Kupang, Vox NTT – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Kupang Yuvensius Tukung mengatakan, generasi milenial lebih cenderung bersikap individual.
Kata dia, hidup saling menolong, tenggang rasa, dan rasa persaudaraan yang tinggi semakin tergerus belakangan ini.
“Hal itu terjadi di seluruh wilayah Indonesia tak terkecuali di kota Kupang,” kata Yuvens saat Sosialisasi Peningkatan Kesadaran Masyarakat Terhadap Nilai-nilai Luhur Budaya Bangsa bagi Siswa-siswi SMA/SMK di Kota Kupang.
Kegiatan yang digelar oleh Badan Kesbangpol Kota Kupang itu berlangsung di Aula Rumah Jabatan Wali Kota Kupang, Rabu (07/10/2020).
Turut hadir dalam kegiatan tersebut yakni, Sekda Kota Kupang Fahrensy Priestly Funay, Kepala Kesbangpol Nice Nus Loa, serta puluhan siswa/siswi di Kota Kupang.
Ketua Komisi I DPRD Kota Kupang itu menegaskan, hidup gotong royong merupakan ciri khas bangsa Indonesia seperti yang termaktub dalam sila ke-3 Pancasila, yakni Persatuan Indonesia.
Yuvens pun mengajak seluruh pelajar di Kota Kupang agar menumbuhkan nilai gotong royong dalam kehidupan sehari-hari sejak dini.
Nilai gotong royong mesti diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat.
“Kesadaran gotong royong mesti ditanam sejak dini. Perilaku gotong royong merupakan budaya luhur bangsa Indonesia sejak dahulu kala,” kata politisi NasDem itu.
Karena itu menurut dia, tugas untuk menumbuhkan nilai gotong royong bagi pelajar di Kota Kupang tidak hanya dilakukan di sekolah oleh guru-guru, namun juga mesti diperoleh di lingkungan masyarakat.
Lingkungan masyarakat harus sesering mungkin melakukan kegiatan yang bersifat gotong royong dan melibatkan anak-anak milenial.
“Melalui kegiatan gotong royong di lingkungan masyarakat atau lingkungan keluarga, pelajaran gotong royong akan ditumbuhkan dalam diri anak-anak kita di kota Kupang,” ujar Yuvens.
Ia menambahkan, budaya-budaya asing secara kuat telah masuk dan menyerbu Indonesia tak terkecuali di Kota Kupang, NTT.
Kata dia, masyarakat lebih cenderung bersikap materialistis dan melupakan kehidupan yang bergotong royong.
“Nilai-nilai dan praktik gotong royong itu telah memudar dalam kehidupan bermasyarakat,” ungkapnya.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba