Kupang, Vox NTT- Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) menggelar diskusi Forum Floratama Koordinasi dan Komunikasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tingkat Provinsi NTT di Kupang, Selasa (15/06/2021).
Kegiatan itu untuk menghasilkan rencana aksi bersama seluruh pentahelix tingkat Provinsi NTT dalam percepatan pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Kegiatan itu juga dihadiri oleh para pemangku kepentingan berbasis pentahelix dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, media, tokoh masyarakat, akademisi, swasta, pemuda dan perwakilan masyarakat lainnya.
Kegiatan yang mengusung tema “Harapan Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif NTT Berkelanjutan dan Berdaya Saing” berlangsung di Hotel Sotis, Kota Kupang.
Direktur Industri dan Kelembagaan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores Neysa Amelia mengatakan, BPOLBF memiliki dua mandat sesuai Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 32 Tahun 2018.
Pertama, BPOLBF secara otoritatif, mengelola sebuah kawasan. Sejauh ini hanya bisa mengelola 400 hektare di Labuan Bajo.
Kedua, fungsi koordinasi, yakni berkoordinasi dengan 11 kabupaten di Flores, Lembata, Alor, dan Bima (Floratama).
“Kenapa ada di Bima, karena di sana ada cagar biosfer Komodo,” katanya kepada wartawan di Kupang.
Kata Neysa, dengan adanya fungsi koordinasi, BPOLBF tentu saja kerjanya harus berkoordinasi dengan 11 kabupaten.
“Kita harus membangun komunikasi, kolaborasi, koordinasi dengan 11 kabupaten yang tidak hanya di pemerintah saja, tetapi dengan pentahelix. Dengan masyarakat, pelaku-pelaku pariwisata, ekonomi kreatif, dan pelaku-pelaku lainnya untuk meminta masukan dan rekomendasi sebagai pelaku di lapangan. Sebetulnya bagaimana kita harus berbagi peran,” ujarnya.
Menurutnya, pariwisata itu bukan hanya milik pemerintah tetapi milik bersama. “Bagaimana cara kita berbagi peran. Kita bisa berbagi peran dengan pelaku-pelaku usaha lainnya,” kata Neysa.
Neysa mengatakan, forum Floratama itu digelar untuk membangun koordinasi dan kolaborasi dengan pentahelix yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Neysa menambahkan, ada penurunan kunjungan wisatawan yang cukup signifikan sejak pandemi Covid-19.
“Contohnya, Labuan Bajo saja, lebih dari 80 persen wisatawan menurun sejak pandemi terjadi. Itu karena disebabkan tidak adanya penerbangan dari internasional misalnya yang datang ke sini. Wisatawan nusantara juga lebih kepada menjaga protokol kesehatan,” katanya.
Neysa mengimbau apabila ingin berwisata, hendaklah mengikuti protokol kesehatan.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba