Ruteng, Vox NTT- Tahun 2019 lalu, ruas jalan yang terletak di Bilas, Kelurahan Golo Ru’u, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, dilanda longsor. Jalan tersebut merupakan satu-satunya jalur penghubung masyarakat Kecamatan Kuwus Barat.
Sejak saat itu, ruas jalan tersebut sangat sulit dilalui kendaraan roda empat. Kondisi demikian mendorong masyarakat dan aparat kelurahan setempat untuk menyampaikan laporan kepada Pemerintah Daerah (Pemda) Mabar.
Tiga tahun berlalu, kondisi jalan tersebut pun tidak kunjung diperbaiki. Meski sudah berulang kali menyampaikan laporan dan meminta Pemda untuk menangani, namun belum ditindaklanjuti. Menurut warga setempat, Pemda Mabar sudah tidak peduli dengan kondisi tersebut.
Karena semakin parah, pada Jumat (28/01/2022), warga setempat berupaya untuk memperbaikinya. Namun, upaya warga tidak berhasil. Kondisi yang curam karena bertahun-tahun dikikis air hujan memberatkan warga dalam melakukan perbaikan.
Salah seorang warga setempat Pilipus Jaman menjelaskan, kondisi jalan tersebut mengancam keberadaan rumahnya. Apalagi, rumahnya berada tepat di jalan yang kini dilanda longsor.
Ia mengisahkan, selama ini kendaraan yang melintasi jalur tersebut terpaksa harus mengambil posisi lebih dalam sampai menyentuh tembok penahan rumahnya. Akibatnya, tembok penahan rumah hampir saja roboh.
Kondisi tersebut terpaksa dilakukan mengingat sudah tiga tahun jalan belum juga diperbaiki. Selama ini, tanah yang tersisa dari longsor perlahan terkikis air hujan sehingga hanya tersisa satu meter badan jalan yang masih utuh.
“Keluhan itu kami sampaikan kepada Lurah, Camat dan ada dari Pemerintah Daerah yang datang. Mereka pihak pemerintah sering datang ke sini, tapi tidak ada tanda-tanda untuk perbaikan. Kami sangat kecewa,” ujar Pilipus.
Selain menyebabkan kendaraan sulit melintas dan rumah terancam roboh, dampak lain dari longsor yang tidak tertangani yakni pada hasil pertanian warga.
Pilipus mengisahkan, tumpukan tanah longsor telah menutup total saluran air yang merupakan satu-satunya saluran untuk mengairi 50 hektare lahan milik para petani. Saluran tersebut akhirnya ambruk. Air tidak lagi mengalir dengan baik karena salurannya jebol.
Untuk mengairi sawah, warga hanya bisa mengharapkan air hujan. Kondisi demikian berdampak buruk terhadap penghasilan warga yang turun drastis.
Warga setempat, menurut Pilipus, juga mengalami kesulitan mengangkut hasil komoditi yang dihasilkan karena kendaraan besar pengangkut komoditi tidak bisa melintas. Padahal, warga sekitar itu juga menaruh hidup pada komoditi berupa cengkih. Namun mengalami kendala karena akses jalan yang putus.
Terhadap kondisi tersebut, warga setempat menurut Pilipus, berharap penuh pada Pemda Mabar untuk segera mengambil langkah perbaikan. Namun, kalau saja Pemda juga masih bersikap “bodoh amat” maka ia tidak segan-segan memblokade total jalan tersebut karena mengancam posisi rumahnya.
“Kalau tidak kunjung diperbaiki, maka terpaksa kami tutup jalan ini, sehingga tidak mengancam kerusakan rumah. Jadi kami minta tolong agar diperbaiki,” tutup Pilipus.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba