Oleh: Lalik Kongkar
Memanggil Rindu pada Pengagum Sunyi
Aku rindu pada pantai
Nyanyian angin
Deru ombak
Menyatu menjadi keindahan melodi
Memanggil rindu pada para pengagum sunyi
Aku rindu pada senja
Langit jingga
Beradu dengan kegelapan
Menciptakan bias cahaya yang indah
Di mataku pantai dan senja selalu bercumbu mesra
Aku suka bercerita pada senja
Sambil menikmati semilir angin
Melihat ombak mengecup bibir pantai
Hari ini aku masih bisa menemui jingga lewat jendela
Berhiaskan gedung kota
Tak ada nyanyian angin
Tanpa suara ombak
Aku memanggil senja untuk bercerita
Sebuah kisah pilu yang kualami
Terkurung dalam sunyi yang dulu kirindukan
Semoga sepi ini akan berlalu
Hingga aku bisa kembali menemuimu dalam keindahan
Hujan, Kenangan dan Tepian Angan-angan
Rintik hujan pagi ini membasuh luka yang terlihat samar dibalik halimun
Dan entah, janji yang sejatinya akan kutunaikan, terpuruk lunglai di rerumputan
Tak berdaya, bersama senarai kisah kita yang terbang melayang bersama angin
Lenyap, menyisakan jelaga di tepian angan-angan
“Adalah tak tepat,” katamu selalu,”memaknai perjalanan dengan senyum, sementara
relief keheningan menikam perih di sekujur jiwa yang letih”
Kenangan memang tak pernah bisa berdamai dengan harapan
Narasi indah yang kau tuang di selarik sajak pada secarik kertas usang
Adalah ironi yang menyesakkan, ketika angkara menguasai dan aksara jadi luluh makna
Dan menangani kesendirian dalam gumam sedih yang lirih
kerapkali jadi bagian romantika muram atau justru apologi semu atas kegagalan kita merefleksi diri
Bahkan malah kesombongan kita menyikapi impian
“Kerinduan,”tuturmu gundah, “akan menemukan ujung jalannya sendiri, dalam riuh suasana atau senyap gulita dan biarlah derai hujan utuh membasahinya, karena kita tak akan menyisakan ruang untuk dusta.
Semuanya Untukmu
Telah kucuri fajar dari timur
Bersama segudang mimpi yang menjelma ilusi
Agar ketika kau mencari
Kau menemui hati ini
Telah ku rebut mentari tengah hari
Dari kerumunan segala keluhan
Agar ketika kau berkeringat,
Tetap terus semangat
Telah ku potret sinar jingga,
Dari amarah-amarah polusi roda.
Agar ketika kau pulang dengan setumpuk persoalan,
Ku hidangkan di dalam matamu.
Kekasih….
Telah ku penjarakan bulan dan bintang,
Di dalam jeruji diri kesunyian.
Agar ketika kau dirundung gelap,
Ku kirim mereka untuk mendekap