Labuan Bajo, Vox NTT- Stefanus Gandi (SG) Institut menggandeng Perennial Institut untuk menggemakan literasi dan misi kemanusiaan di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan untuk menggemakan literasi dan misi kemanusiaan tersebut dengan cara road show di Pulau Flores, mulai dari Labuan Bajo Kabupaten Manggarai Barat hingga Larantuka Flores Timur.
Road show bertajuk ‘gemakan literasi dan kemanusiaan’ tersebut menyasar kelompok orang muda di sejumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi lintas Flores.
Direktur SG Institut Stefanus Gandi menjelaskan, kegiatan ini berangkat dari kegelisahan umum tentang laju digitalisasi yang merambah banyak sektor kehidupan. Apalagi dampaknya sangat masif dan hampir lepas kendali.
Road show ini sedang dan akan terus berlangsung dari tanggal 14 Januari di Labuan Bajo, Manggarai Barat hingga tanggal 27 Januari 2022 di Larantuka, Flores Timur.
“Stefanus Gandi Institute dengan moto kepedulian pada kemanusiaan (caring for humanity) adalah sebuah lembaga kajian dan pengembangan sosial ekonomi yang peduli terhadap kepentingan masyarakat ekonomi lemah, khususnya bidang pertanian dan pemberdayaan,” jelas Stefan.
Melalui kegiatan road show ini, kata dia, SG Institut berkomitmen untuk aktif dalam kegiatan sosialisasi kewirausahaan dalam membantu mengatasi permasalahan dan memperkenalkan produk komoditas pertanian.
Stefan menjelaskan, road show lintas Flores digagas dalam bentuk seminar atau workshop untuk mendorong para pelajar agar dapat bermedia secara positif di tengah tantangan kuat arus teknologi informasi digital saat ini.
“Sebagai lembaga sosial, SGI dibentuk untuk mengidentifikasi persoalan-persoalan kemanusiaan yang tengah melanda masyarakat kita saat ini,” timpal Branch Director NTT 1, Politician Academy itu.
Dikatakan, perkembangan arus informasi digital yang masif di hampir semua sektor menjadi basis pergumulan sosial ekonomi masyarakat.
“Kita ingin supaya, ada orang yang baik hati dan tergerak untuk membantu, sekecil apa pun, agar dampak informasi yang terus melaju sejalan dengan perkembangan teknologi digital ini dibarengi dengan kecakapan literasi khususnya di kalangan pelajar dan generasi muda,” jelasnya.
Karena itulah, demikan Stefan, isu penting yang diangkat dan dipresentasikan di sekolah-sekolah menengah dan Perguruan Tinggi yang didatangi, menohok pada persoalan kewirausahaan digital.
Lebih khusus lagi kewirausahaan pertanian yang menjadi tiang topang kehidupan ekonomi masyarakat Flores saat ini.
Dengan literasi ini, produk-produk pertanian yang selama ini terus terjebak dalam lingkaran permainan dagang konvensional bisa beradaptasi dengan pangsa pasar baru yaitu pasar digital.
Menurut dia, banyak kemudahan yang bisa membantu petani atau pedagang kecil dalam memasarkan produk mereka di era digital ini.
Namun persoalannya adalah inisiatif untuk membantu mereka yang melek teknologi digital dalam genggaman mereka sendiri masih sangat kurang.
Alhasil penggunaan perangkat digital masih sebatas alat komunikasi semata dan masih minim sekali digunakan untuk hal-hal kreatif semisal memasarkan produk-produk pertanian secara digital.
Untuk itulah, lanjut Stefan, literasi digital ini ditujukan untuk memberikan pembelajaran awal bagi para siswa atau mahasiswa terkait bagaimana perangkat digital di tangan mereka ini dapat dipakai dalam konteks kewirausahaan dan menghasilkan informasi-informasi jurnalistik yang mendatangkan manfaat ekonomi.
Melalui SG Institut, Stefan sendiri tidak hanya sebatas memberikan pencerahan keilmuan dan keterampilan tetapi juga turut mendanai kegiatan-kegiatan kreatif para siswa dalam mengembangkan media publikasi di sekolah-sekolah yang dikunjungi.
Literasi kewirausahaan dan pertanian oleh SG Institut dan Perennial Institut diramu dalam kajian-kajian jurnalistik dan membantu generasi muda sedini mungkin, khususnya yang duduk di SMA untuk bisa lebih kreatif dalam bermedia sosial.
Harapan lebih jauhnya adalah para pelajar SMA bisa memanfaatkan media digital dalam genggaman mereka secara positif, kreatif dan bahkan mendatangkan manfaat ekonomi.
“Karena itu kita bantu mendanai media internal mereka di sekolah-sekolah yang kita datangi,” imbuh Stefan.
Road show yang menghabiskan waktu dua minggu ini sendiri, lanjut dia, tentu tidak meng-cover seluruh sekolah menengah dan Perguruan Tinggi di daratan Flores.
SG Institut dan Perenial Institut memetakan, berdasarkan analisis kebutuhan internal kedua lembaga tersebut.
“Sejumlah terbatas yang memang diharapkan potensial dapat menginspirasi para pelajar lain nantinya. Yang pasti ada efek domino dari inisiatif awal ini, dan diharapkan literasi ini dapat membawa pencerahan baru di kalangan pelajar terkait bagaimana mengakses informasi digital dan bagaiman menjadikannya peluang untuk mendatangkan manfaat ekonomi kini dan di masa depan,” ungkap Stefan.
Hal senada disampaikan Sektretaris Eksekutif Perennial Institut Dr. Mantovanny Tapung. Ia menjelaskan, kegiatan ini lahir dari kesadaran akan tanggung jawab moral sosial terhadap dampak negatif dari masifnya akses informasi sosial media di kalangan anak sekolah, khususnya pelajar kalangan SMA.
Mereka tentu saja membutuhkan pengawasan dan dampingan dari orang dewasa, sehingga meminalisasi ekses negatifnya.
Manto mengatakan, sejumlah berita palsu atau kabar bohong yang berseliweran di media sosial, berdampak sangat buruk bagi perkembangan kognitif dan moral anak muda.
Pada titik ini, menurut dia, literasi digital adalah jembatan penghubung yang membantu mengarahkan generasi muda agar secara terampil menggunakan platform media secara positif dan bahkan dalam perspektif ekonomi digital akan membawa kesejahteraan bagi penggunanya.
“Untuk maksud itulah gagasan literasi kemanusiaan ini digemakan oleh Perenial Institut dan mendapatkan sambutan dan dukungan positif dalam kolaborasi field action-nya dengan Stefanus Gandi Institut,” kata Dosen di Unika Ruteng itu.
Manto menjelaskan, Stefan sendiri adalah sosok orang muda yang telah sukses dalam dunia bisnis.
Ia rela membagi pengetahuan dan hasil usahanya guna menginspirasi sebanyak mungkin orang muda untuk berani membangun usaha mandiri, sebagaimana ia merintis usahanya di bidang Aviasi (pencarteran jet pribadi).
“Sebagai pengusaha muda yang sukses, Stefan Gandi telah banyak berbuat, antara lain membantu menyuarakan kegelisahan para petani melalui peliputan langsung kepada persoalan-persoalan petani, memberikan bantuan sosial sembako, termasuk donasi untuk pembangunan sejumlah Gereja Katolik dalam koordinasi dengan Keuskupan Ruteng belum lama ini,” katanya.
Ini semua, lanjut dia, dilaksanakan Stefan untuk kemanusiaan, dan diharapkan memantik kesadaran sosial bersama para pengusaha lain agar bisa membantu meringankan beban ekonomi banyak orang yang tengah dilanda krisis sosial dan ekonomi.
Manto menambahkan, sinergi kedua lembaga ini berangkat dari kegelisahan yang sama. “Kita memang satu frekuensi dalam merespon isu-isu sosial yang menggerus perhatian publik oleh minimnya literasi di kalangan generasi muda,” imbuh dia.
Manto mengharapkan, melalui road show literasi ini, akan ada banyak tokoh muda lain seperti halnya Stefanus Gandi, yang turut tergerak hatinya dalam membantu meringankan beban sosial dan ekonomi masyarakat saat ini.
Penulis: Ardy Abba