Ruteng, Vox NTT- Potensi Pasar digital menjadi momentum yang perlu ditangkap oleh para pelaku pariwisata. Itu terutama dalam konteks pengembangan Desa Wisata berbasis digital.
Hal itu disampaikan Kepala Divisi Komunikasi Publik Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) Sisilia Jemana saat kegiatan Penguatan Digitalisasi Destinasi Wisata di Hotel Revaya Ruteng, Selasa (27/10/2020).
Sisilia mengatakan, dalam kegiatan tersebut peserta akan dilatih bagaimana membuat konten media yang menarik terkait potensi wisata di desanya masing-masing.
“Teman-teman Desa Wisata selama dua hari ini akan kami bekali dan kami latih bagaimana membuat konten foto yang baik dengan menggunakan kamera sederhana, selain itu juga akan kami latih bagaimana membuat caption atau narasi yang baik yang bisa menunjang konten foto yang ada,” jelas Sisilia.
Konsep pembangunan pariwisata berbasis masyarakat (Community Based Tourism) saat ini menjadi kiblat utama pembangunan pariwisata di NTT.
Menurut Sisilia, destinasi Eco-Wisata Premium, merupakan wujud destinasi wisata dengan konsep Sustainable Tourism (Eco-tourism) yang berkelanjutan, yang mengoptimalkan potensi pariwisata yang otentik dan mengedepankan orisinalitas, kekayaan alam, dan budaya lokal masyarakat desa.
Dikatakan, hadirnya Desa Wisata pada akhirnya perlu ditopang oleh kemudahan akses informasi mengenai potensi wisata desa itu sendiri.
Dalam penyajiannya paling mungkin dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan teknologi digital sebagai saluran informasi Desa Wisata yang dikelola oleh desa sendiri secara mandiri.
Sisilia menambahkan, tahun 2019 lalu, pariwisata go digital juga telah dicanangkan sebagai wujud kesiapan pariwisata Indonesia memasuki era industri digital 4.0 (tourism 4.0).
Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengembangannya pemanfaatan teknologi digital merupakan platform utama sebagai saluran informasi sekaligus promosi pariwisata, di mana sekitar 50% aktivitas perjalanan wisata dilaksanakan oleh para milenial dan 70% masyarakat melakukan aktivitas share dan like menggunakan media digital.
Senada dengan Sisilia, Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina menjelaskan, pentingnya memperkuat destinasi wisata, khususnya Desa Wisata dengan digitalisasi.
Melalui pemanfaatan teknologi digital sebagai saluran informasi dan komunikasi yang mampu menyajikan potensi wisata desa, Shana berharap promosi dan peningkatan kualitas pariwisata Desa Wisata dapat makin dioptimalkan.
“Sudah saatnya desa-desa wisata kita di NTT go digital, dengan begitu informasi terkait potensi wisata desa makin mudah diakses oleh wisatawan. Masyarakat Desa Wisata juga secara mandiri dapat melakukan pemberdayaan ekonomi desanya dan sudah pasti desanya menjadi berkembang,” ungkap Shana.
Menurut Shana, visi menjadikan NTT sebagai gerbang ekowisata dunia meniscayakan peran serta Desa Wisata untuk turut berpartisipasi mewujudkan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.
Bagaimana menjadikan masyarakat, dalam hal ini masyarakat desa sebagai komponen utama pembangunan pariwisata di desanya masing-masing melalui sajian aktivitas keseharian masyarakat desa dan produk hasil tani atau kebun, serta aktivitas seni budaya masyarakat desa setempat yang memiliki keaslian budaya, serta potensi desa lainnya yang dapat memberi nilai lebih (added value) bagi masyarakat.
“Desa-desa wisata yang sudah siap kita digitalisasi dan kita pastikan aktivitas digitalnya dikelola dengan baik dan berkelanjutan, sambil tetap kita dampingi sampai mereka benar-benar mandiri dalam pengelolaan digitalnya,” jelas Shana.
Dikatakan, Presiden Joko Widodo pada tahun 2016 lalu menetapkan pariwisata sebagai peran strategis dalam memimpin pembangunan perekonomian bangsa.
Pariwisata juga dijadikan gerbang bagi bertumbuhnya industri sektor lain seperti jasa, perhubungan, pertanian, perkebunan, peternakan, dan industri kreatif lainnya.
Capaian sektor pariwisata mampu menyumbang devisa terbesar bagi negara, yaitu Rp280 triliun sepanjang tahun 2019.
Cita-cita menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan bangsa kemudian diwujudkan dengan komitmen Pemerintah Pusat, yaitu dengan membangun 10 Bali Baru, salah satunya NTT dengan Labuan Bajo Flores, Bima, Lembata, dan Alor yang ditetapkan sebagai 1 dari 5 destinasi super prioritas.
Labuan Bajo kemudian dinaikan statusnya sebagai destinasi pariwisata super premium oleh Presiden Joko Widodo tahun 2019 lalu saat berkunjung ke Labuan Bajo. Dengan demikian, Labuan Bajo saat ini menjadi satu-satunya destinasi pariwisata super premium yang ada di Indonesia.
Penulis: Ardy Abba