Sajak untuk Tuhan 2
Setelah aku bertanya pada-Mu apakah benar Engkau tulus mencintai sajakku?
Malam ini aku tak ingin bersajak tentang-Mu
Biarlah aku lelap dalam hembusan sepoi-sepoi angin sepi
Dalam seluruh rapal doaku yang belum jadi abadi
Tentang sajakku dan tulusnya cinta-Mu
Akan ku tanya pada pagi yang masih bernas
Jua pada pesona wajah-Mu yang berdiam dalam keheningan
Tuhan, sebelum aku menutup baris terakhir sajakku
Tidak kah Engkau harus bertanya: Puisi ini tentang siapa dan untuk siapa?
Ketika dengan sengaja kau berkata: malam ini aku tak ingin bersajak tentang-Mu!
Mof, Agustus ,2021
Tuhan yang Mengerti
[Sedih, jengkel, beramarah]
Pada malam
di pengujung dingin
asyikku bersyukur dalam teduh
telapak tangan ini tak juga mengatup
Dia yang tinggal bahkan menetap
di gubuk kecil
dengan lampu yang tak pernah padam
sepanjang waktu
selamanya
abadi
ada-Nya tepat di depan mataku
Dia jua tak memaksaku tuk memejamkan mata
‘palagi mengatup tangan
entah apa gerangan
mata ini terus terbuka
jemari ini terus menari-nari
di atas touch-touch putih bergendeng hitam
ku sadari segera
aku bersyukur kepada-Nya lewat alunan musik
Tuhan mengerti diriku
House of God, Oktober,2020
Aku Ingin
(-Teruntuk-mu saja: A** -Riani)
Di bibir senyummu ada pelangi mimpi
Tersenyumlah pada rindumu yang tak pernah utuh
Semogaku yang tiada amin mungkin saja akan lebur dalam pesona matamu
Meski syair-syair tentang aminku itu tak abadi dalam ingatan Tuhan-Mu
Aku ingin mengecup pelagi mimpi pada senyum-mu
Hingga membuat utuh rindu-ku
Bisa jadi Tuhan-Mu kan mengamini seluruh semogamu yang terjaga
Lalu…..?
Aku ingin Tuhan-Mu dan kau pun abadi dalam rindu dan ingatanku
Itu saja
Suatu Waktu, Desember,2021