Kertas Pengharapan
Pada secarik kertas pengharapan
Ku torehkan tinta kalbuku dalam sajak mimpi gelisah
Ku terjemahkan bayanganmu dalam bait yang indah
Dari sudut pena kulantunkan
Aku telah terhanyut dalam arus penantian
Tenggelam dalam semesta
Membuku kaku pada lamunan sepi
Untukmu yang kudambakan
Dari sudut sendiri ku munajatkan
Sebaris doa murni pada Tuhan
Semoga nanti dipersatukan pada waktu yang ditetapkan
Sajadah Jalanmu Tuhan
Aku berlari
Di bawah mentari dan langit
Yang menyinarkan kekuasaannya
Menembus kegelapan
Sorotan sinarnya mampu memberi bayang-bayang cahaya kehidupan
Aku berlari
Peluhku terguyur
Mencari jalan rahmat-Mu
Dalam kelarian itu
Terengah nafasku tersendak
Karena aku lemah
Aku tak bertengadah
Tak berdaya atas kebesarannmu
Sejadah pengabdianku
Tempat pengaduhan
Sehari semalam
Mengisi kesenjanganku
Ku tambah ibadah perpanjangan
Tiada akhir tanpamu
Tempat beribadah sepanjang hidup
Meninggalkanmu berat di hatiku
Semua keluh kesahku hanya engkau yang tahu
Wahyu Beringin Pulang
Mata kasat berlumur penat
Gelombang pilu melumatku
Menjerit nada beradu
Tumpuan hasta gemetar layu
Punggung terbungkuk bebanku
Meratap kala mengampu
Serentak kerangka retak berderak
Lugas menampar jelas
Rintihan lunglai menjumpai
Selayang wahyu beringin menaung
Mengambang mimpi kala malam sunyiku
Selaksa takdir terpikirkan
Membayang hancur jiwa yang kusut
Menghantui langkah upaya tak kuasa menahan nestapa
Perkara Rasa
Perkara puisi itu selera
Tentang kata mana yang dipilih dan dirangkai
Untuk ditemukan dan disatukan
Menjadi syair atau lagu
Bukan untuk dipermasalahkan
Perkara kopi itu juga selera
Tentang rasa mana yang dicecap dan diteguk
Untuk diresapi dan dinikmati
Menjadi cerita atau kisah
Bukan untuk diperdebatkan
Lain halnya dengan perkara cinta
Tentang arah rindu yang dihembus dan dituju
Untuk diterima atau ditolak
Menjadi tawa atau tangis
Bukan hak kita untuk tentukan
Setiap perkara punya hasratnya sendiri
Ditulis, diramu, dan dirasa
Namun satu yang sama
Ketiganya memiliki tempat di hati
Yang pernah terluka, kecewa, juga bahagia
Perihal Rindu
Bagiku, kamu adalah jeda
Lalu setiap jeda memiliki rindunya masing-masing
Aku berpikir keras akhir-akhir ini
Apakah lebih baik melompati jeda itu?
Ataukah menikmati setiap momen yang tercipta?
Sekarang, pertanyaan lain pun tak henti ikut mengusik
Akankah kamu memikirkanku di sini?
Atau sudah lupa tentang bagaimana kisah kita?
Sebenarnya, aku ingin menyampaikan segala rasa padamu
Tapi, ada tembok tak kasat mata yang menghalangiku
Kamu tahu apa itu?
Praduga tentang rasamu padaku yang tak lagi sama
Ah, aku serasa tanpa arah
Aku berharap secepatnya menemukan jawaban atas segala tanya
Baik perihal rinduku atau tentang rasamu
Entah itu rindu yang berakhir temu
Atau rasamu yang telah lama mati