Kupang, Vox NTT-Partai Golongan Karya (Golkar) Nusa Tenggara Timur semakin digandrungi milenial.
Persis, banyak anak muda bergabung dengan partai berlambang beringin itu, ketika tampuk kekuasan pindah tangan ke sosok muda Emanuel Melkiades Laka Lena.
Dalam kurun waktu dua tahun, ketika Melki Laka Lena menggantikan Ibrahim Meda sebagai ketua DPD I Golkar NTT, partai beringin semakin melejit dari segi jaringan, anggota dan performa.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu Golkar NTT, Fransiskus Sarong, beberapa waktu lalu pernah menyebut bahwa Melki Laka Lena adalah sosok pemimpin yang mampu melampaui zaman dan lintas generasi.
“Ia pandai merangkul dan menghargai sesepuh Golkar dan juga merangkul anak muda,” katanya.
Hal itu dibuktikan saat beberapa waktu terpilih sebagai ketua DPD I Golkar NTT, Melki melakukan terobosan dengan mengabadikan sejumlah tokoh Golkar yang pernah berjasa untuk partai itu dalam sebuah buku bertajuk, Jejak Partai Golkar.
Tidak hanya konsolidasi internal partai, memecahkan kubuh-kubuhan dan menyejukan pertentangan, acapkali, Golkar juga aktif membuat kegiatan yang melibatkan anak-anak muda.
Kemenangan Signifikan
Tidak hanya soal jaringan dan popularitas partai yang melejit. Golkar NTT, pada Pilkada serentak 2020 pada 9 Desember lalu, berhasil menang sebanyak 5 daerah dari 9 daerah yang menyelenggarakan Pilkada.
Hasil kajian, kata Frans, sebetulnya dari paslon usungan Golkar, malah menunjukkan tren meningkat secara positif. Misalnya dari 6 daerah, yang dengan keunggulan level 1 ada di Malaka, Sumba Timur, Ngada, Manggarai, Manggarai Barat, dan Belu.
Malah sekarang yang juga punya tren positif asalkan mampu mengemas secara baik, semua peluang menang level 2 justru mulai dari TTU, Sumba Barat, dan Sabu Raijua.
“Sehingga kami optimistis bisa mencapai kemenangan dari 6 kabupaten naik menjadi 8 kabupaten dengan sisa waktu yang ada,” jelas Frans saat Rakornis Badan Saksi Golkar di Timor Sahid Hotel November lalu.
Artinya, kemenangan Golkar tidak jauh dari target awal badan pemenangan pemilu.
Yang mengejutkan, untuk Pilkada di daratan Timor dan Flores, Golkar meraup kemenangan sebesar 90%.
Satu-satunya daerah yang kalah adalah Pilkada Kabupaten Malaka, Bupati Stef Bria Seran, harus mengakui kemenangan penantangnya, Simon Nahak berdasarkan real count KPU.
“Untuk NTT kami memang di atas 60% demikian pula untuk nasional kami memang sebanyak 61% ,” ujar Frans, Rabu 16 Desember malam.
Dia menjelaskan, kemenangan signifikan Golkar sebetulnya karena munculnya terobosan baru.
Terobosan baru itu yakni, Golkar tanpa mahar kepada bakal calon yang maju melalui Golkar.
“Kita hanya berlakukan uang saksi. Jadi, setiap bakal calon yang hendak maju melalui Golkar harus menyiapkan yang namanya uang saksi,” jelasnya.
Uang saksi tersebut, menurut mantan wartawan Kompas itu, disetor ke rekening DPP Golkar.
“Uang saksi itu per TPS sebesar Rp500.000. Disimpan di rekening DPP akan tetapi beberapa hari sebelum pencoblosan uang saksi tersebut ditransfer ke bakal calon,” jelas Frans.
Menurutnya, terobosan itu memudahkan bakal calon yang memikirkan uang saksi menjelang pencoblosan.
Target Kursi Gubernur
Penguatan jaringan dan kapasitas internal Partai Golkar NTT, rupanya dalam rangka menuju pemilihan Gubernur yang akan datang. Menurut Frans, logika berpartai adalah untuk kekuasaan.
“Jadi tidak perlu ditutup-tutupi, tujuan berpartai itu untuk kekuasaan dan target kita adalah untuk itu,” ujarnya.
Menurutnya, beberapa hal yang menjadi tolak ukur Partai Golkar untuk merebut posisi Gubernur NTT.
Pertama, kata dia, hal ini merupakan perintah Munas bahwa kader Golkar harus maju calon kepala daerah.
Kedua, lanjut dia, Golkar di DPRD Provinsi punya 10 kursi sama dengan PDIP memiliki peluang untuk mengusung calon Gubernur sendiri.
Ketiga, kandidat usungan Golkar adalah Melki Laka Lena. Makanya sosialisasi sejak dini dilakukan.
“Kalau nanti elektabilitasnya menjanjikan yah kita usung untuk calon Gubernur,” jelasnya.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba