Labuan Bajo, Vox NTT- Bagi setiap pecinta tenun ikat, pasti sudah tidak asing lagi mendengar dan mengetahui sejumlah motif yang ada di tenun ikat tersebut.
Begitu pula dengan songke, tenun ikat asal Manggarai.
Pada umumnya, masyarakat Manggarai menyebut dengan songke Manggarai. Ada sejumlah motif yang berasal dari Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur.
Salah satu motif songke Manggarai khas Manggarai Barat adalah motif “Mata Manuk”. Jika diterjemahkan secara etimologis, kata Mata adalah Mata dan Manuk adalah ayam.
Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, motif “Mata Manuk” adalah mata ayam.
Motif “Mata Manuk” Diperkenalkan ke Publik
Tidak semua masyarakat Manggarai Barat mengetahui siapa orang yang pertama menciptakan motif “Mata Manuk”.
Motif “Mata Manuk” dikenalkan pertama kali oleh Maria Elisabeth C. Pranda. Maria merupakan istri dari Bupati Pertama Manggarai Barat yaitu Almarhum Wilfridus Fidelis Pranda.
Tahun 2005-2010, Maria merupakan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Manggarai Barat.
Pada tahun 2007, ia didatangi oleh Dinas Perindagkop Provinsi NTT.
Kedatangan Dinas Perindagkop Provinsi NTT saat itu untuk memberitahukan dan menyampaikan bahwa, Kabupaten Manggarai Barat harus memiliki kain tenun khas sendiri.
“Saat itu karena Manggarai Barat sudah resmi menjadi kabupaten, Dinas Perindagkop Provinsi NTT minta agar kita harus memiliki kain tenun khas sendiri. Lalu munculah ide peluncuran songke Manggarai dengan motif “Mata Manuk” ini,” ungkap Maria kepada VoxNtt.com, Minggu (15/11/2020).
Ia mengisahkan, ide motif “Mata Manuk” berangkat dari keseringannya melihat seluruh ritus adat, agama, dan penerimaan tamu-tamu yang selalu menggunakan ayam.
“Saya selalu dampingi Bapak Fidelis Pranda. Dan saya selalu melihat seluruh ritus adat, agama, penerimaan tamu-tamu selalu menggunakan ayam. Dari situ muncul ide untuk membuat nama motif “Mata Manuk”,” jelas Maria.
Setelah itu kata dia mulai berproses membentuk kepanitiaan untuk mengadakan seminar tentang motif “Mata Manuk”.
Seminar pada saat itu dihadiri oleh seluruh tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, Muspida, organisasi wanita, kelompok pengrajin tenun, Ketua DPRD Mabar, Kapolres Mabar, perwakilan-perwakilan dari setiap kecamatan, dan para camat.
“Seminar berlangsung di Aula Paroki Roh Kudus Labuan bajo pada tanggal 30 Oktober 2007 dan dibuka langsung oleh Bupati Manggarai Barat saat itu yaitu Almarhum Bapak Fidelis Pranda,” ungkap Maria.
Hasil dari seminar itu kata Maria, langsung dibuat kelompok-kelompok pengrajin di desa-desa untuk membuat songket bermotif “Mata Manuk”.
Makna Motif “Mata Manuk”
Maria menjelaskan, motif “Mata Manuk” (mata ayam) dengan model trapezium memiliki filosofi nilai budaya yang sangat tinggi serta nilai religius masyarakat Manggarai Barat.
Mata Ayam yang berbentuk bulat telur kata dia, mempunyai ketajaman penglihatan dan melihat sesuatu dengan yakin dan menarik perhatian dari sesamanya.
Dia menyebut, “Mata Manuk” lebih tajam dan peka untuk melihat musuh-musuh yang jauh.
“”Mata Manuk” lebih tajam melihat makanan yang oleh mata manusia tidak dapat melihatnya serta sebagai pengingat waktu,” tegasnya.
Maria mengatakan, songket bermotif “Mata Manuk” yang diangkat sebagai motif khas daerah Kabupaten Manggarai Barat, berkaitan erat dengan kehidupan religius dan kehidupan sosial masyarakat di wilayah ujung barat Pulau Flores itu.
“Misalnya, manuk sebagai sarana penyembahan kepada Sang Pencipta dan Leluhur, manuk dalam ritus-ritus adat. Manuk juga sebagai sarana perdamaian dan persaudaraan, manuk sebagai simbol kejantanan dan keberanian, dan manuk sebagai penolakbala,” katanya.
Untuk itu, Maria mengucapkan terima kasih kepada Bupati Pertama Manggarai Barat Almarhum Fidelis Pranda yang telah mendukung penuh lahirnya motif “Mata Manuk”.
“Terima kasih juga untuk mantan ketua DPRD Mabar pada saat itu Bapak Suherman, Kapolres saat itu Bapak Butce Helo, Tokoh Masyarakat, Tokoh Adat, para Kepala Dinas/Badan Kantor, para Camat saat itu, panitia penyelenggara, Pater John Salu SVD, Bruder Angelinus Nadut SVD dan seluruh masyarakat Manggarai Barat,” ucapnya.
Maria menambahkan, songket Manggarai bermotif “Mata Manuk” telah terdaftar di Kementrian Hukum dan HAM (Kemenkumham) pada Rabu 23 September 2020 lalu.
Pendaftaran songket Manggarai bermotif “Mata Manuk” kata Maria diq, didaftarkan langsung oleh Kuasa Hukumnya yaitu Mario Pranda, SH.
“Kami telah mendaftarkan Kain Tenun motif “Mata Manuk” ke Kemenkumham melalui Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual di Jakarta dengan Nomor Pencatatan Ciptaan 000209325,” tutupnya.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba
Berikut model-model songket Manggarai bermotif “Mata Manuk”.