Labuan Bajo, Vox NTT- SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, lain dari seminari lain yang hanya menerima siswa.
Sejak tahun 2016 lalu, seminari yang berlokasi di Jalan Mgr. Van Bekkum, Wae Kelambu, Komodo, Kabupaten Manggarai Barat itu mulai menerima siswi.
“Tahun 2016 yang lalu, seminari ini memutuskan untuk menyelenggarakan sendiri pendidikan calon imamnya dengan satu kekhususan menerima siswi yang tergabung dalam seluruh proses seminari,” jelas Wakil Pimpinan Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo, RD. Emil Sarimas, saat membuka seminar di sekolah itu, Jumat (28/01/2022) pagi.
Menurut Pastor Emil, saat memutuskan untuk menerima siswi memang banyak menimbulkan pro dan kontra antara pemikiran modern dan pemikiran tradisional.
Namun kala itu, manajemen seminari berdiskusi dengan Uskup Ruteng berbasis pada data bahwa rata-rata 90 persen siswa yang sekolah di seminari tidak menjadi imam dan mereka hanya menjadi awam Katolik. Hanya 10 persen di antaranya yang lolos panggilan menjadi pastor.
“Itu berarti gereja secara tidak langsung mempersiapkan awam atau menjadi misionaris-misionaris. Itu yang putra. Tetapi yang putri gereja tidak pernah menyiapkannya secara khusus,” jelas Pastor Emil.
Padahal gereja masa depan, kata dia, adalah gereja kaum wanita. Sayangnya, gereja tidak mempersiapkan secara khusus untuk memberikan pengetahuan imam Katolik.
Karena itu, ketika para wanita menjadi awam mereka terjun bebas tanpa bermodalkan pengetahuan yang mumpuni dari sekolah formal akan iman Katolik.
“Dasar itulah menjadi dasar utama kita menerima putri atau siswi,” imbuh Pastor Emil.
Kini jumlah siswa di Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo sebanyak 266 orang. Dari total tersebut ada sebanyak 96 orang yang putri. Artinya, sepertiga anak sekolahnya adalah perempuan.
“Dan kalau pengalaman selama ini, kurang lebih beberapa tahun ini, lebih banyak kebaikannya dari pada keburukannya, untuk sementara,” terang Pastor Emil.
Sedangkan staf pengajar imam seluruhnya sebanyak tujuh (7) orang. Dua (2) orang di antaranya bertugas di KPP wilayah Tentang, Kecamatan Ndoso, Kabupaten Manggarai Barat.
Untuk diketahui, seminar bertajuk Urgensi Literasi Jurnalistik, Kewirausahaan dan Digital di Era Disrupsi’ itu digagas oleh dua lembaga. Keduanya, yakni Stefanus Gandi Institut dan Perennial Institut.
Seminar ini merupakan bagian akhir dari kirab literasi lintas Pulau Flores yang dilaksanakan oleh Stefanus Gandi Institut dan Perennial Institut.
Sekolah di Seminari sangat Diperhitungkan
Sebelumnya dikabarkan, Direktur Stefanus Gandi (SG) Institut, Stefanus Gandi, menilai tamatan sekolah Seminari sangat diperhitungkan di dunia luar.
Ia juga mengaku pernah ‘mengecap’ pendidikan di Seminari walau tidak bertahan lama. Itulah sebabnya, Stefan berani menilai para lulusan Seminari sangat diperhitungkan.
“Saya percaya adik-adik di sini grade ilmunya itu sangat tinggi ketimbang SMA pada umumnya,” kata Stefan saat seminar di Seminari St. Berkhmans Mataloko, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, Jumat (21/01/2022) sore.
Menurut dia, tamatan seminari sangat diperhitungkan karena lembaga pendidikan bagi calon pastor Katolik Roma itu memiliki karakter pendidikan yang khas.
Disiplin ilmu di seminari, kata Stefan, sangat tinggi dan sebagai tempat membangun karakter atau character building.
“Seminari itu adalah tempat untuk membangun karakter. Orang yang tamatan seminari itu sangat diperhitungkan baik dari segi kemampuan berkomunikasinya, leadership-nya, termasuk manajemennya dalam pengelolaan isu sangat bagus,” katanya.
Penulis: Ardy Abba