*) Puisi-Puisi Latrino lele

Kapan Hujan Reda

Rinai hujan jatuh lumpuh diserap luka pada rindu yang patah

Gemerincingnya memekik gaduh pun serak

Ingatan hampir runyam

Gubuk tua yang bertuan bungkam bukan kepalang

Menduga hantu-hantu menakutkan di balik pintu dan jendela. Menanti mangsa dengan beringasnya

Rinai hujan masih luruh

Bulir-bulirnya pecah pada pucuk asoka

Remah-remahnya merintih tertusuk duri mawar

Sesekali potret-potret luka tergenang saat jarum jam bertatih letih

Kubang kenangan mengernyit dahi

Kapan rinai hujan akan reda?

Ruang Clemens, 2 Oktober 2020

Aku yang Kosong

Aku yang kosong luruh dalam ingat paling pekat. Merindu gumpalan embun-embun basah lalu bercumbu dengan ribuan isyarat.

Sebelum fajar berhasrat tuk merekah mengecup sampai titik penghabisan.

Aku yang kosong menyelinap pada angan paling harap. Ingin menyulam nostalgia seksi untuk dipahat dengan irama yang entah.

Namun… Aku tetap menjadi yang kosong. Suatu waktu redup.

Akhirnya lenyap.

Meja belajar, 8 September 2020

Waktu Kuliah Daring

Pagi sekali

Gadget di Jemari

Headset di kuping

Pemberitahuan masuk

Gadget berdering berkali-kali

Zoom lagi

Zoom lagi, si bocah memukul dahi

Aduh pulsa habis

Yang sabar Nak, teriak ibunya yang sedang cangkul di batu

Meja belajar, 27 Oktober 2020

 

*Identitas Penulis

 Latrino Lele asal Nagekeo. Sekarang berdomisili di Maumere. Penulis suka menulis puisi dan cerpen.