Ende, Vox NTT-Memperingati Hari Pahlawan Nasional tak selamanya mengingat para pejuang yang rela bertumpah darah melawan penjajah.
Hari Pahlawan juga mengingatkan segenap masyarakat NTT khususnya untuk mengenang jasa seseorang yang tokoh yang getol menyuarakan toleransi dan meghormati keberagaman.
Sosok itu adalah Mauritus Geradus Winokan, Bupati Kabupaten Ende pertama dalam masa kepemimpinan Presiden pertama Ir. Soekarno. Winokan menahkodai Kabupaten Ende selama delapan tahun (1958-1967).
Sejak Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dibentuk pada tahun 1958, Gubernur pertama W.J. Lalamentik langsung menunjuk Winokan menjabat sebagai Bupati Ende pada 20 Desember 1958. Ia menjabat selama tiga (3) tahun (1958-1961) dari sebelumnya menjabat sebagai Kepala Pos di Manggarai.
Bahkan, kala itu ia kembali terpilih oleh DPRD Ende yang didukung sejumlah partai dalam periode 1962-1967. Sayangnya, belum jatuh tempo masa jabatannya Winokan jatuh sakit usus 12 jari hingga akhirnya wafat pada 9 Juli 1966 di RSUD W.J. Yohanes Ende. Jenazahnya dimakamkan di Pekuburan Umum Katedral, Ende.
Nama Winokan memang tak begitu populer di kalangan masyarakat dari sejumlah deretan nama mantan para Bupati Ende. Padahal ia adalah salah satu sosok pemimpin yang menjadi contoh saat Kabupaten Ende dibentuk.
Selama Winokan menjabat sebagai Bupati Ende banyak hal yang ia lakukan dari waktu ke waktu. Selain pembangunan infrastruktur, Winokan juga pernah memperbaiki hubungan antar umat beragama serta mengkampanyekan hidup bertoleransi.
Hal itu diungkapkan Mariyetha Theresia Winokan Latubatara (70), putri Bupati Winokan saat diwawancarai wartawan melalui sambungan telepon pada Selasa (10/11/2020) siang.
Mariyetha menyebutkan Bupati Winokan ialah salah satu sosok pemimpin yang rendah hati dan sangat dekat dengan rakyat sejak ia menjabat. Ia kerap mengunjungi warga ke beberapa wilayah hingga ia membuka akses jalan ke Danau Kelimutu.
Sejak itu, Bupati Winokan sudah memikirkan potensi wisata Danau Kelimutu menjadi destinasi wisata unggulan di Kabupaten Ende. Bahkan, saat membuka akses ke kawasan wisata tersebut dia rela tidur di jalan berkelambu.
“Bapak kalau turun ke kampung-kampung sering bermalam bahkan tidur di jalan dengan tikar dan kelambu yang dibawa dari Ende. Itu saat rintis jalan ke Danau Kelimutu,” tutur Mariyetha.
Bahkan saking semangatnya mengembangkan potensi wisata Kelimutu, Bupati Winokan rela putrinya Mariyetha berpose layak model dan dimuat di Majalah Tentara Indonesia. Reaksi itu dilakukan untuk mempromosikan wisata Danau Kelimutu ke dunia luar.
Selain itu, Bupati Winokan juga kerap menjaga hubungan baik antar lembaga kepemerintahan. Bahkan secara internal lembaga eksekutif, Winokan selalu menjaga keharmonisan.
Winokan juga dikenal sebagai sosok pemimpin yang bekerja keras dan rendah hati. Beberapa pembangunan yang menjadi kenangan di masanya seperti jembatan penyeberangan antara Taman Bung Karno dan Taman Rendo. Termasuk pot-pot bunga besar yang kini terpampang di setiap sudut jalan Soekarno.
Bupati Winokan juga disebut sosok pemimpin yang rendah hati sebab kerap bersilaturahmi ke berbagai kalangan baik para tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh adat (mosalaki) hingga Raja Ende seperti Raja Aroeboseman.
Ia berhubungan dekat dengan Aroeboesman, Bupati berikutnya setelah Hendrikus Antonius Labina menjabat pada 10 Juli hingga 2 September 1967. Bupati Winokan kerap menerima saran dan gagasan Aroebosman dalam rangka membangun Ende.
Namun, situasi pembangunan saat itu tak begitu masif lantaran terjadinya gerakan pemberontakan PKI pada tahun 1965. Progres pembangunan di Kabupaten Ende pun seiring terganggu saat itu. Bahkan ia disebut sedikit terkuras dalam peristiwa itu hingga jatuh sakit dan meninggal dunia saat ia menjabat sebagai Bupati Ende.
Terhadap para pejuang pembangunan Kabupaten Ende, Mariyetha berharap agar diberi penghargaan atas jasa-jasa dan karya mereka selama menjabat di daerah ini.
Pemerintah diharapkan pula dapat mengenang para tokoh pejuang pembangunan sejak Kabupaten Ende dibentuk dengan memberikan nama jalan.
Penulis : Ian Bala
Editor: Irvan K