Atambua, Vox NTT-Perusahan Daerah Air Minum (PDAM) Belu terpaksa masih harus mengurungkan niatnya untuk menjangkau semua calon pelanggan di Kota Atambua, Kabupaten Belu.
Semangat dan kemauan PDAM Belu yang besar untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat Kota Atambua sebagaimana sesuai dengan visi-misi Bupati Belu dr. Agustinus Taolin dan Wakil Bupati Aloysius Haleserens tampaknya masih harus tertunda dan membutuhkan waktu yang relatif lama.
Dengan mengelola lima Sisitim Pengelolaan Air Minum (SPAM), saat ini PDAM Belu hanya mampu melayani 3.495 Sambungan Rumah(SR) dari total 6.450 SR. Artinya, masih terdapat 2.995 SR di dalam Kota Atambua yang belum tersentuh pelayanan PDAM.
Persoalan klasik yakni keterbatasan anggaran yang sudah sekian lama membelenggu perusahan daerah ini hingga saat ini belum juga terselesaikan.
Selain keterbatasan anggaran, faktor teknis ikut memicu pelayanan PDAM Belu menjadi tidak maksimal.
Faktor teknis yang berkontribusi terhadap kinerja PDAM yang tidak maksimal yakni masalah kebocoran pada jaringan serta masalah meteran pada Sambungan Rumah.
Plt. Direktur PDAM Belu Ir.Frido Siribein menyampaikan bahwa saat ini PDAM Belu sedang mengajukan anggaran kepada pemerintah daerah.
“Kita berharap supaya ada penyertaan modal dari Pemda sehingga kami bisa beli suku cadang. Kita rencana minta 5 sampai 6 miliar karena selain untuk beli meteran ada beberapa gate yang pipanya juga harus diganti,” katanya.
Frido menjelaskan, faktor kebocoran juga berkontribusi signifikan terhadap pelayanan PDAM menjadi tidak maksimal. Air bersih yang dialirkan dari sumber mata air tidak sampai di rumah pelanggan dan hal ini menjadi temuan BPK RI karena PDAM mengalami kerugian.
“Kalau kita keliling dalam kota Atambua,ada banyak kebocoran dimana-mana. Kebocoran ini yang membuat banyak jalur tidak diairi dan menjadi temuan BPK,” aku Frido ketika ditemui di ruang kerjanya Rabu (30/6/2021).
Terkait masalah meteran, Frido menyampaikan bahwa terdapat banyak meteran di dalam Kota Atambua yang sudah terpasang tetapi tidak berfungsi maksimal dan meteran tidak disegel, sehingga mengakibatkan tagihan pelanggan tidak sesuai.
Apabila sudah ada penyertaan modal, jelas Frido, PDAM Belu akan mengganti semua meteran yang ada pada pelanggan di dalam Kota Atambua.
“Meteran yang sudah terpasang akan kami ganti semua. Meteran itu yang menjadi indikator untuk kita memastikan setiap pelanggan membayar setiap bulan,” kata Frido.
Dijelaskan, saat ini meteran yang terpasang di rumah pelanggan adalah meteran dari bahan plastik, sehingga mudah dibalik oleh pelanggan. Sebab meteran tidak disegel dan membuat tagihan menjadi tidak sesuai pemakain volume air. Akibatnya, PDAM Belu mengalami kerugian.
Frido menjanjikan apabila PDAM sudah selesai membenahi kebocoran pada jaringan serta serta menggantikan meteran, PDAM Belu akan menaikan harga per meter kubik air yang digunakan pelanggan.
Diakuinya, air merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap manusia dan PDAM Belu dalam memberikan pelayanan mengedepankan prinsip service oriented.
Namun demikian, pihaknya tetap akan menaikan harga satuan volume karena selain untuk pengadaan suku cadang, managamen PDAM Belu berencana untuk menaikan gaji karyawan yang menurut Frido, sejak 2011 tidak pernah dinaikan.
Saat ini PDAM Belu mengoperasikan lima SPAM untuk melayani masyarakat kabupaten Belu. Sebab itu, jika ada kebocoran pada jaringan sudah dibenahi, maka semua calon pelanggan di dalam Kota Atambua bisa dilayani.
Frido optimistis dengan mengelola lima SPAM dan ditambah sumbur bor dan sumur gali milik masyarakat, ketersediaan air di dalam Kota Atambua akan segera terpenuhi.
Penulis: Marcel Manek
Editor: Ardy Abba