Kupang, Vox NTT-Universitas Katolik Widya Mandira kembali menyelenggarakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Kampus itu telah beberapa kali melakukan kegiatan KKN Tematik.
Khusus di periode ini, panitia KKN Tematik mendesain kegiatan yang fokus pada penguatan BUMDes dan penguatan ekonomi di desa.
Pantia kemudian menyelenggarakan kegiatan pembekalan dengan tujuan untuk meningkatkan kapasitas para peserta KKN sebelum turun ke lapangan.
Kegiatan yang dimotori oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unwira dan panitia KKNT-PPM ini berlangsung di Aula St. Imaculata, Kompleks gedung rektorat baru Unwira, Penfui, Senin (17/01/2022).
Adapun tema KKNT-PPM periode ini adalah “Penguatan SDM dan Ekonomi NTT”.
Hadir dalam kegiatan pembekalan kali ini adalah para anggota panitia KKN-PPM Unwira, Kepala LPPM Dr. Maximus Taek, Kepala Divisi KKN Br. Sebastianus Baki Henong, dan Ketua Paniti Pelaksana Gerady Tukan.
Berdasarkan rilis yang diperoleh dari Dosen FISIP Unwira Mikhael Rajamuda Bataona, kegiatan pembekalan ini berlangsung sejak pukul 8.00 Wita.
Kegiatan pembekalan dimoderatori oleh Dosen Ilmu Pemerintahan Unwira Paulus K. A. Ratumaking dan menghadirkan beberapa pemateri utama antara lain, Wakil Rektor I Unwira Bidang Akademik Dr. Samuel Igo Leton, M.Pd; Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa provinsi NTT Viktor Manek, S.Sos,M.Si, dan kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi NTT drg. Lien Adriany, M. Kes.
Dalam arahannya kepada para peserta KKN, Warek I Unwira Bidang Akademik Dr. Samuel Igo Leton, menjelaskan KKN adalah mata kuliah wajib di Unwira.
KKN adalah penjabaran dari capaian pembelajaran Program Studi. Sehingga melalui KKN, mahasiswa diharapkan bisa mempraktikan apa yang mereka pelajari secara keilmuan untuk membantu memberdayakan masyarakat desa.
“Dari situlah, masyarakat juga bisa mengenal seperti apa lembaga Unwira ini. Oleh karena itu, seluruh peserta KKN harus memberi yang terbaik dalam membantu masyarakat ketika sudah berada di desa,” kata Warek Igo.
Menurut Dr. Igo, ke depannya KKN dan kegiatan praktik lapangan di semua fakultas dan jurusan akan diintegrasikan dalam kurikulum Merdeka Belajar. Sehingga diharapkan KKN tidak hanya terdiri dari 2 SKS, tetapi bisa mencapai 20 SKS.
Dengan cara tersebut, lanjut Warek 1 yang baru beberapa hari dilantik ini, capaian keilmuannya bisa terukur.
Sebab mata kuliah praktikum dalam kurikulum Merdeka Belajar mempunyai hitungan jumlah SKS yang lebih besar.
Artinya, dengan mahasiswa diberi ruang lebih luas untuk bisa langsung mempraktikan ilmunya di lapangan, maka kemampuan mereka akan lebih terukur.
“Jadi, ke depannya, dalam satu kali KKN, mahasiswa bisa langsung mengakomodir beberapa capaian pembelajaran di bidang keilmuannya dari beberapa MK, saat berada di lapangan. Dengan cara tersebut semuanya lebih terukur,” imbuh Warek Igo.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi NTT Viktor Manek, yang tampil pada sesi kedua, membawakan materi tentang BUMDes sebagai kekuatan dan kemandirian ekonomi desa.
Kadis Viktor menjelaskan, NTT adalah negeri yang sangat kaya raya, termasuk kekayaan di bidang pariwisata dan komoditi unggulan.
Hanya saja, selama ini belum sungguh-sungguh dioptimalkan dan juga belum benar-benar dinarasikan secara baik. Akibatnya, potensi-potensi itu seolah belum nampak.
Oleh karena itu, kepada ke-420 peserta KKN, Kadis Viktor meminta agar bisa membantu Pemprov NTT untuk memperkuat BUMDes yang ada di lokasi KKN dengan kemampuan serta ilmu yang dimiliki.
Terutama, sebut Viktor, dalam hal menarasikan produk-produk yang dihasilkan oleh BUMDes agar dikenal secara luas.
Misalnya peserta yang berasal dari Jurusan Bahasa Inggris, kata Viktor, bisa membantu menarasikan kain tenun, atau produk-produk BUMDes lainnya dalam bahasa inggris agar bisa dikenal para wisawatan dan pembeli secara luas.
Sedangkan peserta dari Jurusan Teknik, bisa memberdayakan masyarakat dalam pemanfaatan bambu. Karena potensi bambu di Flores misalnya, adalah kualitas bambu terbaik di dunia.
Potensi jambu mete NTT juga adalah yang terbaik di dunia yaitu yang berasal dari Flores Timur, Sikka dan Sumba.
Demikian juga peserta yang berasal dari jurusan Biologi, Ekonomi, Kimia, dan jurusan lainnya.
“Kunci penguatan BUMDes itu pada narasinya. Jadi teman-teman yang 420 orang ini harus bisa mempraktikan narasi itu sesuai ilmu kalian. Kekuatan narasi itu utama untuk membantu BUMDes menjual produk-produk mereka,” kata dia.
“Yang Jurusan Ekonomi misalnya, bisa membantu mendesain kekuatan produk dari sisi ekonomi. Prodi Biologi misalnya menjelaskan tentang potensi dan keunggulan telur ayam potong yg diproduksi oleh BUMDes. Intinya adalah membantu masyarakat untuk menarasikan semua produk BUMDes secara kreatif dan baik,” imbuh dia.
Artinya, lanjut Viktor, tugas para peserta KKN adalah sebisa mungkin melakukan empat hal. Keempatnya yaitu, pertama
membantu mengidentifikasi potensi desa dan bersama BUMdes, mendiskusikan dan memutuskan jenis usaha yang sesuai dengan potensi tersebut.
Kedua, melakukan pengembangan SDM yang disesuaikan dengan kreativitas mahasiswa KKN berbasiskan pada ilmu mereka sendiri.
Ketiga, membantu masyarakat membangun jejaring pemasaran dengan memanfaatkan promosi berbasis digitalisasi.
Keempat, membantu membenahi infrastruktur di desa menggunakan Dana Desa sesuai kewenangan dan diputuskan dalam musyawarah desa.
Pemateri berikutnya, Kadis PPPA Provinsi NTT drg. Lien Adriany, M. Kes. Dia membawakan materi tentang peningkatan kualiatas ketahanan keluarga dalam rangka percepatan penurunan stunting.
Lien pun meminta para peserta KKN untuk mendata kasus stunting di semua desa dan kelurahan. Kegiatan tersebut, kata dia, penting dilakukan, karena masalah stunting adalah persoalan bangsa yang sangat serius yang sedang diupayakan untuk dituntaskan oleh Pemerintah provinsi NTT dan semua kabupaten/kota.
Menurut Kadis Lien, kasus stunting sedang didata dengan aplikasi Kobo Colect. Di mana, Dinas PPPA akan membantu agar para mahasiswa bisa mendata para penderita stunting guna memperkuat data basenya.
Dengan data base tersebut, pemerintah dan universitas seperti Unwira bisa menggunakannya secara bersama-sama untuk kepentingan mencari solusi terbaik dalam rangka mencegah dan menanggulangi kasus stunting di NTT.
Kegiatan pembekalan KKN-PPM Unwira lalu diakhiri dengan acara pembagian kelompok peserta KKN beserta Dosen Pendamping Lapangan atau DPL.
Acara yang dipandu oleh Ketua Panitia Pelaksana Gerady Tukan ini berlangsung semarak, karena para mahasiswa diarahkan untuk berbaur dalam kelompok-kelompok yang membuat mereka bisa bertemu dengan teman-teman baru dari jurusan berbeda.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba