Borong, Vox NTT- Kondisi padi milik Isfridus Sota di Lingko Bea Nekes, Kampung Lengko Lolok, Desa Satar Punda, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur mematahkan seluruh narasi kelompok pro tambang.
Pasalnya, banyak dari kelompok pro tambang menilai tanah di lokasi itu tidak subur. Itu sebabnya layak dijadikan lokasi tambang.
Kondisi tanaman padi milik Isfridus justru berbanding terbalik dengan penilaian orang. Padi tumbuh begitu subur di tengah rencana penambangan batu gamping oleh PT Istindo Mitra Manggarai (IMM).
Isfridus mengatakan, tahun ini dia memperoleh hasil yang sangat memuaskan. Hasil sementara kata dia, sebanyak 8 karung (100 kg). Hingga kini, dia belum memanen semua padi di lahan tersebut.
BACA JUGA: Timbang Untung dan Buntung Pabrik Semen Lingko Lolok
Pekan depan, dia bersama warga setempat akan melanjutkan panen. Hasil padi di lahannya itu bisa mencapai 10 karung (100 kg) lebih jika semuanya sudah dipanen.
“Kami tidak menggunakan pupuk karena tanahnya memang subur. Padi di lahan saya setinggi manusia dewasa, karena sangat subur,” ujarnya kepada wartawan, Sabtu (03/04/2021).
Ia menjelaskan, dari hasil padi tersebut bisa menutupi makan setahun untuk keluarganya.
Tahun 2021 ini, Isfridus tidak mengerjakan semua lahan kosong miliknya karena keterbatasan biaya produksi. Apabila mengerjakan semua lahan kosong, maka akan memperoleh hasil yang cukup. Bahkan bisa dijual untuk menambah pendapatan selain menjual hasil komoditi.
“Tahun ini merupakan tahun hasil, kalau semua lahan kosong bisa dikerjakan hasilnya bisa melimpah,” pungkas dia.
Isfridus juga meminta Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur agar membantu petani di Kampung Lengko Lolok untuk mencetak lahan sawah tadahan di Bea Mberong. Lahan datar seluas puluhan hektare tersebut kata dia, sangat cocok untuk dijadikan sawah tadahan.
“Apabila membuat sawah tadahan sangat cocok dan bisa menciptakan hasil yang memuaskan. Saya semua warga untuk bertani memanfaatkan kesuburan tanah,” kata Isfridus.
Menurut Isfridus, selain padi, wilayah itu juga sangat cocok untuk ditanam jagung. Di sana, sebagian besar warga memperoleh hasil panen jagung lumayan memuaskan dan bisa meningkatkan perekonomian warga.
“Banyak warga menjual jagung, karena ini juga daerah penghasil jagung,” ungkap dia.
Sementara itu, Direktur JPIC SVD Pastor Simon Suban mengatakan, alam sudah menunjukkan bahwa bisa memberikan yang terbaik untuk makhluk hidup terutama manusia dengan memanfaatkan segala yang ada di permukaan.
Untuk itu, sentuhan atau campur tangan yang tepat dari manusia akan memberikan hasil yang maksimal dan berkualitas.
“Hanya orang malas yang berpikir bahwa alam ini tidak memberi dia yang terbaik. Bagi saya, alam dengan cara sendiri memberi kesaksian bahwa Lengko Lolok bukan daerah yang tidak subur atau tidak cocok untuk pertanian,” ujarnya kepada wartawan.
Menurut Pastor Simon, semua yang dimakan oleh manusia berasal dari tanah. Uang atau barang apapun dari perut bumi, tidak bisa dimakan kecuali hasil pertanian.
Realitas lahan subur tersebut menggugat semua orang yang berpikir bahwa Lengko Lolok itu tidak subur dan tidak cocok untuk pertanian.
Wilayah Lengko Loklok dan alamnya adalah areal yang cocok untuk pertanian dan tidak perlu ditambang.
“Dengan demikian, hasil kebun petani di Lengko Lolok tahun ini memberitahu kita bahwa, Lengko Lolok dan alamnya cocok untyk pertanian,” kata Pastor Simon.
Ia berharap, hasil petani Lengko Lolok itu membuat pengambil keputusan untuk mengubah cara berpikir dan kebijakan tambang di sana dan menggantikannya dengan kebijakan pertanian, perkebunan, ternak, dan perikanan tentunya yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan.
“Saat ini belum terlihat cukup jelas inovasi pertanian di Manggarai umunya dan Manggarai Timur khususnya. Inovasi pertanian sangat penting untuk efektivitas dan efisiensi bertani dan berkebun,” papar Pastor Simon.
Penulis: Ardy Abba