Ruteng, VoxNtt.com-Salah seorang keluarga pasien berinisial YM asal kampung Ngandu Desa Ndehes, Kecamatan Wae Ri’i, Kabupaten Manggarai mengeluh dengan harga obat di Apotek Omega Ruteng yang melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET).
Keluhan itu dikemukakan YM setelah anaknya dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Ben Mboi Ruteng, pada 04 Juli tahun 2021.
YM mengisahkan, saat anaknya dirawat inap di RSUD dr. Ben Mboi, dokter yang merawat anaknya itu memberikan resep obat Stesolid sebagai pertolongan pertama. Hal itu sesuai dengan riwayat sakit sang anak, yakni panas tinggi, demam dan kejang-kejang.
“Dari resep dokter, terdapat resep obat Stesolid untuk pertolongan pertama, jika saya punya anak kejang. Petugas BLUD RSUD RUTENG suruh saya cari di apotek luar, karena kehabisan stok di Farmasi BLUD RSUD BEN MBOY Ruteng,” tuturnya pada Jumat (09/07/21) siang.
Atas dasar itu, YM mencari obat tersebut di sejumlah apotik di Kota Ruteng. Namun, upaya tersebut gagal karena sejumlah apotek yang dikunjunginya tidak menyediakan obat seperti yang disarankan dokter.
Ia lalu pulang ke RSUD dan menyampaikan kondisi itu ke salah satu petugas Rumah Sakit. Petugas itu kemudian menyarankannya untuk membelikan obat tersebut di Apotek Omega Ruteng, yang letaknya tepat berada di sebelah barat RSUD dr. Ben Mboy.
“Amang ite beli di Apotek Omega, itu di depan Kopdit Mawar Moe. di sana ada amang,” ujar YM, meniru ucapan salah seorang petugas di RSUD dr. Ben Mboi.
Mendengar itu, YM kemudian bergegas pergi ke Apotek Omega untuk membeli obat tersebut. Dia membawa uang Rp. 65.000, karena sebelumnya telah mengecek HET obat Stesolid tersebut.
“Lalu saya pun ke sana. Pertama, saya pergi bawa uang Rp 65.000,- karena sebelumnya saya cek HET Rp 50.181. Sampai di Apotek Omega, saya tanya ke pelayan, ada obat Stesolid? jawabnya, ia ada pak tapi harus resep dokter, kalau mau Rp 150.000,” tutur YM meniru ucapan pihak apotek.
Dalam keadaan terpaksa, YM pun membeli obat itu walau dengan harga yang sangat tinggi. Namun, di balik harga yang sangat tinggi itu, Ia mengamati bahwa apotek tersebut telah mencoret HET yang tertera di obat tersebut. Coretan itu menggunakan tinta spidol berwarna hitam.
Terhadap situasi yang di alaminya itu, Ia mengharapkan niat baik dari Pemda Manggarai dan Polres Manggarai untuk menindak tegas pihak otoritas Apotek Omega yang terkesan sesuka hati menaikan harga obat.
Selain itu, Ia juga mengharapkan agar Pemda Manggarai melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, agar sebisa mungkin selalu menyiapkan obat di RSUD Ruteng
“Berkaitan obat yang habis, kami minta Dinkes Kabupaten Manggarai agar stok obat jangan tunggu habis, kasihan pasien di Rumah Sakit. Seperti kami peserta BPJS Mandiri, sudah bayar iuran setiap bulan, masih saja beli sendiri obat yang harganya di apotek sangat mahal,” tutupnya.
Menanggapi keluhan tersebut, pemilik Apotek Omega, dokter Pius Kandar akhirnya turun tangan memberikan komentar. Ia mengaku, pemberian harga selangit itu bukan karena keinginannya, melainkan karena distributor memasang harga tinggi.
Untuk itu, ia menyarankan agar sebaiknya menanyakan itu ke pihak distributor obat di Kupang, yakni Anugrah Argon Medica (AAM) tentang alasan di balik pemberian harga yang jauh di atas HET.
“Yang kami jual kemarin 150.000, HET 33.000. Ini HET ini dari Pabrik. Kemudian yang membeli ke pabrik itu Perusahaan Besar Farmasi (PBF). Jadi, kami beli ke PBF. Jadi sebenarnya kalau soal HET itu, kami dapat harga dari AAM (Anugerah Argon Medica) di Kupang, itu seharga 118.000 ditambah dengan PPN, PPh menjadi 130.000. Jadi soal ini harusnya dipertanyakan itu ke AAM sebagai distributor, bukan ke kami (Apotek Omega),” jelas dr. Pius Kandar kepada VoxNtt.com pada Sabtu, (10/07/21) pagi di Apotek Omega Ruteng.
Ia juga menjelaskan, Apotek sebagai lembaga bisnis tentu tidak akan menjual obat dengan harga di bawah harga beli. “Kalau kami jual obatnya sesuai HET, bagaimana kami mau dapat untung?,” katanya.
Untuk itu, maka pihaknya mengambil inisiatif untuk mencoret HET yang tertera di obat tersebut.
“Soal menutup HET dengan spidol, itu cara kami menghindari perdebatan dengan pembeli, karena pembeli tidak paham dengan situasi ini,” tutup dr. Pius.
Penulis: Igen Padur
Editor: Boni J