Kupang, VoxNtt.com-Ketua Umum Partai Demokrat (PD), Agus Harimutri Yudhoyono berkenan menyampaikan pidato politik dalam ulang tahun Centre for Strategic and International Studies (CSIS) yang ke-50.
Pada ulang tahun “Emas” ini, AHY mendoakan semoga CSIS semakin sukses sebagai sebuah institusi yang independen, kredibel, dan berkelas dunia, “a world-class think tank”.
“Semoga CSIS dapat terus hadir dalam berbagai pemikiran strategis dan kajian intelektualnya, baik terkait ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan Indonesia; hingga isu-isu kritis tentang geopolitik di kawasan, serta globalisasi dan dinamika hubungan internasional.” ungkapnya.
Secara khusus, ia juga berharap agar CSIS dan Partai Demokrat bisa terus bersahabat dalam merawat kebinekaan, dan memajukan demokrasi di
Indonesia.
Di hadapan anggota lembaga pemikir tertua di Indonesia ini, AHY berkesempatan menyampaikan pidato berjudul “Daya Tahan dan Daya Saing Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045”.
Ada 5 bagian besar yang ia utarakan pada momen itu: pertama, memotret Situasi Indonesia Hari ini. Kedua, berbicara tentang Daya Tahan Bangsa dalam menghadapi krisis. Ketiga, tentang mimpi besar kita semua, Indonesia Emas 2045. Keempat, tentang Daya Saing Bangsa sebagai imperatif untuk mewujudkannya. Dan kelima, ditutup dengan Harapan Generasi Muda.
Menurut AHY, di hari kemerdekaan RI yang ke-76, ada 1.180 saudara-saudara kita yang harus meregang nyawa karena Covid-19. Sampai dengan (22/8) ada 126.372 warga negara kita yang telah meninggal dunia.
“Sampai dengan hari ini pula, terus masuk notifikasi di handphone kita, berisi kabar duka dari kerabat dan sahabat. Banyak di antara mereka yang tidak tertolong karena keterlambatan penanganan, termasuk akibat tidak tersedianya ICU, ventilator, dan oksigen. Tidak sedikit pula yang meninggal di rumah, di perjalanan, atau di tempat parkir saat menunggu tersedianya kamar di rumah sakit. Angka kematian tidak boleh dianggap sebagai data statistik semata. Di balik setiap kematian, ada duka nestapa, rasa kehilangan, serta kesedihan yang mendalam dari keluarga tercinta yang ditinggalkan,” ungkapnya.
Bagi AHY, ini adalah tragedi kemanusiaan, dan drama sosial terbesar di abad 21. Tatanan kehidupan bangsa-bangsa sedunia seketika mengalami goncangan dahsyat yang tidak pernah kita pikirkan dan bayangkan sebelumnya.
Partai Demokrat, kata AHY, mendukung penuh segala kebijakan dan program aksi yang telah dijalankan oleh pemerintah selama ini, terutama terkait dengan implementasi kebijakan 3T (Testing, Tracing, and Treatment), vaksinasi, serta pengetatan protokol Covid-19 bagi masyarakat melalui kebijakan 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, mencegah kerumunan, dan membatasi mobilitas).
“Kita juga mendukung upaya pemerintah bersama parlemen untuk melakukan realokasi dan refocusing APBN untuk tiga prioritas utama dalam mengatasi krisis dewasa ini,” ungkapnya.
Pertama, melindungi kesehatan masyarakat melalui penguatan infrastruktur dan fasilitas medis, termasuk tenaga kesehatan.
Kedua, membantu masyarakat miskin dan kurang mampu melalui sejumlah skema jaring pengaman sosial.
Dan ketiga, memulihkan ekonomi rakyat, terutama dengan memberikan berbagai keringanan dan bantuan yang diperlukan untuk menyelamatkan puluhan juta pelaku UMKM kita.
Sebagai partai oposisi, partai demokrat juga tidak segan untuk memberikan apresiasi, termasuk dukungan penuh, terhadap segala kebijakan yang tepat sasaran, dan berpihak pada rakyat.
“Tapi, kami juga akan bersuara lantang, termasuk menyampaikan kritik, terhadap hal-hal yang tidak tepat, apalagi menyimpan bom waktu” ungkapnya.
Sebagai contoh, lanjut AHY, sejak awal partai Demokrat menegaskan bahwa, dalam menangani pandemi, negara tidak boleh gagal fokus antara “api” dan “asap”. Dalam konteks ini, pandemi Covid-19 adalah apinya, sedangkan tekanan ekonomi merupakan asapnya.
Jangan kita habis-habisan berupaya menghilangkan asapnya, sedangkan apinya gagal kita padamkan secara total. Selama ada api, selalu akan ada asap. Pada akhirnya, tidak ada yang lebih berharga dari nyawa manusia. Ekonomi bisa dipulihkan secara bertahap, tapi manusia yang mati tidak bisa dihidupkan kembali. Ternyata, apa yang kami ingatkan sejak satu setengah tahun yang lalu itu, sekarang terbukti menjadi nyata. Prediksi kami menjadi fakta,” jelasnya.
Yang sulit diterima, lanjut AHY, jika dalam menghadapi ancaman serius terhadap kesehatan publik seperti ini, masih ada yang mempertahankan agenda-agenda lainnya; selain tidak relevan, juga sebenarnya masih bisa ditunda, karena tidak mengandung kegentingan yang memaksa.
Misalnya, struktur belanja pemerintah dalam pembangunan infrastruktur ternyata masih lebih tinggi dibanding alokasi anggaran kesehatan. Yang harusnya menjadi prioritas nomor satu adalah meningkatkan kapasitas rumah sakit, beserta segala fasilitas pendukungnya, memperkuat kapasitas tenaga kesehatan, serta menambah pasokan vaksin dan mempercepat distribusinya.
Melalui forum ini, AHY pun mengajak untuk membangun sebuah kesadaran kolektif akan pentingnya daya tahan bangsa (national resiliency). Pelajaran berharga dari krisis pandemi yang melanda Indonesia adalah: dibutuhkan kebersamaan dan persatuan (solidarity and unity) antar anak bangsa, dalam menghadapi krisis besar hari ini.
Dalam berbagai kesempatan, ia mengaku sering menggelorakan tagline “Bersama Kita Kuat, Bersatu Kita Bangkit”, “Together We Are Strong, United We Rise”. Dalam satu paket yang sama, kebersamaan dan persatuan, merupakan ingredien, komponen utama dari daya tahan bangsa.
Harapan untuk Kaum Muda
AHY dalam pidatonya tersebut menekankan visi Indonesia Emas di tahun 2045. Ia pun mengajak semua komponen bangsa untuk menginvestasikan pemuda menyongsong visi kejayaan, kemajuan, kemakmuran, dan kemenangan di tahun 2045 dimana Indonesia genap berusia 100 tahun.
Yang dibutuhkan oleh generasi muda, kata dia adalah kesempatan. Kesempatan untuk membuktikan bahwa Muda adalah Kekuatan; kekuatan dalam pemikiran dan perbuatan. Muda adalah keberanian untuk melakukan perubahan, juga lompatan. Muda, berarti tidak ragu untuk keluar dari zona nyaman, beradaptasi, bekerja keras, menghadapi disrupsi, dan menjawab tantangan zaman. Muda, berarti pantang menyerah, dan tidak takut gagal. Karena dalam setiap kegagalan, ada pelajaran untuk bangkit, dan besertanya, ada peluang untuk menang.
Anak muda, kata AHY, tidak boleh dimanja, apalagi disiapkan karpet merah. Namun, jangan pula biarkan mereka tumbuh dan berimajinasi tanpa arah. Perlu bimbingan, nasihat dan pengalaman dari para pemimpin, para senior, dan generasi pendahulunya. Bukan dilecehkan, dibungkam, apalagi dimatikan jalannya; generasi muda justru harus dituntun, sekaligus ditempa, dan dipersiapkan untuk menjadi pemimpin-pemimpin hebat, menjadi “game-changer”, “history-maker”, menjadi motor penggerak kemajuan bangsa di masa depan. (VoN).