SoE, Vox NTT-Aksi bom bunuh diri di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan yang menewaskan dua orang dan melukai 14 orang lainnya, Minggu (28/03/2020) kemarin, mendapat kecaman dan kutukan keras dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Sekretaris Umum MUI TTS, Haji Muhammad Arifoeddin yang diwawancari VoxNtt.com, Senin (29/03/2020) pagi, mengatakan, pada prinsipnya MUI TTS sangat mengutuk keras aksi bom bunuh diri di depan Katedral Makassar tersebut.
Karena bagaimana pun aksi kekerasan yang dilakukan tersebut, ujar Haji Mad Arfoeddin, tidak membawa kelompok agama tertentu.
“Pada prinsipnya teroris adalah musuh bersama. Dan, tidak ada satu agama pun yang suka dengan yang namanya teroris. Masyarakat juga diminta untuk waspada dan tidak perlu takut. Ini karena teroris menginginkan munculnya ketakutan-ketakutan,” ujar Haji Mad Arifoeddin.
Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Kupang ini, menandaskan bahwa teroris harus dilawan dengan menguatkan kembali rasa nasionalisme Indonesia.
“Nasionalisme harus semakin kita perkuat. Kita jangan terprovokasi dengan situasi yang dimainkan oleh para teroris. Apalagi saat ini umat Kristiani sementara memasuki pekan suci perayaan Paskah serta umat Islam juga memasuki bulan Ramadhan,” ujarnya.
Haji Mad menyebut, aksi tidak berprikemanusiaan di Makassar tersebut, memberikan isyarat kepada masyarakat bahwa jaringan dan sel-sel teroris masih ada di Indonesia.
Oleh karena itu, hal yang pertama perlu dilakukan adalah membentengi diri dengan baik dan tidak cepat terprovokasi dengan hal-hal negatif.
“Kami MUI TTS meminta pihak keamanan dalam hal ini Polri menindak tegas sampai akar-akar pelaku bom bunuh diri di Makassar,” tandasnya.
Sebagai salah satu pengurus Nahdlatul Ulama (NU) di TTS, ujar Haji Mad, pihaknya juga akan membangun komunikasi dengan Pemuda Anzor di TTS.
Hal itu agar membangun komunikasi lintas pemuda antaragama dan pihak kemanan di TTS untuk kembali menjaga keamanan secara bersama-sama menjelang perayaan Paskah dan Ramadhan.
Penulis: Long
Editor: Ardy Abba