Mimpi Itu Luka
Engkau pernah bilang padaku
Mimpikanlah aku dalam tidurmu
Namun aku hanya diam
Karena mimpi itu mustahil bagiku
Mata saja enggan pejam
Bagaimana mungkin memimpikanmu?
Ayahku pernah pesan jangan
mimpi pada janji yang terucap
Karena di sana hanyalah bunga-bunga
mekar yang sedang beraroma.
Tak menjamah realitas nyata
nanti menangis menyesal
saat kekasih pergi tinggalkan hatimu.
Manusia mesti kuat hadapi badai hidup
karena cinta kekasih tidak abadi.
Ia hanya membekas pada kata-kata
Mimpi cuma tinggalkan bunga
Dan perginya cara lain kuatkan hati
Namun memimpikanmu
tak akan pernah bisa
Coba tataplah langit yang tampak
tenang dan teduh
Cinta seperti itu
Tak goyah oleh goncangan
Mengalir apa adanya
Mimpi hanyalah belaka
Yang tak menyata dalam realitas
Aku pun tak semudah
apa katamu mimpikan aku
Karena pesan ayah mimpi itu
kelak goreskan luka
Pada hatiku yang suci
Zimbabwe, 2020.
Cinta Ibu
Ibu aku ingin apa pun engkau hari kemarin hari ini hingga nanti tetap Ibu hidup dari segala yang hidup. Jangan lekang oleh pekik rakus dan tamak hari ini. Semua ada karena cintamu.
Rindu yang masih tersisa itu dipohonkan dalam ayat-ayat mazmur
agar hati tak tersayat
bersama badai seroja.
Cinta ibu adalah hidup
Melampaui samudra cinta
Menggapai cakrawala
Bersenandung di atas awan
Membumi
merangkul hangat hati
Sejuk dan teduh.
Ilizwi Biclical Centre-Zimbabwe, 21/04/2021.
Tuhan Masih Ada
Ratap tangis anak negeri tiada henti,
setiap malam kudengar suara itu
bergema di telinga
nuraniku bergejolak
untuk menjangkaunya
dan memberi hidup yang sebenarnya,
hidup yang hidup,
hidup yang tidak mati oleh mamon.
Pada jantungku tersisa luka
di malam gelap,
kulihat dan kupejamkan mata,
pada alas dedaunan kering
kuletakan kepalaku,
pada embun yang menetes
kuselimuti tubuhku,
namun dingin menjilat tubuhku
hingga sum-sum tulang,
Aku merebahkan tubuhku
yang lemah pada debu
karena aku hanyalah
uraian dari debu.
Hati menangis tak tertahankan
betapa pedihnya realitas
rakyat jelata terkapar
segalanya terjual demi
mempertahankan napas
elite politik berkidung
mazmur gembira
dan menari bahagia
di atas air mata rakyat
yang meleleh basahi
tanah tempat lahir.
Dari bilik sepiku ini cintaku menangis haru
pada malam panjang yang enggan pergi
Aku menggugat di manakah Tuhan?
Pada mentari pagi kurasakan
hangat mengalir,
mencairkan beku hatiku.
Anak negeri buka mata
hapus air mata yang tersisa di pipi
senyum merekah bersama
sang surya yang tak pernah
berkata bosan berotasi seiring
detakan jantung
Tuhan masih ada
Dialah awal dan akhir
Yang tak pernah berakhir
Ia abadi hingga kekal
Ia tak pernah tidur.
Mari kita bangun dan berjaga
hapuslah air mata
gaungkan syukur atas berkat
untuk hidup penuh cinta.
Harare, Juni 2020.
Semesta Masih Diam
Hati itu rumah tempat segala rindu berteduh
Jangan pernah biarkan lapuk oleh ego
Hari ini kan pergi tak kan kembali menyapamu lagi
Cukup titip pesan basah
pada sisa-sisa tapak
di telaga senja
tapi sayang
semesta masih diam
tanpa similir.
Ilizwi Biclical Centre-Zimbabwe, 19/04/2021
Bumiku Ibuku
Bumiku ibuku
Engkaulah nafas dari segala nafas
Ibu dari segala ibu
Hidup dari segala hidup
Rahim dari segala rahim
Segala yang ada terkandung
dan lahir darimu
Hadirmu cinta yang menghidupkan.
Bumiku ibuku
Padang sabana
hutan, gunung gemunung
Lembah, sungai dan samudra nan luas
Tak selesai kunikmati hingga ajal
Aku hanyalah sabda bisu
yang merasakan hangat rangkulanmu
Kadang membiarkan air matamu meleleh
Maafkanlah aku
Aku alpa dan lupa terima kasih
Aku durhaka
Aku melukaimu.
Bumiku ibuku
Engkau menyusui tanpa henti
Kasihmu mengalir
dan air susumu terus menetes
Puaskan dahagaku.
Ibuku luka deritamu
akibat durhakaku
sadarkanlah aku
agar tahu berbakti kepadamu.
Bumiku ibuku
Menangismu adalah menangisku
Sakitmu juga sakitku
Izinkan saya hapus air matamu
dengan tangan yang tak menjangkau
Izinkan saya balut lukamu dengan balutan kasih walaupun cintaku hanyalah setetes embun
Semoga kesejukanmu tetap mengalir hingga abadi.
Bumiku ibuku
Kalau saatku tiba rangkul aku lagi
agar menyatuh bersamamu
seperti semula.
Engkau tetap bernama ibu
dan namamu abadi
Memberi dalam diam tanpa minta.
Bumiku ibuku
Maafkanlah aku
Biarlah hidup ini tetap hidup
dari kelimpahanmu
Biarkanlah aku mengabdimu tanpa henti
Bila senja pergi
izinkan aku juga menyepi
Biarkan aku merayu Tuhan
agar aku bisa hapus air matamu dengan sapu tangan kasihNya.
*Selamat Hari Bumi*
Zimbabwe, 22/04/2020
Yohanes Mau adalah salah satu penulis buku Antologi Puisi, “Seruling Sunyi untuk Mama Bumi.” Kini ia sedang bertualang di Zimbabwe-Afrika