Oleh: Yohanes A. Loni
Sikap kritis adalah adalah buah dari kesadaran akan situasi kehidupan masa depan yang sangat mungkin untuk dijadikan lebih baik daripada yang sekarang ini.
Ia keluar dari rahim idealisme masa muda. Ia hasil dari upaya menatap penuh harapan akan masa mendatang.
Sikap kritis dan idealisme itu sangat identik dengan usia muda. Masa muda dianggap sebagai masa penuh idealisme.
Namun idealisme kaum muda biasanya diremehkan sebagai utopis dan idealistis, sesuatu yang tidak mungkin terwujud.
Apa yang disebut sebagai “idealisme” itu sering diposisikan hanya sebagai ‘bagian yang wajar dari gejolak usia muda’, bukan keutamaan yang memang vital bagi kemajuan.
Kaum muda mengidealkan politik yang selalu mengutamakan orang kecil, dan hal itu bagi para politikus praktis tidak lebih daripada ‘mimpi siang bolong’. Politik adalah politik praktis sebagaimana adanya (das sein) dan politik praktis dianggap tidak ada kaitannya dengan idealisme politik (das Sollen).
Ia penuh intrik mengejar dan merebut kekuasaan (tentu juga kekayaan). Dan hal itu adalah sesuatu yang sangat wajar. Tidak perlu terlalu dipersoalkan. Sebagaimana nyanyian Iwan Fals, “politik itu punya hukum sendiri.”Setiap upaya untuk menggagaskan sesuatau yang lebih baik selalu dinilai sebagai sesesuatu yang berada dalam wilayah yang lain sama sekali, yang tak bakal dijangkau.
Praktik politik yang timpang pun terjadi dengan begitu banal. Banalitas ketimpangan politik itu tentu menjadi tantangan serentak gugatan besar bagi generasi masa depan bangsa.
Anggapan yang keliru terhadap idealisme, khususnya idealisme kaum muda, mestilah dibantah oleh orang-orang muda sendiri ketika terlibat dalam situasi dan persoalan-persoalan hidup berbangsa.
Urgensi Ketergugatan
Situasi bangsa saat ini merupakan gugatan serius oleh kaum muda Demokrat terhadap orang-orang yang akan memegang nasib bangsa ke depan.
Ketika generasi tua ramai-ramai mengejar posisi dan kekuasaan, sedang banyak generasi muda cendrung anarkis, ikut arus, materialis, hedonis, dan minim integritas diri, kaum muda Demokrat mesti merasa sedang digugat.
Ketika praktik mafia menguasi jagad hukum dan peradilan, dan korupsi sudah jadi adat para aparat, ketika tipu daya politik jadi perkara wajar dan martabat rakyat kecil terus diinjak-injak, kaum muda Demokrat mesti merasa sedang digugat. Ketergugtan kaum muda itu adalah generasi bagi kecerahan masa depan bangsa.
Kaum muda ketiadaan “ketergugatan” dan idealisme maka bangsa sebenarnya kehilangan masa depan.
“Ketergugatan” dan idealisme kaum muda itu adalah energi kerarahan pada kebaikan masa depan, dengannya seorang mampu menemukan disposisi dan strategi masa kini untuk menggapai kebaikan itu.
Mengubah birokrasi yang korup, mengetas mental bangsa yang suka menerabas, medekonstruksi pola pikir yang kerap menjadi aral bagi kemajuan, membongkar budaya patriarkat yang mendominasi hampir semua bidang kehidupan masyarakat, mengguncang kemapanan budaya-budaya mematikan, semuanya membutuhkan kepekaan dan idealisme orang-orang muda.
Kaum muda masa depan haruslah kaum muda yang selalu merasa “digugat” oleh setiap persoalan bangsa ini. Kaum muda yang demikian komperehensif, visioner, berdaya juang, dan bertanggung jawab terhadap masa depan diri dan bangsanya.
Pertama, orang muda yang berpikir komprehensif adalah orang muda yang mampu menggumuli diri, masyarakat dan bangsanya secara integral dan holistik. Ia peka terhadap persoalan-persoalan bangsa,dan karenanya berani berpikir serius, medalam dan meluas tentangnya.
Kedua, orang muda mampu membawa perubahan juga adalah orang muda yang visioner. Bangsa kita hanya akan berhenti berputar-putar di sekitar aneka ketimpangan sebagaimana yang kini berkembang, bila generasi mudanya memiliki ketajaman visi dan senantiasa mengkonsiderasi kebaikan masa mendatang dalam setiap langkah lakunya.
Orang muda yang visioner adalah orang muda yang mempunyai keterarahan pada kemajuan. Ia senantiasa berpresepsi tentang masa depan yang berkualitas.
Persepsi tentang masa depan itu serentak menjadi catatan kritis bagi praksisi hidupnya ‘di sini dan saat ini’.
Ia bukan tipe orang berpikir pendek, yang mengorentasikan dirinya hanya pada kesenangan hari ini dan kebahagian material semata, sehingga muda tergulir untuk berlaku korup, timpang dan tidak jujur ketika mempunya peluang untuk itu.
Ia tidak cendrung anarkis ketika mengaktualisasikan diri atau mudah menyerah di depan kekuasaan. Ia orang muda yang mampu, percaya diri dan berani mengarahkan diri ke masa depan yang lebih baik dan meyakinkan untuk menggapainya.
Ketiga, sikap bertanggung jawab adalah tuntutan bagi generasi muda masa depan bangsa. Sikap tanggung jawab merujuk pada kesadaran diri yang penuh sebagai orang yang menentukan nasib banyak orang dan nasib bangsa.
Dengan kalimat lain, tanggung jawab meliputi tanggung jawab terhadap diri dan tanggung jawab terhadap bangsa, yakni kesadaran bahwa nasib bangsa ada di pundaknya.
Gugatan Akademika
Jika menelusuri sejarah, maka akan gampang ditemukan jejak kontribusi kaum muda bagi kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Sejarah memberi banyak bukti.
Perihal kaum muda itu, terutama sejarah Sumpah Pemuda tahun 1928. Tonggak sejarah perjuangan kamu muda sesungguhnya telah ditanamkan sejak era kebangkitan nasional, yang diawali dengan pendirian Boedi Utomo tahun 1908.
Hal itu merangsang terbentuknya organisasi-organisasi kepemudaan yang kemudian hari bersatu mengikrarkan Sumpah Pemuda, dan yang ahkrinya berhasil mendorong prerproklamasikannya kemerdekaan Republik Indonesia.
Menggugat kaum muda menjadi sangat vital agar kaum muda terperanjat dan bangkit dari kubungan kelemahan berpikir dan kecendrungan untuk sungguh memikirkan dan berpikir lebih dalam tentang masa depan diri dan bangsanya.
Namun gugatan itu hanya akan menampakan hasilnya bila orang-orang muda memamng ‘merasa digugat’ oleh realitas masyarakat di sekitarnya, lalu berani mengusahakan dan menunjukan peran yang siginifikan dalam membangun diri dan bangsanya.
Penulis adalah mahasiswa awam STFK Ledalero.