Ruteng, Vox NTT-Badan Otorita Pariwisata (BOP) Labuan Bajo Flores menyelenggarakan pelatihan digitalisasi destinasi wisata di hotel Revayah Ruteng dan kampung adat Todo, Satar Mese Barat, Manggarai, pada Selasa dan Rabu, 27-28 Oktober 2020.
Pelatihan tersebut diselenggarakan dalam rangka mendorong pemanfaatan teknologi digital untuk melakukan promosi desa wisata demi mendukung cita-cita NTT sebagai gerbang ekowisata dunia.
Ketua Divisi Komunikasi Publik Badan Otorita Pariwisata (BOP) Labuan Bajo Sisilia Jemana mengatakan, sudah saatnya desa-desa wisata yang ada di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) go digital.
Ide pariwisata go digital yang menjadi agenda BOP kali ini, kata Sisilia, sudah dicanangkan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Baca Juga: Potensi Pasar Digital Momentum yang Perlu Ditangkap Pelaku Pariwisata
“Nah, tahun lalu itu pada saat menteri Pariwisata sebelumnya, beliau mencanangkan pariwisata go digital,” tuturnya.
Pariwisata go digital lahir karena tren yang terlihat, sebanyak 50% promosi pariwisata dilakukan oleh kaum milenial dan kaum milenial merupakan generasi yang sangat akrab dan familiar dengan digital.
Oleh karena itu, ia mengharapkan agar momentum pelatihan digital yang diselenggarakan oleh BOP benar-benar dimanfaatkan secara baik oleh pelaku di desa wisata untuk melakukan promosi.
Sisilia menambahkan, desa-desa wisata di NTT kini perlahan mulai aktif. Seiring aktifnya desa wisata, maka promosi digital yang dilakukan akan dengan mudah menarik minat wisatawan.
Era Berpikir Terbalik
Sisilia mengungkapkan, dulu semua desain pembangunan berkaitan dengan pariwisata hampir pasti dilakukan di kota. Namun, digitalisasi desa wisata memungkinkan pihak di desa untuk mendesain dan merubah cara berpikir demikian.
“Kalau selama ini pembangunan dilaksanakan di kota sekarang kita balik. Pembangunan dilakukan di desa dan kota bisa dijadikan wilayah penyangga,” ujar Sisilia.
Ia mengatakan, desain tersebut membuat aktivitas pariwisata di desa-desa menjadi hidup dan bermanfaat bagi pengembangan ekonomi warga desa. Aktivitas pariwisata di desa, juga berdampak bagi kota sebagai penyangga. Misalnya, kota menyediakan persewaan sepeda motor yang digunakan wisatawan untuk menjangkau destinasi wisata di desa.
“Jadi semua orang bisa memperoleh manfaat ekonomi dari situ tapi yang jelas digitalisasi menjadi pintu masuk untuk teman-teman bisa mengelola saluran informasinya sendiri,” ujarnya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai, Angkat Anglus menyambut baik kegiatan BOP tersebut. Ia mengatakan, di Kabupaten Manggarai terdapat 10 desa wisata yang sudah terbentuk. Namun belum berjalan dengan baik karena kerap berhadapan dengan berbagai kendala.
“Baik manajemen pengelolaan desa wisata, kemudian SDM-nya, kemudian mungkin penguasaan teknologi. Ini mungkin masih mengalami kendala,” aku Anglus.
Sektor pariwisata, kata Anglus, telah memberikan kontribusi besar dalam mendongkrak perekonomian nasional dan daerah. Sektor pariwisata juga menurutnya telah banyak membantu mengurangi tingkat pengangguran dengan membuka berbagai lapangan usaha.
Terkait desa wisata di Manggarai, kata Angglus, sejauh ini sudah terbentuk. Namun kerap berhadapan dengan berbagai keterbatasan.
Anglus mengharapkan agar kehadiran teknologi bisa dimanfaatkan secara baik dengan mempromosikan obyek-obyek wisata yang ada. Misalnya melalui facebook, twiter, instagram, dan lainnya.
“Bapak ibu yang bekerja di desa wisata yang menjadi obyek pelatihan kali ini diharapkan mampu untuk mengimplementasikan itu sehingga dengan demikian wisatawan akan semakin banyak berkunjung ke destinasi wisata,” tambah Anglus.
Pelatihan digitalisasi desa wisata diikuti oleh peserta dari 15 desa wisata yang berasal dari Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur.
Kegiatan ini diisi dengan pemaparan materi yang disampaikan oleh pegiat wisata desa, seperti Rokhmadu Inuhayi dari Institut Desa Wisata Yogyakarta dan Yeremias J Aquino, pemilik dan pengelola Sun Rice Homestay di Desa Bangka Kenda.
Selain itu, mereka juga mengadakan pelatihan digitalisasi di Desa Todo. Di sana mereka dilatih tentang cara mengambil gambar dan menarasikan gambar tersebut untuk dipromosikan di media sosial.
Penulis: Igen Padur
Editor: Yohanes