*Puisi
Oleh: Dionisius Dembo
Kutitipkan Rindu Padamu
Diam… air mata ini bercumbu dengan keheningan
Seketika candamu hilang di telan ombak
Mungkinkah kau dapat berpamitan
Jejakmu membekas pada seusang tangisan
Kutitipkan rindu padamu
Akan sosok jiwa yang kuat dan tegar
Tatkala harus berjalan di tengah terik matahari
Sembari mengais sepucuk harapan
Kutitipkan rindu padamu
Dari pelukan yang kian menabur duka yang terdalam
Sekilas wajahmu menghapus kebahagiaanku
Kemarin kita menikmati secangkir kopi pahit
Entah apa gerangan di balik kepergianmu
Sudut kamarku penuh dengan air mata derita
Membisu di dalam kelam kebingungan
Hampa tanpa lantunan doamu
Latung Tunu
Aku-Engkau dan Penerus
Kala fajar merekah
Di sana, di tempat aku dan engkau berasal
Sejuk mentari melampau jauh
Kabut tebal menatap sinis, sungguh
Di sana, hari pagi berselimut kabut
Membalut kulit hitam manis
Di terpa dingin yang akut, menggigil
Tapi itu bukan satu persoalan
Tahukah engkau di tempat tinggal kita sudah melahirkan
Generasi penerus
Tanpa harus aku dan engkau ragu
Sebab aliran penerus terus meriap dalam sendu
Engkau tahu itu
Pencinta senja menatap kagum
Untuk setiap tunas yang tumbuh melingkar
Di tempat aku dan engkau berasal
Latung Tunu