Mbay, Vox NTT-Tren pariwisata super premium di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat telah memberi pengaruh besar pada sejumlah persiapan destinasi lanjutan ke daerah lain di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Sayangnya, upaya promosi pariwisata, sejauh ini belum terasa maksimal hingga wisatawan kesulitan mengenali obyek yang akan dipromosikan.
Dosen Fakultas Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang, Arum Martikasari, mengatakan itu saat menjadi pemateri dalam kegiatan fasilitasi penguatan digitalisasi destinasi wisata, yang diselenggarakan oleh Badan Otorita Pariwisata Labuan Bajo Flores (BOPLBF) di Hotel Pepita Mbay, Rabu (02/12/2020) kemarin.
CEO of Anagata Consultant itu mengatakan, promosi pariwisata yang tepat sangat membantu proses perencanaan agenda perjalanan wisatawan. Untuk mewujudkan itu, cara termurah dan termudah adalah melalui penggunaan media sosial.
Hanya saja, sejauh ini masyarakat umum masih menggunakan media sosial secara konvensional tanpa mengenali bagaimana cara terbaik dalam mempromosikan tempat pariwisata.
Sebab, menurut Arum, secara umum, media sosial akan sangat membantu perspektif wisatawan dalam menyediakan informasi dan mempermudah pencarian informasi mengenai lokasi kunjungan wisata.
Menurutnya, dari lima karakteristik dasar dalam mengelola media sosial sebagai media promosi. Hal yang paling utamanya ialah pegiat pariwisata harus mengenal karakteristik media sosial yang akan digunakan.
Arum mencontohkan dua jenis media sosial yang paling banyak digunakan di Indonesia yaitu media sosial facebook dan instagram.
Dua jenis media sosial ini memiliki perbedaan penggunaan bila hendak dijadikan sebagai sarana promosi wisata.
Facebook misalnya, memang berada di urutan ketiga tertinggi penggunaannya di Indonesia setelah youtube dan instagram. Namun, dalam konteks promosi wisata, pegiat pariwisata tidak boleh langsung menggunakan tulisan dan foto pada dinding aplikasi itu. Pasalnya, kata dia, dinding utama facebook tidak masuk dalam mesin pencari google.
Untuk itu, bila tetap menggunakan facebook sebagai media promosi wisata, maka salah satu fitur facebook yaitu fanpage bisa menjadi solusinya.
Sedangkan pada instagram, semua fiturnya dapat dijadikan media promosi, seperti Stori IG dan IG TV.
Sementara, Direktur Utama BOPLBF Shana Fatina dalam sambutan virtualnya mengungkapkan, di masa normal baru ini kebangkitan pariwisata sangat baik jika dimulai dengan aktivasi media sosial atau platform digital sebagai media informasi bagi desa-desa wisata.
“Hari ini kita bersama melakukan upaya percepatan termasuk meningkatkan kualitas promosi lewat konten digital dari potensi wisata yang sudah dimiliki. Kegiatan ini dimaksudkan agar kita seirama menjemput era digital 4.0. Kita akan dorong desa wisata ini untuk mendayagunakan platform digital seperti facebook fanpage, instagram, maupun youtube dan mulai pengembangan narasi wisata yang dimiliki oleh masing-masing desa,” ucap Shana.
Shana juga berharap, desa dapat mengoptimalkan platform digital yang ada untuk kegiatan promosi desanya,
“Harapannya, tiap destinasi wisata bisa mengoptimalkan platform digital agar berdikari dalam “menjual” potensi wisata yang dimiliki. Media sosial dapat dijadikan panduan informasi bagi para wisatawan yang hendak berkunjung,” jelasnya.
Untuk diketahui, kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Divisi Komunikasi Publik (Kadiv Komblik) BOPLBF Sisilia Jemana dan tim, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Nagekeo, Andreas Ndona, dan perwakilan masing-masing Dinas Pariwisata 3 kabupaten (Ngada, Nagekeo, dan Ende).
Kemudian, hadir juga narasumber lokal yang sekaligus merupakan pelaku wisata (digital) Sun Rice Homestay di Desa Bangka Kenda, Ruteng, Yeremias Jefrisan Aquino dan sejumlah awak media.
Penulis: Patrick Romeo Djawa
Editor: Ardy Abba