Hujan
Ketika langit mulai menutup senyum pada bibirmu
Dengan warna gelapnya
Di situ rintik-rintik rindu mulai memeluk
Lalu turun menemani padang hati yang haus
Hujan menjadi alarm pada gendang telinga
Yang menyusur pada detik-detik waktu
Yang membawa pulang setangkai kata
Yang telah kering pada sebidang kertas
Dan dalam sunyi aku berharap
Matahari lekas menjelma dalam kenangan
Agar mata tak lelah menatap bunyi
Sindiran gunturan dibalik hujan.
Kau Lupa
Pada mulut manis dan senyum pembungkus kata
Kujumpai segenggam janji
Pada kata yang kutemui di ujung lidah bilik kota
Yang mungkin kau tanggalkan pada jejaknya
Dan saat malam memeluk sunyi
Mimpi pun ikut menari-nari dalam benakku
Dan saat pagi mulai menjelma dari kegelapan malam
Aku pun bertanya-tanya dalam ilusiku
Namun kau telah lupa.
Mimpi malam itu
Saat itu mataku memandang tembus mimpi
Mimpi dalam diri kerumunan
Yang dari tadi mencaci maki
Sesama mereka
Dalam samar-samar pucuk bola mataku
Aku dihadang mundur
Kedinginan yang merayu-rayu pada kulitku
Mataloko, 16 Oktober 2020