungannya jatuh kepada pasangan Deno-Madur sebelum pelaksanaan musyawarah daerah (musda) Partai Golkar Kabupaten Manggarai pada 29 Juli 2020 lalu.
Kala itu, kata dia, Golkar Manggarai di bawah pimpinan Simprosa Rianasari Gandut memberikan ruang kepada para kader untuk membangun komunikasi politik dengan siapa saja dan dengan paket apa saja.
“Golkar saat itu belum menentukan arah dukungan dalam Pilkada Manggarai,” aku Adrianus kepada VoxNtt.com di Ruteng, Rabu (09/09/2020).
Atas arahan tersebut, mantan Ketua GMNI Cabang Manggarai itu kemudian memutuskan untuk membangun komunikasi politik dengan pasangan Deno-Madur.
Bahkan, dalam tim pemenangan pasangan incumbent itu, ia diberi kepercayaan menjadi juru kampanye (jurkam) relawan untuk tiga kecamatan di Satarmese Raya (Satarmese, Satarmese Barat, dan Satarmese Utara).
Adrianus menyatakan sulit untuk beralih dukungan ke paket Hery-Heri sesuai SK Partai Golkar. Sebab, ia telah lebih dulu bergabung dan bekerja memenangkan Deno-Madur di wilayahnya.
Selain, berlawanan dengan hati nuraninya untuk mengikuti arahan dukungan Partai Golkar, juga Adrianus membaca dengan matang dari sisi peluang dan karir politiknya ke depan di mata konstituen.
“Makanya saya sangat sesal Golkar terlambat menentukan arah dukungan. Sebagai bukti kecintaan saya terhadap Golkar saya sudah undur diri dari pimpinan kecamatan Satarmese Barat,” tegas Adrianus.
Ia menambahkan, pilihan politiknya jatuh kepada pasangan Deno-Madur sesuai suara hati nuraninya.
Sebab, Deno-Madur selama memimpin Manggarai dinilai Adrianus sangat bersih dan bebas dari korupsi. Apalagi jalan raya telah dibangun hingga ke kampung-kampung.
Rasio elektrifikasi di Manggarai pun meningkat hingga mencapai 97,41% pada semester 1 tahun 2020. Persentase ini menunjukkan peningkatan signifikan 45,19% dari tahun 2018 sebesar 52,22%.
Di bawah kepemimpinan Deno-Madur pun selama dua tahun berturut-turut mendapatkan opini pengelolaan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari BPK RI.
Senada dengan Adrianus, Pimcat Cibal Aven Janggang mengatakan, dirinya tidak sejalan dengan arah dukungan Partai Golkar dalam Pilkada Manggarai sesuai hati nuraninya.
“Saya mencintai Golkar bahkan saya sedikit memahami politik karena Golkar. Hal mendasar yang membuat saya beralih dukungan murni karena suara hati, bahwa bagi saya hal yang tidak bisa diintervensi dalam hidup saya adalah hati nurani dan itu sudah menjadi prinsip bagi saya,” ujar Aven.
Ia pun membeberkan alasan dirinya lebih memilih bergabung ke Deno-Madur, bukan ke Hery-Heri sesuai arah dukungan Partai Golkar.
Aven melihat Deno-Madur punya potensi yang luar biasa untuk membuat Manggarai menjadi lebih maju lagi pada lima tahun ke depan.
Alumnus Unika St. Paulus Ruteng itu juga memandang Deno-Madur punya rekam jejak atau track record yang jelas dalam memimpin.
Ia mengungkapkan Deno Kamelus sudah dua periode menjadi Wakil Bupati Manggarai dan satu periode menjadi Bupati. Sedangkan Victor Madur satu periode menjadi Wakil Bupati Manggarai. Dia adalah pensiunan birokrat yang paham akan tata kelola pemerintahan.
“Bagi saya DM ini adalah kolaborasi yang sangat luar biasa, punya pengalaman yang mumpuni mengelola pemerintahan, dan yang paling utama, mereka pasti sudah tahu dan memahami kebutuhan dan harapan-harapan masyarakat Manggarai,” tandas Aven.
Sementara itu, Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Manggarai Yoakim Y. Jehati menyatakan, Adrianus Nompidura dan Aven Janggang sudah dinonaktifkan dari Pimcat. Keduanya pun sudah diganti dari pimpinan partai tingkat kecamatan.
Menurut Anggota DPRD Manggarai itu, keputusan ini melalui rapat pleno DPD II Partai Golkar Kabupaten Manggarai pada 02 September 2020 lalu.
“Bahkan tidak hanya mereka, kami bakalan melakukan pergantian pada semua pimpinan kecamatan dan DPD II yang tidak sejalan dengan kebijakan partai untuk mendukung Hery-Heri,” ujar Yoakim.
Bukan Hal Baru
Beralihnya dukungan politik dari dua Pimcat Partai Golkar di Kabupaten Manggarai ini turut menyita perhatian dari Yohanes Jimmy Nami.
Pengamat politik asal Universitas Nusa Cendana Kupang itu menilai fenomena beralih dukungan dalam tubuh partai politik bukan hal baru.
“Dalam Pilkada biasanya memang lebih cair karena preferensi konstituen, lebih pada kandidat Cakada (calon kepala daerah),” kata Jimmy.
Ia mengatakan, kiblat partai politik sebagai institusi pada kandidat tertentu tidak serta merta memberikan garansi gerbong konstituennya akan patuh. Bisa saja pilihan politiknya beda dengan garis partai politik.
Dalam kasus Golkar misalnya, ada Pimcat yang beralih dukungan. Hal ini tentu saja punya kalkulasi politik tertentu, sehingga mengambil sikap yang berbeda dengan arah dukungan partai secara institusi.
Menurut Jimmy, domain besar terhadap penentuan Cakada yang diserahkan pada Dewan Pimpinan Pusat (DPP) partai politik memang seringkali menghadirkan anomali secara politis. Sehingga tidak jarang keputusan DPP partai tidak sejalan dengan keinginan akar rumput.
Sebab itu, kata dia, tidak heran jika pengurus partai pada level bawah mengalihkan dukungannya.
Penulis: Ardy Abba