Seba, Vox NTT– Kabupaten Sabu Raijua merupakan salah satu daerah otonomi baru. Sebagai daerah otonomi baru dituntut untuk lebih mandiri, baik dalam menjalankan pemerintahannya maupun dalam mendanai keuangan daerah.
Karena itu, setiap daerah harus mampu mengelolah dan mengembangkan potensi yang dimilikinya seperti sumber daya manusia (SDM), pengelolahan sumber daya alam, kemampuan mengelolah keuangan daerah, kondisi sosial budaya masyarakat, dan kemampuan manajemen.
Namun ironi justru terjadi dengan kabupaten Sabu Raijua, NTT. Selama dua tahun terakhir, pendapatan asli daerah (PAD) di kabupaten tersebut menurun.
Hal itu diungkapkan Deni Dadi Lado, Politisi Partai Demokrat yang juga merupakan ketua Komisi I DPRD Kabupaten Sabu Raijua tersebut, Jumat (11/9/2020).
“PAD Kabupaten Sabu Raijua dua tahun terakhir menurun’’ katanya.
Deny Lado yang merupakan pemuda asal Kecamatan Mesara ini, menjelaskan dengan menurunnya PAD di Kabupaten Sabu Raijua mengindikasikan tidak adanya kemampuan dari pemimpin untuk memajukan daerah.
“Saya sebagai dewan, sangat bersyukur karena masyarakat sudah membantu kami untuk berani mengkritisi kinerja dari pemerintah, misalnya di media sosial mereka sudah berani membahas dan menanyakan terkait PAD sabu yang terus menurun” katanya.
Lebih lanjut, Deny juga berharap agar kritikan tersebut tidak datang saat jelang pemilihan kepala daerah, tetapi selama daerah tersebut masih berdiri dan memiliki pemimpin harus dikritisi.
“Kan kritik itu cambuk untuk kita bergerak maju, intinya menyampaikan pendapat dan kritik harus sesuai etika dan norma yang berlaku” ujarnya.
Untuk Kabupaten Sabu Raijua sendiri, Denny mengungkapkan gambaran jumlah PAD yang terus menurun, di mana pada tahun 2017 sebesar 47.098.079.707,16 Rupiah, 2018 sebesar 33.673.967.174,86 Rupiah dan tahun 2019 sebesar 31.542.482.468,10 Rupiah.
Lebih lanjut kata Denny, dengan menurunnya PAD di Kabupaten Sabu Raijua dapat mempengaruhi pembangunan untuk menuju kesejahteraan.
“Misalnya jika semakin tinggi kontribusi pendapatan asli daerah dan semakin tinggi kemampuan daerah untuk membiayai kemampuannya sendiri akan menunjukkan kinerja keuangan daerah yang positif. Dalam hal ini, kinerja keuangan positif dapat diartikan sebagai kemandirian keuangan daerah dalam membiayai kebutuhan daerah dan mendukung pelaksanaan otonomi daerah pada daerah. Untuk Sabu sendiri kan selama dua tahun terakhir mengalami penurunan. Sekarang kita serahkan ke masyarakat untuk menilai” pintanya. (VoN).