Oleh: Yohanes A. Loni
Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat melakukan kunjungan kerja ke Desa Colol, Kecamatan Lamba Leda Timur, Kabupaten Manggarai Timur pada Sabtu (22/05/2021).
Kunjungan Gubernur Viktor Laiskodat dan Bupati Manggarai Timur Agas Andreas seharusnya menyadari bahwa kabupaten itu mempunyai potensi yang cukup untuk menopong pembangunan, terutama dari segi sumber daya alam sebagai dasar pemasukan pendapatan asli daerah (PAD).
Kopi identik dengan Manggarai Timur. Aroma kopi menjadi ikon komoditi unggulan di wilayah itu.
Hampir kopi menyebar merata di Lamba Leda, Borong, Kota Komba, Elar, dan Poco Ranaka. Seperti pepatah ‘di sini ada kopi, di sana ada kopi’.
Di mana-mana ada tanaman kopi kecuali wilayah pesisir pantai seperti Sambi Rampas.
Maka syair ‘danding manga kopi manga doi’ ketika ritual ‘hang woja weru’, dhasa jawa nguzha” (bagi orang Rongga) atau ritual syukur lainnya hanya mau menunjukkan kepada publik betapa membanggakan pemilik tanaman kopi itu.
Berkenan dengan pengesahan UU No. 36 Tahun 2007, tanggal 17 Juli 2007 tentang pembentukan Kabupaten Manggarai Timur kita wajib merenungkan keharuman kopi Manggarai Timur agar tetap menyengat menusuk hidung.
Sebab tanaman kopi tidak saja menjadi penyangga ekonomi keluarga, tetapi sekaligus economics historic-nya Manggarai Timur.
Kopi di Manggarai Timur tidak disebutkan secara jelas muasal komoditi andalan tanah mbate lerong dise empo itu.
Hampir pasti campuran tangan para misionaris asinglah yang memperkenalkan tanaman kopi itu.
Alhasil, sejak tahun 1920 kopi sangat populer di kawasan Gelarang Colol, Kecamatan Poco Ranaka.
Aroma Kopi Colol pulalah penyihir simpati Pemerintahan Belanda, sehingga pada tahun 1937 memberi penghargaan kepada Bernadus Ojong sebagai pemenang perlombaan kebun kopi Arabika.
Hingga kini penghargaan berupa bendera masih tersimpan di rumah Rudolf Ronco.
Pada bendera ukuran 160×2000 senti meter itu bertuliskan “Pertandingan Keboen 1937”.
Angka ini ditulis di atas gambar pucuk kopi Manggarai dalam bentuk setengah lingkaran.
Jadi hampir pasti, daerah Colol sudah dikenal sebagai penghasil kopi sejak zaman kolonial Belanda.
Pemberian bendera itu merupakan simbol pengakuan terhadap Colol sebagai penghasil kopi yang secara nyata di wilayah Manggarai Timur.
Manggarai Timur menjadi terkenal karena adanya kopi. Bahkan aroma kopi Colol, misalnya, memberi getah rasa sejajar dengan kopi Ermera di Timor Leste atau kopi Liwa di Lampung.
Menyadari besarnya tanaman kopi di Manggarai Timur pemerintahan Bupati Agas Andreas perlu adanya perhatian serius pengembangan tanaman kopi menjadi idola.
Manggarai Timur juga merupakan daerah penghasil kopi tertinggi dibandingkan dengan kabupaten lain di NTT.
Potensi kopi terbesar di Kecamatan Lamba Leda Raya, Borong, Kota Komba, dan Elar.
Kawasan bagian timur itu juga merupaka penghasil kemiri, vanili, dan berbagai jenis tanaman perdagangan lainnya.
Penyebaran areal kopi maupun kemiri cukup rata di seluruh kecamatan.
Tentu saja sumber daya alam itulah menjadi tumpuan harapan rakyat Kabupaten Manggarai Timur. Dalam konteks inilah mengapa Kabupaten Manggarai Timur harus berdiri otonom.
Ada beberapa pristiwa sejarah sebagai rentetan agenda kemasyarakatan di balik hadirnya Kabupaten Manggarai Timur.
Pada tanggal 6 Desember 2007 di Borong, ibu kota Kabupaten Manggarai Timur ramai dengan bunyi gong gendang mengiringi para penari untuk menjemput tamu pejabat Kabupaten Manggarai, Kabupaten Manggarai Barat dan para calon pejabat Kabupaten Manggarai Timur.
Di hari yang penuh gembira dan ceriah itu, ada acara syukur atas peresmian Kabupaten Manggarai Timur.
Anugerah Tuhan harus disyukuri dalam bentuk misa kudus yang dipimpin oleh Uskup Ruteng ketika itu, Mgr. Eduardus Sangsun, SVD (Alm-Red).
Kopi Colol
Bupati Kabupaten Manggarai Timur (Matim) Agas Andreas menyebutkan bahwa kopi colol memiliki kontribusi besar bagi daerah Manggarai Raya yakni Manggarai Barat, Manggarai dan Manggarai Timur.
Menurut Agas kontribusi bagi daerah Manggarai, mempromosikan Kopi Colol beserta narasinya dan mendesainnya dengan tampilan sachet sekaligus bersedia sebagai marketingnya.
Lebih lanjut menurut Agas Andreas Kopi Colol memiliki cerita tersendiri di tempat ini yang tentunya dinarasikan untuk menumbuhkan minat bagi para wisatawan berkunjung ke tempat ini dan menikmati kopi tersebut.
Ditambahkan lagi bahwa proses pemasaran Kopi Colol ini, pihaknya dapat memanfaatkan Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Mabar sebagai daerah destinasi wisata super premium.
Dengan memanfaatkan Labuan Bajo sebagai destinasi wisata super premium, maka Kopi Colol perlu didesain dalam bentuk sachet dan bersedia menjadi marketing untuk memasarkan kopi ini diseluruh hotel di sana (Labuan Bajo) tentunya hal ini butuh dukungan Pemprov, Bank NTT dan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF).
Yang disampaikan Bupati Agas Andreas perlu dipertimbangkan secara baik dan benar. Bahwasannya para petani kopi ‘Belum Sejahtera’ (Kopi Colol Mendunia, Para Petani Keluhkan Harga Para Tengkulak 24 Mei 2021)
Bupati meluncurkan bahwa Kopi Colol siap diproduksi dalam kemasan untuk ke Labuan Bajo. Tetapi Bupati Agas tidak pernah sentil soal harga kopi selama ini di Colol selalu tidak stabil. Bahkan harga kopi selalu tidak bersahabat dengan para petani.
“Selama ini Kopi Colol sangat mendunia, tapi tidak semua petani Kopi Colol sejahtera. Selama ini harga kopi jarang berpihak kepada kami selaku petani,”
Pemerintah Manggarai Timur dan Pemerintah Provinsi NTT perlu adanya keseriusan sebagai pemimpin yang pro terhadap rakyat sekaligus memperhatikan harga kopi para petani. Naik dan turunnya harga kopi membuat pendapatannya semakin berkurang.
Penting kehadiran Kopi Colol di Manggarai Timur bukan harus berfokus pada kesejahteraan masyarakat setempat. Bukan untuk kesejahteraan orang bermodal.
Penulis asal Manggarai Timur. Dia adalah Mahasiswa STFK Ledalero, Mantan Ketua Ikatan Mahasiswa Manggarai di Maumere (IMAMM), dan Anggota PMKRI Cabang Maumere