Ruteng, Vox NTT-Andi Dharma (35) adalah seorang anggota Polisi. Nama lengkapnya Andi Dharma Elim Sallata. Ia bertugas di Polres Manggarai, Nusa Tenggara Timur sejak tahun 2004 hingga sekarang.
Saat ini ia bertugas sebagai Bhabinkamtibmas Kelurahan Watu, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai.
Awalnya, pria yang akrab disapa Dharma tersebut hanya seorang anggota Polisi biasa. Namun, sejak beberapa hari terakhir namanya sontak melambung jauh di ruang jagat maya facebook.
Polisi berwajah tampan itu mulai ramai dikenal khalayak setelah ia memosting tiga potongan video di beranda facebook-nya secara bersamaan pada 2 Oktober 2020 lalu.
Ketiga potongan video tersebut memperlihatkan dia sedang menangani dua bocah penderita luka bakar.
Dalam video tersebut, salah satu bocah terus merintih saat sedang ditangani seorang dokter.
Kedua balita perempuan tersebut, masing-masing, Putri (4) dan Neira (2). Keduanya berasal dari Desa Kakor, Kecamatan Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat.
Dua putri anak pasangan Marselinus Gadu (28) dan Lusia Diantri Heni (23) itu masuk ke RSUD dr. Ben Mboi Ruteng pada 1 Oktober lalu, setelah insiden naas di rumah mereka.
Musibah itu terjadi pada pukul 19.00 Wita sekitar dua pekan lalu. Saat itu, sang ayah, Marselinus sedang menuangkan minyak tanah pada lampu pelita.
Saat minyak tanah dituangkan, tiba-lampu meledak. Percikan api dan minyak tanah langsung menyambar ke Putri dan Neira yang sedang bermain di dekat ayahnya.
Akibat ledakan, Neira mengalami luka di bagian wajah, kepala, dan tangannya. Sedangkan Putri, menderita luka di hampir sekujur tubuhnya.
Usai kejadian, kedua orangtua mereka mengantar ke Puskesmas Tentang, sebelum akhirnya dirujuk ke RSUD dr. Ben Mboi.
Di rumah sakit milik Pemkab Manggarai itu, Putri dan Neira menjalani perawatan selama sepekan.
Namun, kendala biaya membuat Marselinus Gadu dan Lusia Diantri Heni memutuskan untuk mengeluarkan kedua putrinya lebih awal.
Setelah keluar dari rumah sakit, Putri dan Neira dirawat di Biara Susteran Hamba-Hamba Ekaristi yang terletak di Nekang, Kelurahan Watu, tidak jauh dari RSUD Ruteng.
Kondisi ini membuat Polisi Dharma menaruh iba. Ia mengetahuinya setelah salah seorang mengirimkan foto dua bocah mungil tersebut di WhatsApp Group ‘Pemuda Nekang’.
“Alasan saya membantu Putri dan Neira benar-benar karena rasa iba. Rasa itu muncul begitu pertama kali saya melihat foto Putri, yang dikirim oleh salah satu warga binaan saya melalui grup WhatsApp,” kata Polisi berpangkat Bripka tersebut.
Pikiran Polisi Dharma berkecamuk antara sedih dan iba, karena salah seorang warga binaan menginformasikan yang isinya meminta pakaian bekas untuk Putri dan Neira.
Dalam foto tersebut,dia melihat ada luka bakar hampir di seluruh tubuh korban. Bocah itu dalam posisi telanjang karena sudah tidak memiliki pakaian.
“Lalu saya balas chat tersebut, saya tanya ini anak siapa, luka karena apa, terus sekarang posisi di mana, ” kisah Polisi asal Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat tersebut.
Lantas pemuda itu kemudian menelepon Polisi Dharma untuk segera pergi ke Kampung Nekang, tempat Putri dirawat. Ia dirawat di Susteran Hamba-hamba Ekaristi Nekang.
Tidak lama berselang, Bripka Dharma kemudian pergi ke susteran tersebut. Sesampai di sana, ia mendengar ada suara yang meraung-raung kesakitan.
Selanjutnya, ia bertanya kepada salah satu suster terkait informasi yang didapatkannya. Suster tersebut kemudian membenarkannya, lalu menunjukkan tempat Putri dirawat.
Setelah memakan waktu lama, Polisi Dharma langsung bergegas ke ruangan menyaksikan Neira sedang menangis karena lukanya ditangani oleh dua dokter relawan.
“Saya mencium bau tidak sedap seperti bau busuk karena luka dari Putri dan Neira di ruangan tersebut,” terang Polisi Dharma.
Di ruangan yang sama, ia melihat Putri sedang tidur sambil merintih kesakitan.
Polisi Dharma sempat jatuh air mata karena iba dengan keduanya.
Ia kemudian bertanya kepada kedua orangtuanya terkait alasan kedua putri mereka menderita luka bakar. Kedua orangtuanya mengaku karena terkena ledakan lampu pelita.
Maklum di kampung mereka hingga kini belum terpasang jaringan listrik. Lantas, lampu pelita menjadi andalan untuk penerangan malam.
“Api menyala di tubuh mereka selama kurang lebih 1 menit,” kata Polisi Dharma.
Kedua orangtuanya juga mengaku sempat merawat dua putri mereka di RSUD Ruteng selama sepekan dan biayanya hampir 2 juta.
Namun lantaran tidak memiliki BPJS, mereka terpaksa mengeluarkan dua bocah tersebut untuk dirawat di kampung halaman, meskipun luka Putri dan Neira masih sangat parah.
“Orangtua membungkus anak-anak itu dengan sarung, lalu menggendong mereka sambil berjalan kaki menuju terminal, mencari angkutan menuju kampung halaman,” terang Polisi Dharma.
Menurut ayahnya, kata dia, mereka sudah tidak punya seribu rupiah pun untuk membayar ojek dari RSUD dr. Ben Mboi ke terminal, sehingga terpaksa berjalan kaki.
Tidak jauh dari rumah sakit, ada warga Kampung Nekang yang melihat orangtua putri dan Neira berjalan kaki. Mereka sambil menggendong kedua putrinya.
Selanjutnya, warga Kampung Nekang tersebut menampungnya di rumah selama dua hari.
Pihak Susteran Hamba-hamba Ekaristi mengetahui peristiwa tersebut dan mengambil Putri dan Neira untuk dirawat di Biara.
Saat itu, kata Polisi Dharma, dokter relawan menyampaikan bahwa kondisi Putri sudah sangat parah. Bahkan, bagian pencernaannya sudah terinfeksi.
“Itu terlihat dari Putri yang ‘mencret’ dan kondisinya yang semakin melemah. Lalu, saya bilang ke orangtuanya kita bawa lagi ke rumah sakit, tapi mereka bilang kami sudah tidak ada uang lagi, bahkan untuk makan saja ditanggung oleh orang yang di Kampung Nekang,” kisah dia.
“Akhirnya saya bilang ke suster, kita bawa saja mereka ke rumah sakit. Nanti soal biaya kita pikir bersama. Yang penting kita selamatkan dulu anak-anak ini. Jangan hanya karena uang dua juta ini anak-anak tambah parah sakitnya. Yang penting suster dukung saya saja, saya akan usaha cari bantuan dana,” imbuhnya.
Setelah sepakat, lantas Polisi Dharma ke luar jalan raya. Ia menahan satu mobil yang sedang lewat dan meminta sopirnya untuk mengantar Putri dan Neira ke RSUD dr. Ben Mboi.
Dalam perjalanan, pikiran Polisi Dharma kembali berkecamuk. Ia sempat bingung bagaimana cara membayar biaya rumah sakit Putri dan Neira. Apalagi mereka tidak memiliki BPJS.
Meski begitu, dalam lubuk hatinya bersuara bahwa misi kemanusian pasti ada jalan keluar.
Ia kemudian membuka handphone dan mencari nomor kontak teman yang mungkin bisa membantunya.
Saat bersamaan, Polisi Dharma lalu mengingat nama salah seorang wartawan. Sebab, ia berkeyakinan bahwa sejak dahulu sudah membina hubungan baik dengan wartawan tersebut.
“Saya lalu telepon dia, saya bilang teman bisa bantu saya kah. Saya lalu cerita ke dia tentang kejadian kedua anak itu. Lalu saya kirim foto, kemudian dia bilang saya siap bantu pa, kita bertemu di rumah sakit,” tuturnya.
Sesampai di IGD RSUD dr. Ben Mboi Ruteng, lanjut dia, nama Polisi Dharma dimasukan sebagai penjamin. Hal itu lantaran orangtua Putri dan Neira tidak memiliki BPJS.
Selanjutnya, ia berinisiasi untuk memosting foto dan video terkait kondisi kedua bocah tersebut di akun facebook-nya atas nama Dharma Elim, sambil meminta bantuan donasi para netizen.
“Dua menit setelah saya posting, mama kandung saya telepon tanya kenapa anak-anak itu. Setelah saya cerita mama saya bilang, oke mama sekarang bantu 500 ribu ya, pergunakan untuk bantu anak-anak itu. Mama berdoa juga untuk mereka,” kisah pria yang resmi menjadi anggota Polisi sejak 2004 itu.
Sejak saat itu, bantuan terus mengalir. Dia sendiri kaget karena ternyata banyak orang yang peduli.
Bahkan setelah memosting, Polisi Dharma kerap mendapat telepon, SMS, dan WhatsApp dari donatur seluruh Indonesia. Dari pejabat hingga pedagang kecil. Mereka telepon bergantian dari pagi hingga pukul 24.00 Wita.
Selain mengandalkan facebook, ia juga men-share berita media online yang mewartakan kondisi Putri dan Neira di WhatsApp Group. Saat itu, langsung direspon oleh atasanya Kapolres Manggarai AKBP Mas Anton Widyodigdo. Kapolres Anton langsung datang menjenguk ke RSUD dr. Ben Mboi Ruteng.
Pada 5 Oktober 2020, Bripka Dharma menyampaikan niatnya kepada suster, para wartawan, dan beberapa donatur untuk menutup donasi. Sebab, dia anggap bantuannya sudah cukup banyak yakni berjumlah Rp 80 juta lebih. Apalagi Pemkab Mabar bersedia menanggung pengobatan Putri dan Neira.
“Sebelum saya tutup donasi tersebut pada 6 Oktober kemarin, saya mengadakan giat berbagi kasih dengan semua anak-anak kecil yang sedang dirawat di rumah sakit tanpa terkecuali, karena saya berpikir bahwa mereka pun harus mendapat perhatian yang sama seperti Putri dan Neira,” katanya.
Polisi Dharma berbagi kasih berupa penyerahan boneka, buah, makanan, dan mainan anak-anak. Dengan bantuan tersebut, ia berharap anak-anak bisa segera sembuh.
Kegiatan berbagi tersebut, kata dia, ternyata didukung penuh oleh para donatur dan masyarakat.
“Ini adalah kegiatan spontanitas tanpa perencanaan, semua berasal dari rasa kemanusian terutama rasa sayang saya kepada anak-anak, karena saya juga mempunyai anak-anak kecil seumuran seperti mereka,” katanya.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba
Biodata singkatNama: Andi Darma Elim SallataNama Panggilan: DharmaAsal: Waikabubak, Kabupaten Sumba BaratUmur: 35 tahunAnak: 4 orang, 2 putri dan 2 putra. Anak sulung sudah kelas 3 SMPTahun 2004: Dilantik menjadi Anggota Polri dan langsung bertugas di Polres MangggaraiTahun 2004-2009: Bertugas di Sat Samapta Polres ManggaraiTahun 2009-2012: Dimutasikan ke Satuan Lalu Lintas Polres ManggaraiTahun 2012-2013: Dimutasikan sebagai Anggota Polsek Kota KombaTahun 2013-2014: Bertugas sebagai sopir (driver) Kapolres ManggaraiTahun 2014-2016: Dimutasi sebagai Anggota Sat Lantas Polres ManggaraiDesember 2016-sekarang: Diimutasi sebagai Bhabinkamtibmas Kelurahan Watu, Kecamatan Langke Rembong