Borong, Vox NTT-Prinsip membangun ekonomi mesti berusaha keras dan tanpa pustus asa. ‘Jatuh dan bangun lagi’, cukup dikemas dalam lika liku hidup tanpa harus merasa kecewa seumur hidup.
Semacam itulah spirit dasar Marianus Supriadi, pemilik kafe bernama ‘Coffee For Rest’ dalam membangun bisnisnya.
Bagi Adi, begitu sapaan akrabnya, hidup selalu dinamis, tidak selalu baik dan buruk.
Karena itu ketika pada saat tertentu dihempas badai, maka hal yang wajar. Namanya proses hidup, tidak selalu berjalan mulus.
“Toh, sekarang saya sudah bisa bangun ‘Coffee For Rest’ meski sebelumnya hidup saya sangat susah. Tidak boleh pesimistis,” ungkap Adi kepada VoxNtt.com, Sabtu (17/07/2021).
Kafe, tambah dia, juga mesti di tempat strategis. Sebab pengunjung tidak hanya menikmati suguhan kopi, teh, dan sajian makanan lain, tetapi secara bersamaan menyantap keindahan alam sekitar.
“Apalagi sunrise dan sunset, bikin hilang lara dan sendu,” imbuhnya.
Kafe ‘Coffee For Rest’ milik Adi itu terletak jalan lintas Flores Borong-Ruteng, tepatnya
di Kampung Kampas -Jati, Desa Golo Kantar, Kecamatan Borong, Kabupaten Manggarai Timur.
‘Coffee For Rest’ dibuka sejak 2020 lalu dan posisinya sangat strategis. Dia berada di ketinggian.
Suguhan hawa alam di sekitar halaman ‘Coffee For Rest’ sungguh sejuk dan segar. Angin sepoi-sepoi dari arah Pantai Borong menembus pori-pori kulit bagi siapa pun yang datang.
Angin segar baik pagi maupun sore dan malam hari, maka temannya wajib suguhan kopi. Sebab, hal itu diyakini bakal menambah sensasi.
Tidak hanya itu, ketika sedang bersantai di halaman ‘Coffee For Rest’, mata selalu dirayu oleh keindahan alam meski sangat jauh dan tidak bisa disentuh apalagi diraba-raba.
Yang jauh ditatap itu adalah panorama Pulau Mules dan sedikit dekat Pantai Borong.
Selain itu, yang lebih dekat dan sangat memanjakan mata adalah hamparan sawah petani sekitar, di mana berhadapan langsung dengan ‘Coffee For Rest’.
Sunrise dan sunset adalah suguhan paling menarik di ‘Coffee For Rest’. Adi meyakini sunrise dan sunset seperti bingkai kehidupan, sungguh sayang jika tidak pose bersama cahayanya.
Mengabadikan momen sangat perlu sebagai bukti semasa hidup, pernah bermesra bersama kekasih, misalnya.
Selain itu, pengunjung juga bisa bersendagurau di bawah naungan pondok kecil di halaman ‘Caffee For Rest’.
Adi mengatakan, bisnis pariwasata sebagai bisnis tren global untuk saat ini.
Orientasi ekonomi nasional di tahun 2019 lebih banyak mengandalkan pariwisata. Di tambah lagi, pencanangan Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat sebagai daerah pariwisata super premium.
“Tentu saja Borong salah satu penyangga penting dalam menjemput itu semua. Di samping itu, kami bangun ini karena hobi. Mudah-mudahan, hobi yang bisa mendatangkan duit,” ungkap alumni PMKRI Cabang Kupang itu.
Para pengunjung ‘Coffee For Rest’ sangat banyak, baik perorangan maupun kelompok seperti dari dinas, bank, dan para aktivis.
Aktivis biasanya suka berdiskusi di ‘Coffee For Rest’, sebab lokasinya sangat aman dan nyaman.
Dikatakan Adi, bisnis tidak memandang usia. Ia pun berharap agar orang muda bisa melakukan hal yang sama di tempat berbeda, namun dengan konsep kekinian.
Salah satu pengunjung, Nedy mengaku senang ketika berada di ‘Coffee For Rest’.
Menurutnya, tempat itu jauh dari bisingan kendaraan. Yang didengar hanya riuhan burung dan angin. Kondisu tersebut tentu saja sangat mendukung untuk kenyaman pengunjung.
“Di kafe ini cocok sekali untuk teman-teman yang mau bersenang-senang, untuk ketenangan diri, dan sebagai tempat diskusi urgen,” ungkap Nedy.
Untuk diketahui, saat ini ‘Coffee For Rest’ ditutup sembari menunggu Covid-19 hilang diterpa angin.
Jika nanti sudah herd imune, bisnis ini langsung jalan seperti sebelum wabah. Tetaplah bersabar, ‘Coffee For Rest’ masih nenanti kedatangan pengunjung.
Penulis: Filmon Hasrin
Editor: Ardy Abba