Editorial, VoxNtt.com-Pilkada Manggarai menarik dikaji karena penetrasi kampanye di internet terlihat cukup sengit antara dua kubu yang bertarung.
Jika mengikuti beberapa grup Facebook di Manggarai, Kubu Hery maupun Deno terlihat punya ‘senjata rahasia’ dengan mengkonsolidasikan akun palsu. Akun-akun ini tak jarang terlihat beradu argumentasi secara sangar, beringas dan garang.
Alhasil, propaganda politik melalui akun-akun semu ini bagai penyulut api yang ikut memanasi situasi politik di dunia nyata. Gesekan-gesekan antar pendukung pun tak terbendung. Salah satu contoh nyata kedunguan yang terpampang adalah insiden perkelahian dua orang pendukung di lapangan Motang Rua beberapa waktu lalu. Perkelahian itu tersulut oleh api kebencian yang terjadi di dunia maya.
Insiden itu memang dilatari beda pendapat antar dua pendukung dari paslon berbeda. Meski tak menggunakan akun palsu, namun di ruang komentar, akun-akun semu ini ikut memanasi situasi. Lalu apa sebenarnya yang dipikirkan para pengguna akun palsu ini?
Satu hal yang perlu diketahui, para tim sukses berusaha untuk menyembunyikan identitas mereka sehingga bisa bebas menyerang dan menyampaikan apa saja tanpa takut terjerat delik hukum. Ujaran kebencian, fitnah, tuduhan maupun kabar hoaks pada akhirnya mengalir bebas ke ruang publik.
Jika caranya seperti ini, maka pertarungan Pilkada Manggarai kali hanya bermodal siapa yang kuat gangga (debat kusir yang tak jelas arahnya) antara tim sukses.
Masyarakat yang seharusnya mendapatkan informasi akurat terkait program, keunggulan dan kelemahan kandidat, akhirnya digiring ke dalam ke dalam ruang kebencian akut. Politik tak lagi cair karena tembok kebekuan antar pendukung semakin tinggi. Jika terus tersulut, bukan tidak mungkin Pilkada Manggarai akan menghasilkan insiden berdarah pasca pemilihan maupun setelah pemilihan. Sungguh naif kan?
Perang Data
Sebenarnya tanpa harus menggerakan akun palsu, upaya kedua kandidat untuk merebut hati pemilih di media sosial akan tetap berjalan secara efektif dan efisien. Pihak Hery Nabit misalnya dapat menyerang petahana menggunakan data-data yang sekarang dapat diakses bebas di berbagai platform digitial resmi. Tesis “bupati gagal” yang dicanangkan kelompok Hery juga bisa ditemukan dalam berbagai fakta riil di lapangan.
Demikianpun dengan slogan perubahan yang diusung, tim Hery dapat menjelaskan jalan menuju perubahan itu dengan mencanangkan program-program yang masuk akal, terukur dan sistematis.
Namun sayangnya, selama ini jargon perubahan itu hanya sebatas yel-yel ganti bupati. Jika ditanya apa program unggulan Hery Nabit yang unik dan membedakannya dengan Deno Kamelus, sepertinya para timses gagap menjelaskan hal itu.
Alhasil, jalan perubahan itu masih samar bahkan berkutat dalam ranah abu-abu. Belum jelas dan terang. Dengan kata lain, perubahan tanpa jalan, hanyalah mimpi semu. Kubu Hery hanya hidup dalam mimpi, bukan mimpi dalam hidup.
Hal yang sama juga bisa dilakukan kubu Deno. Serangan-serangan penantang dapat ditampik dengan data-data kemajuan yang diraih selama 5 tahun terakhir. Jika memang Manggarai sudah berubah, sebagaimana tesis utama kubu Deno, di mana letak perubahannya? Bagaimana perbandingan Manggarai sebelum dan sesudah 5 tahun terakhir Deno memimpin? Lalu, Manggarai yang maju dalam pandangan kubu Deno itu seperti apa? Bagaimana imajinasi arah pembangunan Manggarai dalam 50 tahun yang akan datang?
Ilusi Akun Palsu
Karena gagap bicara data, alhasil salah satu cara paling mudah untuk menyulut simpati publik adalah dengan memainkan narasi remeh-temeh seperti yang dilakoni para timses lewat akun palsu.
Namun sialnya, timses kedua paslon malah terjebak dalam narasi ilusi yang belum tentu bisa memenangkan pertarungan. Mereka tak sadar bahwa saat ini makin banyak masyarakat yang sudah melek literasi bahkan sudah tahu membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Justru makin banyak timses kubu tertentu memainkan akun palsu, makin kuat pula persepsi tertanam bahwa kubu tersebut adalah pemain narasi hoaks.
Di sinilah ilusi itu terjadi. Timses terjebak dalam keyakinan yang salah. Padahal masyarakat sudah banyak belajar dari pemilu ke pemilu, sudah diasa dari pilkada ke pilkada sehingga makin tajam dalam membedakan keaslian dan kepalsuan.
Nah, inilah ruang kosong yang belum diisi dalam Pilkada Manggarai. Waktu masih tersisa. Dari pada masih memakai cara lama yang belum tentu memenangkan pertarungan, lebih baik segera berbalik arah. Ruang kosong ini perlu diisi dengan narasi yang mudah dimengerti, logis, sistematis dan faktual. Ingat! Jangan mengira rakyat Manggarai mudah dikibuli pakai akun palsu.