Kupang, Vox NTT – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar kegiatan ”Ngobrol Perempuan TOP”.
Kegiatan yang mengusung tema ”Inspirasi Perempuan: Teladan, Optimis dan Produktif (TOP)” itu digelar secara virtual, Kamis (12/08/2021).
Kegiatan ini membahas tentang apa dan bagaimana terorisme, keterampilan komunikasi di dunia offline dan online untuk membangun daya tangkal dari virus terorisme dan tips menjadi perempuan TOP.
Ketua FKPT NTT Johanna E. lisapaly mengatakan, Indonesia memiliki beragam suku dan budaya yang salah satunya adalah budaya “Ngobrol”.
“ “Ngobrol” merupakan bercakap-cakap atau berbincang-bincang secara santai dan dapat dilakukan ditempat umum atau khusus,” katanya saat membuka kegiatan itu.
Ia mengatakan kegiatan “Ngobrol Perempuan TOP” merupakan perwujudan dari upaya Indonesia untuk menyuarakan peran dan kontribusi perempuan dalam pencegahan radikalisme dan terorisme.
Kemudian menggugah para perempuan untuk terus menjadi perempuan “TOP”, juga menyadarkan para perempuan bahwa mereka adalah “Juru Damai dan Juru Rawat” bagi lingkungan sosial, bangsa dan dunia.
Disebutkan, paham radikalisme dan aksi terorisme saat ini sudah merupakan masalah global yang tidak lagi memandang garis batas internasional.
Menurutnya, terorisme merupakan kejahatan luar biasa yang memerlukan keterlibatan semua pihak termasuk perempuan untuk menanggulanginya.
“Maraknya aksi kelompok radikal yang berujung pada aksi-aksi terorisme secara langsung maupun tidak langsung, telah menimbulkan keresahan dan ketidaknyamanan di tengah masyarakat,” ujarnya.
Hasil survei yang dilakukan BNPT tahun 2020 kata dia, indeks potensi radikalisme cenderung lebih tinggi di kalangan perempuan, urban, generasi muda (gen Z dan milenial), serta mereka yang aktif di internet dan media sosial.
Indeks potensi radikalisme pada perempuan mencapai 12.3, pada masyarakat urban mencapai 12.3, pada gen Z mencapai 12.7, pada milenial mencapai 12.4, pada mereka yang mencari konten keagamaan di internet mencapai 12.6 dan mereka yang menyebar konten keagamaan mencapai 13.3.
“Artinya keempat entitas tersebut harus diwaspadai dan terus menjadi sasaran utama dalam melakukan kontra radikalisme dan peningkatan daya tangkal, karena mereka cukup rentan terhadap terpaan radikalisme,” ujar mantan Kepala Biro Hukum Setda NTT ini.
Oleh karena itu kata dia, pencegahan terhadap berkembangnya paham radikal terorisme merupakan suatu keniscayaan untuk dilakukan, dengan mengandalkan kekuatan-kekuatan yang ada di masyarakat termasuk kaum perempuan NTT.
Disebutkan pula bahwa BNPT sebagai lembaga pemerintah non kementrian yang diamanatkan menangani terorisme, memandang penting aspek pencegahan yang bersifat lunak dalam upaya mewaspadai berkembangnya radikalisme dan terorisme yang membajak kepercayaan tertentu di masyarakat.
“Diyakini pendekatan lunak dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat, khususnya para perempuan sebagai teladan yang menginspirasi perempuan-perempuan seluruh Indonesia melalui transformasi pengetahuan, sehingga metode ini dinilai efektif meningkatkan daya tangkal masyarakat khususnya perempuan yang memiliki pengaruh kuat pada lingkungan keluarga dan lingkungan sosial dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme,” pungkasnya.
Kegiatan ini juga bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas kepada masyarakat khususnya perempuan mengenai terorisme di Indonesia, meliputi ancaman, kerawanan, hingga pertumbuhannya, sebagai bagian dari kewaspadaan bersama dalam upaya pencegahan terorisme.
“Meningkatkan sinergi antara FKPT sebagai bagian terdepan di masyarakat dalam upaya pencegahan terorisme dengan tokoh perempuan, organisasi masyarakat perempuan dan perkumpulan perempuan di lingkungan TNI/POLRI,” ujarnya.
Selanjutnya, mantan Kepala Dinas Pendidikan itu mengatakan, kegiatan ini juga mendorong masyarakat khususnya para perempuan untuk lebih bijaksana dalam memahami kondisi terkini dan fakta di lingkungan sekitar, sehingga dapat mengaplikasikan pemahamannya kepada keluarga dan lingkungan terdekat sebagai daya cegah dan tangkal terhadap penyebarluasan paham radikalisme dan terorisme.
“Menggugah peserta untuk terus menjadi Perempuan “TOP (Teladan, Optimis dan Produktif)” dan menyadarkan para peserta betapa mereka adalah manusia yang insipiratif bagi lingkungan sosial dan bangsa,” katanya.
Untuk diketahui, kegiatan itu menghadirkan narasumber Alfrida Heanity Panjaitan, SAB (Kasi Lembaga Non Pemerintah Subdit Kerjasama Regional), Prof Dr Mintje Ratoe Oedjoe. MPd (Guru besar Di Universitas Nusa Cendana dan Pakar Gender, perempuan dan anak Bidang Pendidikan) dan Mila Viendyasari, S.Sos, MSi (Pengajar dan Peneliti Program Vokasi UI) serta moderator Dr Reny Rebecca Masu, SH, MH (Kabid Perempuan dan Anak FKPT Nusa Tenggara Timur yang juga Dekan Fakultas Hukum Undana Kupang).
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba