Borong, Vox NTT- Stefanus Gandi (SG) Institut memberikan bantuan sembako kepada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan pasien yang sudah sembuh di Kabupaten Manggarai Timur.
SG Institut tidak sendirian. Pemerintah Kabupaten Matim, Kelompok Kasih Insani (KKI) Matim, dan Caffee for Rest Borong juga ikut memberikan bantuan sembako yang diserahkan usai perayaan Ekaristi syukuran Natal dan Tahun Baru itu. Penyerahan berlangsung di Caffee for Rest Borong pada Rabu (19/01/2022).
Direktur SG Institut Stefanus Gandi dalam sambutannya mengatakan, kepedulian terhadap sesama adalah gerakan semua pihak.
“Dan mudah-mudahan kegiatan menghadirkan bapak-bapak yang sudah pulih, menjadi gerakan kita bersama bahwa apapun kita, jabatan kita, posisi kita bahwa semua kita sama, jadi mari kita peduli terhadap sekitar kita, tidak ada yang lebih kaya di dunia ini selain hati kita,” ungkapnya.
Ia mengaku tergerak hati untuk membantu kelompok ODGJ di Matim usai bertemu dengan Ketua KKI Matim, Markus Makur, belum lama ini.
Saat pertemuan singkat yang berlangsung di Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai itu, Markus Makur banyak membicarakan tentang misi kemanusiaan dalam membantu ODGJ.
“Kebetulan saya punya konsen pribadi terhadap gerakan sosial kemanusiaan. Jadi, saya pikir ayolah kita melakukan sesuatu dan saya melakukan ini tidak ada maksud apa-apa dan saya berada di sini kebetulan saya lagi ada kegiatan road show literasi di Pulau Flores,” ucap Stefan.
Sementara itu, Ketua KKI Matim Markus Makur mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pemulihan ODGJ yang mereka dampingi.
“Saya ucapkan terima kasih kepada Stefanus Gandi ( SG ) Institut, Pemda Manggarai Timur, Unika St. Paulus Ruteng dan suatu kehormatan ketika Pater Provinsial SVD Keuskupan Ruteng yang telah bersedia memimpin misa pada hari ini,” ungkap Markus.
Markus mengatakan, acara misa syukur Natal dan Tahun Baru Bersama orang-orang pulih dari derita jiwa tersebut baru pertama kali dilakukan selama 5 tahun berdirinya relawan Kelompok Kasih Insani Peduli dengan kesehatan jiwa.
“Dan mulai dari sekarang kita tidak boleh sebut lagi Orang Dengan Gangguan Jiwa dan mulai dari sekarang seperti pendiri menyampaikan bahwa peduli dengan sehat jiwa,” katanya.
Ia berharap setelah perayaan Ekaristi tersebut bisa berjalan bersama. Sebab, di wilayah Manggarai Timur masih ada yang dipasung.
“Misalnya ada di Mukun itu sudah 30 tahun yang masih dipasung dan kami tidak berdaya karena kami ini relawan yang tidak punya wewenang untuk melepas karena masih mengikuti prosedur-prosedur. Misalnya harus melalui diagnosis oleh dokter dan ada juga di Wae Musur dan Kampung Rembong dan yang di Wae Musur,” harapnya
Pada kesempatan yang sama, Sekda Matim Boni Hasudungan Siregar mengucapkan terima kasih dan merasa bangga karena telah mengambil bagian dalam acara tersebut.
“Karena peristiwa langka ini menggerakkan kita perduli terhadap sesama kita, saya kemarin ada kegiatan bersama Bapak Uskup dan ada istilah dari Bapak Uskup yang disampaikan ke saya yaitu tergerak, bergerak dan menggerakkan dan kadang kita itu cuman menggerakkan saja tetapi ketika yang lain berbuat baik kita ikut bergerak,” ungkap Sekda Boni.
Penulis: Ardy Abba