Kupang, Vox NTT- Salim Mansyur Sitta, Cs masih kekeh ingin mengklaim sebagai ahli waris yang sah untuk tiga bidang tanah yakni, Danu Ina Pagar Panjang dan Pantai.
Pada bulan Maret lalu, Salim, Cs kembali mengajukan gugatan atas penetapan waris pada dengan putusan 16 Maret 1993 di Pengadilan Negeri Kefamenanu. Padahal, putusan soal ahli waris itu telah dicabut pada tahun 1997.
Kuasa hukum ahli waris sah, Essau Konai, yakni Fransisco Bessie menjelaskan terkait status tanah warisan tanah Konai. Proses hukum yang dilakukan oleh ahli waris yang lain terus berjalan.
“Tanggal 31 Maret Putusan PN Kefa nomor 20 memutuskan bahwa gugatan tidak dapat diterima. Karena berdasarkan pasal 1917 kedua terkait dengan surat Edaran MA nomor 7 Tahun 2012. Putusan itu memperkuat putusan 2015 dan 2016.
Putusan yang satu berkaitan dengan putusan lain. Putusan hanya bisa digugurkan dengan ada putusan lebih tinggi membatalkan putusan yang rendah dan putusan yang baru mengalahkan putusan yang lama. Selama itu tidak dilakukan maka akan sama saja,” katanya.
Sisko menjelaskan, Tanah Pagar Panjang, Pante dan Danau Ina materi pokoknya sama yakni majelis menyatakan tidak dapat diterima.
“Perkara ini telah selesai sebenarnya,” ujar dia.
Sementara ahli waris Essau Konai yakni anak kandungnya, Marten S. Konai mengatakan, gugatan yang dilayangkan Salim, Cs di Pengadilan Negeri Kefamenanu hanya mengada-ada dan pura-pura.
“Ada penetapan nomor 17 yang mereka pakai di pengadilan. Selama ini mereka sembunyikan. Mereka ingin PN Kefamenanu cabut penetapan itu agar mereka bisa menjadi ahli waris. Kita daftar jadi penggugat intervensi Tanggal 31 maret kemarin putusan di PN Kefa bahwa gugatan mereka tidak dapat diterima karena sudah berperkara pada obyek yang sama di antara mereka. Kita tunjukan bukti-bukti di PN Kefa,” jelas Marten.
Ia menambhakan, sebelum terjadi putusan PN Kefamenanu melalui kuasa hukum mereka pernah membuat iklan mengumumkan orang-orang di atas obyek agar perlu menyiapkan segala sesuatu karena mereka juga ahli waris.
“Berita itu sempat dimuat, sehingga pada saat putusan ini keluar bahwa ada orang-orang yang ingin menguasai obyek sehingga sejak kemarin kita jaga obyek. Kalau orang lihat banyak orang di sana (Oesapa dan Oesapa Selatan) itu mereka tidak tahu kronologis dan ulah dari pihak pihak yang sudah kalah,” katanya.
Pihaknya, demikian Marten, sementara mewanti di beberapa obyek tanah karena diinformasikan akan ada penyerobotan.
“Saya sudah kirim surat ke Kapolres minta pengamanan. Tidak ada konflik karena kita bersurat secara resmi yang kita lakukan di lapangan adalah pencegahan,” tandasnya.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba