Sumba Tengah, Vox NTT- Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Sumba Tengah mengunjungi tiga SD di wilayah itu, Kamis (07/04/2022).
Dalam kunjungan yang menggandeng Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI) itu bertujuan untuk memantau upaya pemulihan pembelajaran di masa pandemi Covid-19. Selain itu, untuk memberikan gambaran teknis tentang pelaksanaan Program INOVASI di lapangan.
Selain Kepala Dinas PPO Bernardus B. Gela dan Manajer INOVASI NTT Hironimus Sugi, sejumlah pejabat daerah setempat ikut serta dalam pemantauan bersama.
Termasuk di antaranya; Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Adri U. Sabaora, Ketua Komisi Bidang Pendidikan DPRD Henok Haba Dota, Kepala Dinas Perpustakaan Daerah Boni U. P. B. Yora, serta perwakilan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) dan Bappelitbangda.
Para peserta dibagi ke dalam tiga kelompok dan masing-masing mengunjungi sekolah yang berbeda.
Tiga sekolah yang dikunjungi adalah SD Islam Mananga, SD Inpres Binawatu, dan SD Masehi Mambitul.
Dari ketiga sekolah ini, hanya SD Masehi Mambitul yang bukan sekolah mitra INOVASI.
Pemilihan satu sekolah non mitra ini bertujuan untuk memperkaya hasil pemantauan dan dapat memfasilitasi pertukaran informasi, inspirasi, dan praktik baik pendidikan yang dilakukan di masing-masing sekolah.
Pemantauan berlangsung dari pagi hingga siang hari. Selama pemantauan, para peserta melakukan observasi pembelajaran yang difokuskan pada kelas 1, 2, dan 3, serta melakukan wawancara singkat dengan para guru dan kepala sekolah.
Usai observasi, peserta kembali ke Anakalang untuk berbagi hasil pemantauan dari masing-masing sekolah di Kafe Winnu Karabi.
Salah satu hal yang disoroti oleh para peserta adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan kemampuan siswa.
Kepala Dinas Perpustakaan Daerah Kabupaten Sumba Tengah Boni U. P. B. Yora mengatakan, pengelompokan yang dilakukan oleh guru membantu siswa lebih cepat memahami pembelajaran.
“Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai kemampuan mereka dan ini ternyata membantu peningkatan kemampuan siswa,” kata Boni terkait hasil pengamatannya di SD Islam Mananga, Jumat (08/04/2022).
Ketua Komisi Bidang Pendidikan DPRD Henok Haba Dota yang mengunjungi sekolah yang sama juga mengatakan hal serupa.
“Ada perubahan yang signifikan. Semangat dari guru dan kepala sekolah dalam proses pembelajaran dan pengelompokan siswa berbasis kompetensi mereka mendorong perubahan ini,” ujar Henok.
Menurut Henok, perlu ada kerja sama antarlembaga terkait untuk meyakinkan tim anggaran di Kabupaten Sumba Tengah. Itu terutama untuk mendukung program-program pendidikan di Kabupaten Sumba Tengah seperti 3M.
Hal yang menarik yang menjadi temuan para peserta pemantauan adalah di SD Masehi Mambitul. Pengelompokan serupa juga dilakukan.
Hanya saja, kata Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Adri U. Sabaora, guru masih berfokus pada dua kelompok saja.
“Pengelompokan memang sudah dilakukan tetapi guru hanya memperhatikan dua titik ekstrem saja yaitu kelompok yang sudah lancar (membaca) dan yang belum lancar,” ungkap Adri.
Meski demikian, Kepala Dinas PPO Bernardus B. Gela mengapresiasi upaya-upaya kreatif yang dilakukan oleh guru dan sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran di SD Masehi Mambitul.
“Walaupun sekolah ini bukan dampingan INOVASI tetapi cukup baik dalam perkembangannya. Sekolah ini secara konsisten menerapkan pemetaan 3M (Membaca, Menulis, dan Menghitung) dan hasilnya selalu dikirimkan ke dinas (PPO),” puji Bernardus.
Ruang kelas di SD Masehi Mambitul juga terbilang cukup literat. Setiap kelas memiliki pojok baca dan beragam media literasi.
Guru-guru pun memanfaatkan benda-benda sekitar sebagai alat bantu pembelajaran seperti kemasan susu hingga uang.
Namun menurut Adri, sebagai sekolah yang masih berada dalam perimeter Kota Waibakul, perkembangan SD Masehi Mambitul terpaut cukup jauh dari SD lainnya di daerah tersebut.
Sementara itu, di SD Inpres Binawatu, berbagai hal menarik juga ditemukan. Setiap kelas memiliki pojok pasar, mirip seperti pojok baca.
Bedanya, pojok pasar digunakan untuk melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan numerasi mereka seperti mengenal angka melalui praktik berbelanja.
Tidak hanya itu, ruang kelas awal terlihat penuh dengan media literasi.
Budaya baca dikembangkan melalui program membaca di perpustakaan ramah anak dengan lebih dari 1.000 eksemplar buku cerita berjenjang yang ditata rapi dan mudah diakses.
Perpustakaan ini adalah kolaborasi antara INOVASI dan Yayasan Taman Bacaan Pelangi (TBP). Perpustakaan serupa juga ada di SD Islam Mananga
Namun terlepas dari berbagai temuan positif tersebut, masih banyak yang menjadi pekerjaan rumah bagi semua aktor pembangunan pendidikan.
Kerja sama antara semua elemen sekolah perlu ditingkatkan, termasuk antara kepala sekolah dan guru, sekolah dan komite sekolah, serta sekolah dan orang tua siswa.
Media dan alat bantu pembelajaran agar dapat digunakan dengan maksimal oleh siswa. Tidak disimpan dalam lemari yang tidak bisa diakses oleh siswa.
Praktik baik yang ada di kelas rendah perlu ditiru oleh kelas tinggi sehingga upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi kolektif dan integratif.
Terpisah, Manajer Program INOVASI NTT, Hironimus Sugi mengatakan upaya peningkatan literasi anak perlu mendapat perhatian khusus.
“Bila sampai kelas 5-6 masih ada siswa yang mengeja, ini tentu adalah masalah besar,” kata Hiro menggarisbawahi temuan di salah satu sekolah di mana masih ada siswa kelas tinggi yang belum lancar membaca.
Menurut Kepala Dinas P dan K Sumba Tengah, di luar sekolah, kolaborasi multipihak dan lintas sektor harus digalakkan.
“Yang terdepan adalah Fasda (Fasilitator Daerah) yang telah dilatih INOVASI untuk memastikan praktik-praktik baik yang telah dilakukan bersama INOVASI bisa dilanjutkan,” Tandasnya.
Sebagai informasi, pemantauan bersama ini akan dilakukan di lima kabupaten mitra INOVASI di Provinsi NTT yaitu Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, Sumba Barat Daya, dan Nagekeo.
Pemantauan di Sumba Tengah adalah yang pertama. Kegiatan ini akan dilanjutkan pada 21 April di Kabupaten Sumba Barat. [*]