Mbay, Vox NTT- Situasi tidak biasanya terpaksa dirasakan jurnalis di Nagekeo pada Senin (17/01/2022). Berniat hendak meliput kegiatan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), mereka justru disebut sebagai “penyusup” oleh salah satu penyelenggara kegiatan.
Tudingan jurnalis Nagekeo sebagai penyusup dilontarkan oleh salah seorang wanita di depan pintu masuk menuju tempat kegiatankegiatan yang berlokasi di Dusun Malapoma, Desa Rendu Butowe, Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo
Maksudnya mengarah wartawan bernama Bambang Noerdiansyah dan sejumlah jurnalis di Nagekeo lainnya karena tidak masuk dalam draf undangan penyelenggara.
Tudingan itu didengar oleh sejumlah peserta kegiatan. Salah seorang jurnalis Nagekeo bahkan mendokumentasikannya.
Belum ada informasi lebih detail terkait identitas perempuan ini. Dia mengenakan kacamata polos dengan kelopak mata kiri yang sedikit menghitam. Rambutnya terdiri dari tiga warna yakni merah, hitam dan putih.
Dia mengenakan baju berwarna biru dengan tulisan Perhimpunan Pembela Masyarakat Adat Nusantara pada dada kirinya.
Sementara, rekan lelaki bersamanya mengenakan jas, juga berwarna biru bertuliskan Persatuan Alumni Perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Keduanya dipastikan bukan warga dari Kabupaten Nagekeo.
Bambang Noerdiansah, salah satu jurnalis Nagekeo yang ikut dalam insiden itu berujar, awak media datang ke tempat itu hanya murni menjalankan tugas liputan.
“Kalau ada undangan dari AMAN kepada beberapa wartawan itu mungkin urusannya soal pembiayaan tapi kami ini bertugas dan tugas kami memang di Nagekeo ini,” katanya.
Aksi Kades Labolewa bersama warga yang mencabut bendera AMAN menjadi alasan utama jurnalis Nagekeo hadir untuk meliput kegiatan yang diselenggrakan AMAN.
Hingga berita ini diterbitkan, masing-masing pihak, baik ketua AMAN dan ketua Aliansi Jurnalis Nagekeo (ARJUNA) belum memberikan pernyataan apapun.
Penulis: Patrick Romeo Djawa
Editor: Ardy Abba