Bali, Vox NTT- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berkolaborasi dengan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Bali menggelar Forum Group Discussion tentang Penguatan Destinasi Desa Wisata Bali di Museum Pustaka Lontar Desa Dukuh Penaban, Karangasem, Rabu (22/02/2022).
Dalam acara tersebut, hadir sekaligus sebagai narasumber FGD, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf RI Vinsensius Jemadu, Kadis Pariwisata Provinsi Bali Tjok Bagus Pemayun, Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem yang diwakili Ni Made Suradnyani selaku Kabid Destinasi dan Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Karangasem dan Praktisi Pariwisata yang juga anggota ASITA Bali I Kadek Darmayasa dan pemandu acara dialog Dewa Suta Sastra Dinata (Dewa Sastra).
Kegiatan FGD bertujuan untuk memajukan desa wisata di Bali. Hal ini sejalan dengan visi misi Pemerintah Bali, sekaligus juga memberikan dorongan kepada pelaku pariwisata setempat agar bisa bangkit di masa sulit pada era pandemi.
Dalam sambutannya, Ketua SMSI Bali Emanuel Dewata Oja menjelaskan, dipilihnya Desa Adat Dukuh Penaban, Karangasem menjadi tempat FGD merupakan dari hasil penelitian dari beberapa desa dan berdasarkan kajian.
“Desa Dukuh Penaban ini kami pilih sebagai tempat FGD setelah melalui kajian tim SMSI bahwa Desa ini sudah layak jadi Desa Wisata. Dengan hasil kajian itu kami ingin agar hasil dari FGD bisa menjadikan Desa Penaban ini ditetapkan menjadi Desa Wisata,” jelas pria yang akrab disapa Edo tersebut.
Edo menambahkan, untuk menjadikan destinasi wisata menjadi dikenal bahkan banyak dikunjungi para wisatawan untuk promosinya diharapkan bekerja sama dengan media yang kredibel dan mainstream (arus utama) seperti 43 media online yang tergabung di dalam SMSI Bali.
Sedangkan untuk promosi di media sosial (medsos), pihaknya melihat banyak kerawanan yang bisa terjadi di sana karena tidak ada yang memfilter isu seperti halnya banyaknya ujaran kebencian, propaganda dan lebih banyak lagi isu-isu liar yang beredar di medsos.
“Kalau promosi maupun isu ketika sudah di tangan media mainstream sudah pasti akan menjadi berita yang kredibel karena seorang jurnalis mainstream dalam membuat berita maupun promosi sesuai dengan fakta dan melalui proses verifikasi redaksi,” jelasnya.
Edo menambahkan, di era pandemi pariwisata Bali sudah jelas menerima dampak yang besar, bahkan isu negatif yang beredar di luar negeri mengatakan bahwa Bali tidak becus menangani Covid-19.
Sehingga ia menilai, untuk memulihkan pariwisata Bali perlu perlawanan dengan isu dan kampanye positif yang peran utamanya harus dari media mainstream.
“Untuk itulah SMSI mengajak para anggotanya yang sebagian besar memiliki jurnalis dari media mainstream untuk mengampanyekan pemberitaan prokes agar Bali Bangkit dari keterpurukan,” ungkapnya.
Sementara Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf RI Vinsensius Jemadu memaparkan adanya FGD Penguatan Destinasi Desa Wisata yang berkolaborasi dengan SMSI Bali sudah sesuai dengan program Kementerian Pariwisata yaitu, Gercep (Gerak Cepat), Geber (Gerak Bersama), Gaspol (Garap Semua Potensi untuk Lapangan Pekerjaan).
Artinya, Desa Dukuh Penaban merupakan sudah menjadi Local Champion yang sudah bisa menjadi Desa Wisata.
“Saya sudah berkeliling dan melihat Desa Dukuh Penaban sudah sangat bagus bahkan sudah masuk kategori pengembangan Desa Wisata yaitu rintisan, berkembang maju dan mandiri, dan saya lihat Desa Dukuh Penaban adalah desa maju dan Pokdarwis (kelompok sadar wisata) nya pun menjadi juara nasional. Dan saya sangat menyayangkan Desa Dukuh Penaban tidak mendapat SK Desa Wisata dari Bupati Karangasem. Saya mohon kepada Ibu Kabid Pariwisata yang mewakili Kadis Pariwisata Karangasem untuk segera mengkomunikasikan agar Desa Dukuh Penaban menjadi Desa Wisata,” pungkasnya.
Wakil Bandesa Adat Desa Dukuh Penaban Nengah Sudana W menyambut gembira dan mengapresiasi Kemenparekraf RI dan SMSI Bali yang telah memilih desanya menjadi lokasi FGD ini.
Ia menuturkan awalnya tahun 2016 saat pemerintah mendorong desa adat memprakarsai desa wisata, pihaknya sejak tahun 2017 mulai membuat inovasi bagaimana meningkatkan potensi wisata di desa.
Awalnya hendak membangun gudang namun jika membangun gudang identik dengan menyimpan barang bekas.
“Kalau museum ada upaya penyelamatan dan pelestarian budaya. Kemudian muncul ide membangun museum lontar dimiliki oleh masyarakat kami sendiri di tanah desa adat seluas 1,5 hektare,” ungkapnya.
Desa Dukuh Penaban, imbuh Sudana, terdiri dari dua banjar adat yakni Banjar Adat Bukit Ngandang dan Banjar Adat Dukuh Penaban dengan 150 KK dan 300 orang warganya berada di perantauan.
Sudana menegaskan, selama ini pembangunan Museum Pustaka Lontar Desa Dukuh Penaban ini belum pernah sama sekali mendapatkan bantuan dari pemerintah. Semuanya murni dari swadaya warga desa adatnya dan ada bantuan dari pihak Universitas Surakarta dan dari Perancis untuk perangkat alih aksara digitalisasi lontar sesuai standar internasional.
Padahal, tandas Sudana, Desa Dukuh Penaban meraih banyak prestasi tingkat nasional di antaranya sudah dua kali memperoleh penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) tahun 2020 sebagai Pemilik Ide Membangun Museum Lontar dan kedua, memiliki Maestro Lontar, salah satu karyawan Museum Leiden Belanda yakni Dewa Gede Catra sebagai penyulih dan penulis lontar terbanyak.
Penghargaan lainnya yang berhasil diraih, Juara 1 Terbaik Nasional kategori Pokdarwis Mandiri tahun 2019 dari Menteri Pariwisata penghargaan Lomba Pokdarwis tingkat Provinsi Bali tahun 2019, dan juga penghargaan dari Bupati Karangasem IGA Mas Sumatri kepada Museum Pustaka Lontar Desa Dukuh Penaban dalam melestarikan aset warisan, tradisi, ritual, dan budaya tahun 2019, penghargaan Pelestari Naskah Kuno dari Perpustakaan Nasional tahun 2019.
“Pada kesempatan ini kami berharap kepada Deputi Kemenparekraf dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Karangasem memberikan kami support dan semangat agar SK Desa Wisata kami terbit dan gedung museum lontar dapat segera terwujud sesuai harapan masyarakat kami,” pinta Wakil Bandesa Adat.
Pada bagian lain, FGD juga diisi pengumuman pemenang Lomba News Content Creator Penguatan Destinasi Desa Wisata Kemenparekraf RI-SMSI Bali tahun 2022.
Dalam lomba ini, ada beberapa poin dan kriteria yang mendasari penilaian Dewan Juri News Konten Kreator.
Antara lain: Kriteria Gramatikal, tata bahasa, teknis penulisan, Pemenuhan kaidah jurnalistik (akurasi data, berimbang dan sesuai fakta), Kriteria IT, google analytics, viewer, share, dan engagement.
Kriteria Penilaian Juri dari sisi materi adalah orisinalitas dan kesesuaian tema, wawasan/pemahaman (terhadap desa wisata) dan penulisan (inspiratif, edukatif, mudah dipahami, menimbulkan kesan positif).
Surat Keputusan No: 29/SMSI-A/II/2022 tentang Hasil Penilaian Dewan Juri Lomba News Konten Kreator berdasarkan rapat Dewan Juri pada tanggal 20 Februari 2022 di Gedung PWI Bali.
Hasilnya, terpilih tiga pemenang dari lima besar dalam lomba yang diikuti 16 peserta, yang merupakan wartawan media lokal di Bali.
Terpilih sebagai juara pertama adalah Ni Kadek Novi Febriani dari media radarbali.id dengan judul berita “Pesona Desa Wisata Temukus yang Masih Terbungkus” dan berhak atas uang Rp 3 juta.
Disusul juara kedua Ni Luh Dian Suryantini dari baliexpress.jawapos.com dengan judul berita “Unik, Menggantung Ari-Ari di Tigawasa sebagai Penghormatan 4 Saudara” dan menerima uang tunai Rp 2 juta.
Sedangkan juara ketiga jatuh kepada Angga Wijaya dari media gemabali.id dengan judul berita “Kampung Loloan, Mutiara Terpendam di Bali Barat”, yang menerima uang Rp 1 juta.
Untuk juara ketiga hadiah diserahkan oleh Ketua SMSI Bali, juara Kedua Kadis Pariwisata Prov Bali dan juara pertama hadiah diserahkan oleh Deputi Kemenparekraf RI Vinsensius Jemadu.
Untuk juara 1 hingga 3 juga menerima plakat dan piagam. Sedangkan lima besar menerima piagam penghargaan.
Penulis: Ardy Abba