Oleh: Sr. LusiaTael, SSpS
Indonesia adalah negara yang kaya akan etnis, suku, agama, termasuk budaya. Kekhasan keberagaman budaya Indonesia meliputi, budaya tari, musik, adat, bahasa, dan lain sebagainya.
Secara etimologis, kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta ”budhayah” yang merupakan bentuk jamak dari kata budhi yang berarti budi atau akal (Kamus Besar Indonesia, Balai Pustaka, 1995).
Kata kebudayaan sendiri dalam bahasa Latin cultura yang berasal dari kata kerja latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan, memelihara dan mengembangkan (menurut: Wilhelm Wundt dalam kultur und Geschhichte-1920).
Saat ini tidak bisa kita pungkiri bahwa perkembangan dunia sudah semakin modern dan pengaruh arus globalisasi juga ikut meningkat.
Di sisi lain, sebagian besar budaya di setiap suku dan daerah Indonesia masih dihayati, dihidupi dan dikembangkan oleh warganya dalam kesehariaan dan dalam tradisi yang diwariskan turun- temurun.
Misalnya dalam budaya kita di wilayah Kecamatan Miomafo Timur, Kabupaten Timor Tengah Utara.
Masyarakat di sana umumnya masih bertakwa dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan kepercayaan masing-masing. Mereka sudah sejak dulu mengamalkan sila pertama Pancasila, yakni “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Tiap-tiap suku yang ada di Miomafo Timur masih mengimani Usi Neno (Tuhan). Tidak saja masyarakatnya, iman akan Usi Neno juga terlihat secara jelas dan tampak dalam kehidupan pemimpin di wilayah itu.
Di Miomafo Timur juga ada budaya gotong royong, melambangkan persatuan dalam budaya suku-suku setempat.
Persatuan ini semakin dijaga agar tidak terjadi putus hubungan dengan suku – suku dan budaya lain yang datang dan menempati daerah “Atoin Pah Meto”, wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara – Kecamatan Miomafo Timur.
Masyarakat Miomafo Timur memiliki jiwa yang merangkul dan menjadi tempat berteduh dan perlindungan bagi setiap suku – suku dan budaya yang ada.
Hal ini tampak dalam setiap relasi dan keramahan dengan sesama yang bukan penduduk asli.
Dengan setiap kekhasan yang ada, para pimpinan sangat menghargai dan bijaksana dalam membantu dan mengembangkan budaya – budaya itu.
Hal ini bertujuan agar budaya tidak punah tetapi masih dijalankan secara turun – temurun.
Contohnya di sekolah – sekolah mulai dari TKK, SD, SMP, SMA hingga SMA diwajibkan satu hari khusus untuk mengembangkan nilai – nilai budaya yang ada. Hal ini bertujuan agar budaya tidak punah dan tidak cepat terpengaruh dengan arus globalisasi.
Ini melambangkan suatu nilai kemakmuran dan kesejahteraan dalam kehidupan masyarakat di sana.
Nilai – nilai budaya seperti, adat – istiadat merupakan kepercayaan sangat tinggi akan nilai keTuhanan. Nilai gotong – royong antarsuku melambangkan nilai kemanusian.
Bersatu dan saling menghargai satu sama lain sebagai saudara melambangkan nilai persatuan.
Setiap warga di sana, memiliki relasi yang intim dengan sesama dan ramah terhadap semua orang yang bukan penduduk asli. Hal ini melambangkan suatu nilai kerakyatan yang adil dalam hidup bermasyarakat.
Masyarakat Miomafo Timur selalu menciptakan nilai keadilan antarsuku yang ada, baik terhadap pimpinan tertinggi maupun masyarakat di sekitar. Mereka juga menciptakan keadilan dengan sesama sebagai pendatang.
Ini melambangkan keadilan dan kemakmuran dalam berbudaya di setiap suku.
Nilai – nilai keadilan yang ada dalam budaya, semuanya terjabar dalam lima dasar Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia yang memiliki fungsi sangat fundamental.
Mengantar pandangan hidup masyarakat Indonesia untuk selalu berakar pada budaya dan nilai – nilai religius.
Sebagai masyarakat yang multikultural, bangsa Indonesia perlu mengekspresikan dan mengembangkan secara terus – menerus akan nilai – nilai kebudayaan yang ada di setiap daerah, suku, dengan kebudayaan masing – masing.
Namun pada saat ini seperti yang kita ketahui bersama, bahwa dengan adanya teknologi yang canggih, sebagian masyarakat Indonesia kurang menghargai dan kurang suka akan budayanya sendiri.
Mereka lebih suka akan budaya – budaya asing. Sehingga kesannya kurang menghayati dan menghargai budaya sendiri.
Hal ini tentu sangat beda dengan zaman dahulu kala, yang mana misalnya ada tradisi gotong-royong antartetangga dan saling menyapa satu sama lain yang menjadi tradisi masyarakat Indonesia.
Sekarang semuanya ditinggalkan bahkan dilupakan. Kebanyakan masyarakat Indonesia lebih suka menghargai dan mencintai budaya lain dengan segala kekhasannya dari pada budaya sendiri.
Dengan perkembangan dunia yang semakin modern juga membuat orang – orang muda zaman ini lebih suka dan gemar menonton drama Korea, mengikuti tren baju dan lain sebagainya.
Akibatnya, mereka kurang ada relasi yang intim dengan sesama dan kurang menghargai dan menghayati budayanya sendiri.
Inilah yang menjadi tantangan saat ini bagi setiap, suku dan daerah yang ada di Indonesia.
Maka dari itu sebaiknya para muda – mudi di zaman ini semakin tekun dalam mempelajari dan menghargai kebudayaan yang ada di daerah kita masing – masing.
“Jayalah Bangsa dan Daerahku Yang Kaya akan Budaya”
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang