Ruteng, Vox NTT – Melki Muardi, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek peningkatan jalan Ranging-Kembur, Desa Bea Kondo, Kecamatan Satarmese Barat, Manggarai mengakui adanya bagian jalan pada proyek tersebut yang dikerjakan tidak sesuai standar.
Hal itu disampaikannya saat dikonfirmasi VoxNtt.com terkait adanya kerusakan pada beberapa titik proyek yang berusia kurang dari seminggu itu.
“Posisi itu tempat tampung material. Mereka (kontraktor) tidak taruh material, langsung siram aspal,” ujar Melki saat diwawancarai di kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Manggarai, Kamis (05/11/2020).
“Di titik itu memang tidak ditaruh material,” ujar Melki lagi.
Ia menambahkan, proyek tersebut mempekerjakan warga setempat. Terbongkarnya pekerjaan yang tidak sesuai standar itu, kata Melki, sempat menimbulkan ketegangan antarmasyarakat.
Ia mengatakan, warga yang menjadi pekerja tidak ingin pekerjaannya dinilai tak berkualitas dan tersebar di media.
“Ada kles sedikit. Masyarakat di bawah yang kerja. Makanya ada yang protes,” ujrnya.
Meski demikian, pihaknya langsung menyampaikan kepada direksi dan konsultan agar segera memperbaiki proyek tersebut.
“Direksi sudah turun, konsultan sudah turun untuk memperbaiki,” katanya.
Penjelasan PPK berbeda dengan Kabid Bina Marga Reynold Gurung. Reynold mengaku belum cek lokasi proyek itu. Namun ia tidak yakin jika kontraktor tidak mengerjakan proyek sesuai standar, misalnya tidak menggunakan batu 5/7 seperti yang disampaikan warga.
“Saya tidak yakin batu 5-7 tidak ada. Nanti kami cek,” ujar Reynold.
Terkait alat berat atau fibro yang digunakan, Reynold mengatakan sudah sesuai standar. Spesifikasi fibro yang digunakan untuk proyek tersebut memiliki bobot 6-8 ton dengan lintasan Gilas sebanyak enam kali.
Namun terkait laporan warga, pihaknya sudah perintahkan kontraktor untuk memperbaiki proyek tersebut. Apalagi proyek tersebut masih dalam tahap pengerjaan dengan masa pemeliharaan selama satu tahun.
“Pada prinsipnya, kita respon setiap informasi yang disampaikan oleh masyarakat,” kata Reynold.
Sebelumnya, sejumlah warga Desa Bea Kondo, menyampaikan proyek pengaspalan jalan di desanya diduga dikerjakan asal jadi. Kualitas proyek yang buruk terlihat dari kondisi aspal yang sudah terkelupas di banyak titik.
Sejumlah warga mencoba menekan aspal dengan menggunakan kaki. Ada juga yang menggaruk dengan tangan kosong. Lapisan aspal tampak rapuh dan mudah terkelupas.
Baca Juga: Berusia Kurang dari Seminggu, Aspal Jalan di Manggarai Sudah Rusak
Di balik lapisan aspal yang terkelupas, tak ditemukan lapisan batu sesuai spesifikasi proyek. Misalnya batu 5/7 yang wajib digunakan agar badan jalan menjadi kokoh dan aspalnya bertahan lama.
“Kita kecewa, karena program pemerintah tidak mampu menjawab kebutuhan masyarakat akan adanya pembangunan berkualitas,” ujar Ovan Wangkut, salah seorang warga setempat, Rabu (04/11/2020).
Proyek tersebut dibiayai Dana Alokasi Umum (DAU) senilai Rp386.890.000,00 dan dikerjakan oleh CV Rentio.
Penulis: Yohanes