Ruteng, Vox NTT-Uskup Ruteng Mgr. Siprianus Hormat, Pr memberkati kapela bersejarah St. Hendrikus Jengkalang, Stasi Wangkung, Paroki Sta. Maria Ratu Rosari Reo pada Kamis, 24 September 2020 lalu.
Terpantau, sebelum pemberkatan dimulai, kegiatan diawali dengan penyambutan rombongan Uskup Ruteng di Pertigaan Kedindi, Stasi Wangkung, tepat pukul 07.30 Wita.
Usai penyambutan, rombongan kemudian menuju Kapela Jengkalang. Di gerbang masuk kapela, mereka diterima secara adat Manggarai.
Selanjutnya, tepat pukul 08.30 Wita, misa pemberkatan pun dimulai.
Pastor Paroki Reo, Ferdy Gadu, Pr mengatakan pemberkatan kapela itu sebagai simbol sejarah perjalanan iman umat Katolik Manggarai di gereja lokal Keuskupan Ruteng.
“Jengkalang ini merupakan tempat bersejarah bagi Gereja Katolik Manggarai (GKM), karena di sinilah awal mula atau pintu masuk iman Katolik Keuskupan Ruteng melalui pembatisan lima orang pertama Manggarai,” kata Pastor Ferdy.
Kelima orang tersebut yakni, Katarina Arbero, Hendrikus Andara, Agnes Mina, Sesilia Welu,dan Helena Luk. Kelimanya dibabtis di Jengkalang pada tanggal 17 Mei 1912 oleh Pastor Hendrikus Loymans, SY.
Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, Pr dalam sambutannya sebelum pemberkatan penutup mengaku senang dengan kutipan St. Paulus.
Ungkapan itu yakni “Aplos yang menanam, Paulus yang menyiram, tetapi Allahlah yang memberi daya tumbuh”
Kutipan itu menurut Uskup Sipri, sesuai dengan kondisi terkini di gereja lokal Manggarai.
Ia menjelaskan, dahulu para misionaris mulai dari Pastor Hendrik Loymans, SVD dan juga Imam-imam projo menanam.
Generasi selanjutnya kemudian yang menyiram, baik itu generasi tertabis maupun generasi terbaptis. Ia pun meminta untuk tidak lupa bahwa Allahlah yang memberi daya tumbuh.
“Ini kesadaran yang harus dibangun kuat dalam hati kita bukan karena kehebatan kita, kehebatan kita hanyalah mengambil bagian dalam menanam, menyiram tetapi Allahlah yang memberi daya tumbuh,” ujar Uskup Sipri.
Ia juga menyampaikan profisiat kepada Pastor Paroki Reo, seluruh umat paroki, DPP dan umat di Jengkalang serta semua pihak yang membangun gereja sebagai simbol dari masuknya Kekristenan di wilayah gereja Manggarai.
Uskup Sipri mengharapkan agar gereja bersejarah ini akan tetap bertumbuh.
“Kita selalu berharap Allah tidak akan pernah diam dan berhenti memberi daya tumbuh, seperti pada tahun 1912. Dia tanam di sini benih Iman itu bertumbuh di sini, dan Dia akan menanam, menyiram, dan memberi daya tumbuh itu, yang perlu kita lakukan adalah bagaiamana seperti kelima saudara kita untuk membuka hati supaya daya tumbuh itu bisa nyata dalam diri kita,” harap Uskup Sipri.
Ia menyampaikan bahwa pemberkatan kapela bersejarah St. Hendrikus Jengkalang merupakan pengalaman perdananya dalam statusnya sebagai Uskup.
“Ini pengalaman pertama saya sebagai uskup memberkati Kapela, menariknya begini di sini tempat iman pertama masuk, apakah kebetulan Uskup yang baru ditahbiskan juga pertama kali menahbiskan kapela ini, bisa kita katakan ya kebetulan, tetapi saya yakin rajutan karya Tuhan di dalam gereja selalu di luar ekspetasi manusia, karya Tuhan selalu mengejutkan,” ujar Uskup Sipri.
Ide Besar Uskup Ruteng
Pada kesempatan sambutan itu, Uskup Sipri juga menyampaikan ide besarnya berkaitan dengan spot wisata dari wilayah utara Labuan Bajo sampai Pota. Ide itu juga menjadikan pesisir utara sebagai tempat wisata religius.
“Kita jadikan wilayah utara menjadi spot, kalau orang bosan di Labuan Bajo, dengan hingar bingarnya kota yang nantinya tahun 2023 akan menjadi kawasan ekonomi khusus ini berarti maju, mereka akan merindukan untuk melabuhkan ketenangan batinya melalui spot-spot wisata rohani. Mari kita sambut keterbukaan pembangunan ini, ada hal filosofi Manggarai “kope oles todo kongkol”,” ujar Uskup Sipri.
Untuk diketahui, Selain Uskup Ruteng, pemberkatan juga dihadiri oleh Pastor Vikjen, Pastor Vikep Reo, Perwakilan Provensial SVD, Pastor Paroki Robek, dan Pastor Paroki Dampek.
Turut hadir juga Kepala Departemen Agama Kabupaten Manggarai, Camat Reok, Anggota Danramil Reo, Anggota Kepolisian Sektor Reo, Tokoh Umat Lintas Agama, dan utusan umat se-Paroki Reo.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba