Kupang, Vox NTT– Satu polemik besar dalam diri Partai Demokrat yang akan terkenang dalam sejarah politik republik ini adalah dualisme kepemimpinan.
Meski masih percobaan dan berhasil ditekan, polemik ini menjadi paling sengit.
Persis di Tahun 2020 partai politik yang dibentuk oleh Susilo Bambang Yudhoyono ini mendapat cobaan paling berat.
Masih segar diingatan publik bagaimana ketika Moeldoko, dengan bantuan sejumlah elit hendak mengkudeta partai berwarna biru lautan ini.
Moeldoko dengan optimistis memuncak berusaha mengambil alih tampuk kepemimpinan Demokrat dengan jalan membentuk kongres di Sumatera.
Langkah Moeldoko tak main-main, selain karena jaringan dan kuasa, gerakan yang dibikinnya membikin repot elite Demokrat yang sah.
Ini terbukti saat semua memdia nasional turut membicarakannya bahkan sampai pada diskusi warung kopi.
Meski pada akhirnya, kongres yang dilakukan Moeldoko gagal lalu tidak diakui oleh Kementerian Hukum dan HAM Indonesia.
Sebetulnya, gerakan Moeldoko sedang membentuk serta mempererat jaringan dan kekuatan Demokrat.
Ukuranya adalah saat gerakan Moeldoko mencuat, semua pengurus dari pusat hingga pelosok yang masih setia dengan kepengurusan sah Demokrat semakin erat.
Mereka malah ramai-ramai mendeklarasikan bentuk perlawanan terhadap kubu Moeldoko yang mengambil jalan tidak sah untuk mengambil alih Demokrat.
Ombak dari NTT
Adalah Jefri Riwu Kore, Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Saat isu kudeta Moeldoko mencuat, Jefri salah satu ketua Pengurus Partai Provinsi yang paling getol melakukan perlawanan lewat sikap politik, mimik dan gerakan nyata.
Membaca gerakaan politik Jefri dari NTT yang adalah bagian selatan NKRI terhadap polemik dalam tubuh Demokrat laik diacungkan jempol.
Sikap Jefri tegas, sekuat ombak dari selatan. Mempengaruhi hingga ibu kota di Jakarta. Langkah Jefri sebetulnya melambangkan sikap dan karakter orang NTT sebagai petarung, konsisten dan tidak mundur selangkahpun.
Saat gerakan Moeldoko mencuat, Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Provinsi NTT bahkan menyiapkan nomor khusus dan disebar ke masyarakat di seluruh NTT.
Demokrat meminta warga ikut melapor jika ada oknum atau kelompok yang membentuk pengurus dan mengatasnamakan Partai Demokrat.
“Apabila masyarakat mengetahui atau menemukan kejadian tersebut, dapat melaporkan kepada pengurus Partai Demokrat di daerahnya atau dapat menghubungi nomor telepon 081287581484,” ujar Ketua DPD Partai Demokrat NTT, Dr. Jefri Riwu Kore, Kamis (18/3), seperti dilansir Kumparan.com.
Bahkan, Jefri menegaskan Partai Demokrat yang sah di NTT adalah Demokrat di bawah kepemimpinan Dr. Jefri Riwu Kore dan Ferdinandus Leu.
Sementara ketua-ketua DPC yang ada saat ini semuanya tercatat secara resmi sebagai pengurus yang sah.
Dia juga memberi warning keras kepada beberapa kelompok yang sedang bergerilya di NTT agar segera menyudahi perbuatannya.
“Kami tahu ada para pihak, perorangan maupun kelompok, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat DPC yang sedang bergerilya menggunakan logo dan cap Partai Demokrat dengan mengatasnamakan Demokrat padahal oknum ini tidak dibenarkan untuk menggunakannya,” tegas Jefri.
Ia mengatakan, nama-nama oknum ini sedang didata dan akan ditindaklanjuti.
“Kami minta mereka untuk menghentikan aktivitasnya karena bisa berdampak hukum,” tandasnya.
Ia menambahkan DPD Partai Demokrat Provinsi NTT sangat solid dan tegak lurus dengan kepemimpinan Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
“Kami berjanji untuk terus mengibarkan panji-panji Partai Demokrat serta memberikan pelayanan dan pengabdian sebesar-besarnya untuk rakyat NTT”
Langkah taktis Jefri memang lain. Sikap Partai Demokrat NTT yang melawan terhadap upaya ilegal merebut kekuasaan denga cara-cara yang tidak sesuai dengan Anggaran Dasar Partai Demokrat sebetulnya membuktikan bahwa loyalitas terhadap Partai Demokrat diukur dari NTT, dari wilayah bagian selatan Indonesia yang selama ini jauh dari hingar-bingar ibu kota.
Sikap Jefri adalah upaya merawat sekaligus menyelamatkan Demokrasi di Indonesia.
Mengukur Soliditas, Menguji Watak Kepemimpinan
Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan 22 Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrat Nusa Tenggara Timur melakukan deklarasi menolak hasil Kongres Luar Biasa Deli Serdang.
Deklarasi tersebut sekaligus menyampaikan sikap bahwa seluruh pengurus DPD dan DPC hingga PAC (Pengurus Anak Cabang) Partai Demokrat di NTT seutuhnya mendukung Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketua Umum Partai Demokrat yang sah hasil Kongres 15 Maret 2020 di Jakarta.
“Kami menolak KLB Deli Serdang dan setia kepada Ketua Umum Agus Harimurti Yudhoyono sesuai hasil Kongres V Partai Demokrat 2020,” kata Jefri usai deklarasi 13 Maret 2020 di Kupang.
Jeriko juga menambahkan bahwa kesetiaan itu mahal dan tidak dijual di mana-mana. Kesetian lahir karena komitmen yang sungguh pada kebenaran dan keadilan.
Untuk itu, dia berharap pada seluruh kader Demokrat dan ketua DPC yang hadir dalam rapat koordinasi daerah khusus Partai Demokrat tersebut untuk menanamkan kesetiaan pada diri sendiri dan Partai Demokrat yang telah menjadi rumah besar untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat.
Mengukur soliditas pengurus Demokrat sebetulnya saat partai diterpa angin seperti percobaan kudeta yang di lakukan Moeldoko cs.
Bentuk perlawanan yang taktis sejak awal isu yang dilakukan oleh DPD Demokrat NTT adalah upaya penunjukkan watak orang NTT dan bentuk soliditas paling sahih.
Tak tanggung-tanggung upaya Jefri Riwu Kore menyelamatkan partai oleh gerakan dari NTT adalah bentuk sikap komitmen yang tinggi seorang pimpinan partai.
Jefri tidak hanya melambangkan ketua partai, marwah Demokrat di NTT tapi jauh dari itu membuktikan bahwa saat diterpa masalah pemimpin tidak boleh lari dari tanggung jawab.
Jefri sebetulnya menunjukkan sikap bagaimana seharusnya merawat dan menyelamatkan demokrasi.
Penulis: Ronis Natom