Betun, Vox NTT- Kampung tua As Manulea dianggap menarik bagi para petualang budaya. Sebuah kampung yang terletak di wilayah Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur ini dipercaya sebagai tempat terakhir Raja-raja Timor berkumpul dan disatukan.
Dengan warisan budaya asli yang dipertahankan sampai sekarang, masyarakatnya senantiasa memegang teguh kepercayaan terhadap para leluhur yang mendiami rumah-rumah adat.
Ritual adat pun selalu dilakukan baik pada pesta kelahiran, panenan, kematian, pengangkatan raja atau kepala rumah adat yang baru, maupun pada momen-momen khusus lainnya.
Ada empat (4) Sonaf yang mendiami wilayah kampung tua As Manulea yakni, Sonaf Banhae, Sonaf Umutnana, Sonaf Abanit Abukun dan Sonaf Umrisu. Ke empat Sonaf ini adalah istana para bangsawan.
Khusus untuk Sonaf Abanit dan Umrisu adalah istana ratu yang menurut warga setempat didiami pertama oleh Luru Mutin Kwaik (Abanit) dan Luru Mutin Kiik (Umrisu).
Dari turunan Luru Mutin Kiik inilah lahir para raja penguasa tanah Timor dan para Liurai di Wehali yang berkuasa hingga kini.
Masuk wilayah adat As Manulea, kita seolah kembali pada masa ratusan tahun silam.
Rumah adat tua yang dipagari batu cadas dan dikelilingi pohon beringin yang sudah berumur ratusan tahun.
Menariknya, di perkampungan itu terdapat pagar batu kuno, menhir atau dolmen, serta kubur dari batu. Padahal, di sekitar Kampung As Manulea tidak terlihat sumber batu alam.
Sejumlah tetua di sana mengisahkan, batu-batu itu didatangkan dari Kaputu yang berjarak sekitar 9 km dari kampung itu.
Menurut para tetua, dulu pengangkutan batu hingga puncak istana, selain mengerahkan tenaga manusia, juga menggunakan kekuatan gaib.
Naisau adalah Suku Terbesar
Dari empat (4) Sonaf yang ada di Kampung Tua Manulea, ada suku Naisau yang mana adalah terbesar di kampung tersebut. Naisau Sendiri adalah bagian dari Sonaf Banhae.
Sabtu, 5 Juni 2021 ada prosesi adat pengukuhan kepala suku Naisau di kampung adat As Manulea.
Pengukuhan kepala suku ini harus mendapatkan mandat dari penguasa atau raja di Kampung Tua Manulea, yakni Manea Tuana. Jabatan Manea Tuana dijabat oleh Pah Nurak, turunan Luru Mutin Kiik Sonaf Umrisu.
“Pengukuhan ini untuk melengkapi tatanan adat yang ada di Sonaf Banhae, dan harus dikukuhkan oleh penguasa tertinggi di Manulea, yakni Manea Tuan,” ungkap Gabriel Manek, pemerhati adat istiadat As Manulea, Sabtu (05/06/2021).
Untuk diketahui, prosesi pengukuhan kepala suku Naisau itu menetapkan Tarsi Mau sebagai kepala dalam suku tersebut. Tarsi Mau didampingi oleh putranya dan adik kandungnya.
“Kepala suku harus didampingi oleh anak dan adiknya saat pengukuhan, dengan maksud jika saudara Tarsi Mau tiada, maka regenerasinya adalah adik dan adiknya sendiri,” ujar Gabriel.
Gabriel mengatakan, Tarsi Mau adalah pewaris dan berhak menjabat sebagai kepala suku Naisau.
Selama prosesi pengukuhan kepala suku tersebut, semua ritual sakral dilakukan oleh para tetua kampung adat Manulea.
Hal ini dimaksudkan dan wajib dilaksanakan untuk keabsahan jabatan kepala suku yang dikukuhkan tersebut.
Penulis: Frido Umrisu Raebesi
Editor: Ardy Abba