Kefamenanu, Vox NTT-Kondisi ruas jalan Lurasik-Sapaen di Kecamatan Biboki Utara, Kabupaten TTU, dengan panjang jalan sekitar 12 kilometer sangat memprihatinkan.
Ruas jalan kabupaten ini sudah puluhan tahun tidak tersentuh dan luput dari perhatian Pemerintah Kabupaten TTU.
Akibat sudah puluhan tahun tidak diperbaiki, jalan yang diaspal (lapen) pada tahun 1995 tersebut kini sudah dipenuhi kubangan yang dalam. Pengguna jalan pun kesulitan untuk melintas.
Merasa jenuh dan prihatin dengan kondisi jalan yang rusak serta banyaknya keluhan dari umat, Pastor Paroki Gereja St. Petrus dan Lurasik, Yohanes Oki, Pr berinisiasi untuk turun tangan menutupi kubangan yang memenuhi badan jalan.
Penutupan lubang terutama di sepanjang jalan dari Kantor Camat Biboki Utara hingga Pertigaan Gereja Lurasik yang jaraknya hampir 1 kilometer.
Disaksikan VoxNtt.com, Rabu siang (17/03/2021), Pastor Jhon, begitu ia disapa, langsung turun tangan menggunakan sekop dan meratakan material berupa sertu yang ditumpuk di kolam-kolam pada badan jalan.
Menurutnya, banyak umat yang mengeluh karena kesulitan untuk ke sekolah dan gereja karena jalan yang dilintasi sudah berubah menjadi kolam yang kedalamannya sekitar 30-an cm.
Melihat Pastor Jhon bekerja meratakan material di jalan, umat yang tinggal di sekitar lokasi jalan rusak itu datang dan ikut membantu.
Tidak hanya kaum bapak yang membantu Pastor Jhon, kaum ibu juga ikut mendukung dengan menyiapkan makan siang bagi para pekerja yang memperbaiki jalan tersebut.
Selain itu, Plt. Camat Biboki Utara Hironimus Ndun bersama sejumlah pegawainya juga terpaksa ikut ambil bagian menutupi kubangan yang memenuhi badan jalan tersebut.
Pastor Jhon menuturkan, karena kondisi jalan memprihatinkan dan banyak umat yang mengeluh maka sebagai pemimpin agama dirinya menyisihkan sejumlah uang derma yang digunakan untuk mengangkut sertu.
Dikatakan, tiga unit dump trcuk yang digunakan untuk mengangkut material hanya dibayar ala kadarnya untuk kebutuhan bahan bakar karena uang derma yang disisihkan untuk kegiatan tersebut hanya sebesar Rp2.000.000.
Ia meminta bantuan pada salah satu umatnya yang kebetulan memilik mobil dump truck.
“Setelah banyak umat mengeluh karena kesulitan antar anak ke sekolah dan saat ke Gereja, saya mulai sisihkan uang derma dan setelah dihitung bisa untuk biaya isi minyak salah satu umat yang memiliki dumtrcuk. Sementara untuk tenaga untuk meratakan material kita ramai-ramai kerja,” ujar imam yang dikenal pekerja keras ini.
Pastor Jhon mengaku sudah belasan tahun bertugas di Lurasik. Namun sepanjang ia bertugas di sana, jalan tersebut tidak pernah diperhatikan.
Ia berharap, melalui aksi yang dilakukan bersama umatnya, Pemerintah Kabupaten TTU dapat membuka hati dan pikiran untuk memperbaiki jalan tersebut. Sebab, selain untuk memudahkan transportasi, akses jalan tersebut juga sangat membantu masyarakat, mengingat Lurasik merupakan salah satu daerah lumbung padi di Kabupaten TTU.
“Apa yang saya lakukan merupakan rasa prihatin saya karena ini jalan umum dan banyak yang gunakan jalan ini, namun jalan ini sudah berlumpur dan dipenuhi genangan air yang cukup dalam sehingga saya mengambil sikap untuk menolong dengan cara saya sendiri,” kata Pastor Jhon.
Ia berharap pemerintah segera memberikan perhatian karena selama puluhan tahun ruas jalan ini dibiarkan rusak dan tidak diperbaiki.
“Harapan kita, dengan aksi kecil ini kita membantu pemerintah untuk berpikir lebih baik tentang kondisi jalan raya yang sudah sekian tahun tidak diberi perhatian. Sudah banyak kali diangkat oleh media tapi sampai hari ini jalan ini belum diperbaiki. Mungkin dengan langkah sederhana ini bisa membantu membuka wawasan berpikir pemerintah supaya hati mereka bisa terbuka dan tersentuh untuk memperhatikan masyarakat di Biboki Utara termasuk umat Paroki Lurasik,” tutupnya.
Harapan senada disampaikan Alta Meomanu, salah satu umat yang ikut membantu menutupi kubangan.
Alta mengaku ruas jalan tersebut sudah sangat lama dikerjakan dan selama ini masyarakat kesulitan untuk melintas karena kubangan sudah menguasai badan jalan.
“Jalan ini dikerjakan saat saya belum berkeluarga dan saat ini anak pertama saya sudah mau tamat SMA tapi jalan ini belum juga diperbaiki. Kita mau melintas harus melewati kubangan dan kalau tidak hati-hati maka pakaian kita akan penuh dengan lumpur,” keluh Alta.
Penulis: Marcel Manek
Editor: Ardy Abba