Kota Kupang, Vox NTT-Gempuran kemiskinan dan keterbatasan sumber daya menjadi faktor utama Devit Hendrikus Lelis (30) memilih jalan merantau ke Malaysia.
Tekad bulat Devit tidak terbendung. Akhir musim kemarau tahun 2009, 11 tahun yang lalu, ia berangkat dari kampung halamannya Nikliu, Amfoang Utara, Kabupaten Kupang menuju Kota Kupang.
Sebetulnya, tujuan menjadi buruh migran di negeri Jiran, masih kendala karena ia tidak memiliki ijazah pendidikan tingkat apapun.
“Saya tidak sekolah, tidak ada ijazah,” kata Devrit, Selasa (13/10/2020) siang.
Sambil menampung uang dan membuka jaringan agar bisa ke Malaysia, dia bekerja di Kota Kupang. Di ibu kota Provinsi NTT itu bekerja sebagai jasa ojek.
“Sejak 2009 itu saya ojek dulu sambil tampung uang untuk bisa berangkat ke Malaysia. Saya punya pangkalan di samping RS Kartini Kupang,” katanya.
Saat bekerja di pangkalan ojek, Devrit sering mengunjungi Kantor DPD II Partai Golkar di Jl. Piet A. Talo Kota Kupang.
“Ada kaka saya kerja di sana, jadi saya sering kunjung. Makanya semua pengurus Golkar Kota (Kupang) kenal saya,” ujarnya.
Duka Mendalam
Tahun 2011 adalah tahun terberat bagi Devrit. Dalam setahun, ayah dan ibunya meninggal dunia.
“Kalau bapa meninggal bulan 06 terus kemudian mama meninggal bulan 11,” ujar Devrit dengan mata berkaca.
Sebetulnya, pertanyaan VoxNtt.com di ruangan seluas kurang lebih 10×10 meter dalam Kantor DPD II Golkar Kota Kupang, sedikit membuat raut wajah Devrit sedih.
Matanya mulai tidak menatap fokus.
Ia menceritakan, seusai bulan 11 tahun 2011 ia berduka. Kepergian ayah dan ibunya membuat dia terpukul.
Ia kemudian datang ke Kota Kupang untuk mengadu nasib dan mencari uang. Di sana, Devrit menjadi tukang ojek.
Bekerja sebagai jasa ojek membuatnya cukup bertahan untuk bisa hidup sebagai lelaki bujang di Kota Kupang.
Sampai suatu ketika, nasib baik mendatanginya. Itu di awal tahun 2014.
“Saya tiba-tiba ditelepon oleh pengurus DPD II Partai Golkar Kota Kupang. Rupanya dulu saya sering ke sana saat kaka masih kerja di sana. Saat kaka menikah dan tidak lagi bekerja mereka minta saya untuk menggantikan posisinya,” ujarnya.
Nasib Berubah
Tidak ada yang tahu persis tentang nasib orang. Siapapun, tidak bisa meramal secara pasti, nasib orang di kemudian hari. Tidak terkecuali Devrit.
Dari hendak merantau ke Malaysia. Pun sejak menjadi penjual jasa ojek di Kota Kupang, rupanya, Tuhan punya rencana lain, saat lelaki berkulit sawo matang itu berangkat dari Nikliu dengan duka yang menyayat hati.
Sejak tahun 2014, Devrit resmi bekerja di Kantor DPD II Partai Golkar Kota Kupang.
Menurutnya, pekerjaannya adalah menjaga dan membersihkan Kantor DPD II Partai Golkar dan membantu mengantarkan surat jika ada kegiatan partai.
Dari pekerjaannya itu, ia digaji sebesar Rp2 juta per bulan. Selain gaji, ia juga tinggal di Kantor DPD II Partai Golkar. Menurutnya, untuk urusan makan minum menjadi tanggungannya sendiri.
“Saya tidak tahu mau omong apa ke pengurus Golkar. Tetapi sejauh ini saya aman saja,” ceritanya.
VoxNtt.com memerhatikan, keuletan Devrit. Hal itu dibuktikan dengan seluruh ruangan Kantor DPD II Partai Golkar yang bersih dan tertata rapi. Tidak ada satupun sampah dan rumput liar.
“Pagi jam 06 saya bangun dan membersihkan semuanya,” katanya.
Ketekuannya pula dibuktikan dengan memelihara ayam kampung di bagian belakang Kantor DPD II Golkar itu.
Ada kandang ayam seluas kurang lebih 3×5 meter. Menurut Devrit, hingga kini ada sebanyak 15 ayam kampung miliknya.
“Ini hanya hobi saja. Jadi saya manfaatkan waktu luang dan tempat kosong ini untuk pelihara ayam,” kata dia sambil menunjuk kandang ayam miliknya itu.
Sejak tahun 2018, Devrit rupanya tidak sendiri di Kantor DPD II Partai Golkar NTT. Karena penghasilannya cukup ia juga menghidupi istrinya, Yosina Tasuap.
“Kami tinggal sama-sama di sini. Satu kampung dari Nikliu,” jelasnya.
Devrit mengaku hendak membuka usaha cuci motor di bagian depan Kantor DPD II Partai Golkar NTT. Karena alasan lokasi strategis dan menjanjikan ia mengaku pernah memintanya dengan Ketua DPD II Partai Golkar Kota Kupang, Jonas Salean beberapa waktu lalu.
“Saya sudah bicara dengan Pak Ketua tapi katanya masih tunggu selesai Musda dulu,” tandasnya.
Devrit pun menyampaikan ucapan terima kasih atas semua perhatian Partai Golkar dan juga semua fasilitas yang dirinya peroleh.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba