Ruteng, Vox NTT – Putri terus merintih dan menangis. Bocah empat tahun itu mengeluh sakit. Seluruh wajah mungilnya terluka.
Kondisinya memang parah. Tidak hanya wajah, luka parah juga terlihat pada sekujur tubuhnya.
Sulung dari tiga bersaudara pasangan Marselinus Gadu (28) dan Lusia Diantri Heni (23) itu mengalami musibah bersama Neira (2) adiknya, dua pekan lalu.
Lusia bertutur, saat itu hari sudah malam. Ayah Marsel sedang mengisi minyak tanah pada lampu pelita. Tiba-tiba lampu meledak. Minyak tanah disertai nyala api menyembur ke arah Putri dan Neira yang sedang asyik bermain dekat sang ayah.
Api sempat mendarat pada tubuh mungil kakak-beradik hingga membuat keduanya mengalami luka bakar.
Kondisi di rumah menjadi panik. Kedua korban dilarikan ke Puskesmas terdekat, yakni di Tentang. Usai diberi pertolongan darurat, korban dirujuk ke RSUD Ben Mboi Ruteng.
Sepekan lamanya Putri bersama Neira dirawat di rumah sakit milik Pemkab Manggarai. Kondisi keduanya belum juga membaik. Namun kondisi dompet ayah Marsel terus menipis hingga akhirnya tidak sepeser pun tersisa.
Kedua orangtua korban tidak berdaya. Mereka bukanlah keluarga berada. Hanyalah pasangan petani berekonomi lemah.
Tambahan pula, mereka tidak tercakup dalam sasaran program jaminan sosial, seperti penerima Kartu Indonesia Sehat (KIS) atau BPJS. Sehingga harus membayar semua biaya perawatan kedua anaknya sampai tidak ada lagi yang tersisa.
Tak ada orang luar yang tahu kondisi mereka. Selain dokter dan perawat yang membolehkan Marsel dan Lusia untuk memulangkan kedua anaknya.
“Kami terpaksa minta pulang karena tidak punya uang lagi untuk bayar rumah sakit,” tutur Lusia kepada VoxNtt.com, Jumat (02/10/2020).
Permintaan itu mereka sampaikan pada perawat dan dokter. Setelah menjelaskan alasan tidak mampu bayar rumah sakit, dokter yang bertugas pun mengizinkannya.
Mereka meninggalkan rumah sakit dengan berjalan kaki. Uang untuk sewa tukang ojek pun sudah tidak ada.
Niatnya, mereka harus pulang ke kampung halamannya di Kakor, Kecamatan Ndoso, Manggarai Barat. Namun ‘oto kol’ menuju kampung sudah pagi-pagi meninggalkan Ruteng.
Satu keluarga di Nekang, Ruteng pun menampung mereka. Keluarga itu merasa iba dengan kondisi Putri dan Neira. Mereka melarang Marsel dan Lusia untuk segera memulangkan kedua putrinya ke kampung.
Selanjutnya, Putri dan Neira dirawat seadanya di biara susteran Hamba-hamba Ekaristi, tidak jauh dari rumah itu. Hingga akhirnya keberadaan mereka diketahui Bripka Andi Dharma Elim Sallata.
Anggota Polres Manggarai yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas di Kelurahan Watu itulah yang kemudian mengajak orangtua korban agar Putri dan Neira kembali dirawat di rumah sakit. Dharma juga menjadi penjamin untuk bertanggung jawab atas kewajiban keluarga pasien tersebut.
Penulis: Yohanes