Labuan Bajo, Vox NTT- Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) memang kejam, karena mematikan seluruh sendi-sendi kehidupan manusia di dunia.
Wabah Covid-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Hubei, Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019. Virus mematikan ini ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020.
Sejak saat itu hingga 11 April 2022, data menunjukkan setidaknya 500 juta kasus terkonfirmasi positif dan merenggut sebanyak 6,18 juta nyawa di dunia. Sedangkan di Indonesia ada 6,03 juta kasus dan 156 ribu meninggal dunia.
Covid-19 tidak saja merenggut nyawa, seluruh sendi-sendi kehidupan pun ikut terganggu. Ekonomi merosot, pendidikan terganggu, kesehatan apalagi. Bahkan relasi sosial menjadi kaku akibat jaga jarak sebagai bagian dari menjalankan protokol kesehatan penanganan Covid-19.
Parahnya, akibat Covid-19 menimbulkan fobia atau ketakutan baru, yang dikenal dengan coronaphobia.
Coronaphobia merupakan ketakutan yang berlebihan terhadap paparan Covid-19.
Penyebaran virus ini juga telah berdampak pada kehidupan keagamaan umat manusia. Termasuk di antaranya kehidupan menggereja bagi umat Katolik.
Kondisi pahit akibat pandemi Covid-19 tentu memunculkan kerinduan bertemu dengan Kristus. Meskipun tidak secara fisik dalam komuni di Gereja, iman terus muncul melalui jejak digital baik secara pribadi maupun di dalam keluarga.
Umat Katolik sudah hampir tiga tahun merayakan Paskah di tengah pandemi Covid-19. Meski fobia dengan virus ini, umat Katolik tentu tidak menurunkan niatnya dalam merayakan Paskah.
Pahit memang rasanya, karena menjalankan perayaan Paskah di tengah kebiasaan baru akibat gempuran wabah Covid-19. Di satu sisi impitan ekonomi terus menyerang sisi kehidupan umat.
Pengalaman ini juga turut dirasakan Direktur Lembaga Stefanus Gandi Institut (SGI), Stefanus Gandi. Itulah sebabnya, ia membantu lilin Paskah, hosti dan kemenyan untuk sejumlah gereja di Manggarai Raya, Nusa Tenggara Timur.
Stefanus mengatakan, lilin, hosti dan kemenyan adalah bahan yang sangat dibutuhkan setiap kali perayaan Ekaristi dan perayaan besar lain dalam Gereja Katolik.
“Ketika krisis akibat Covid-19 mungkin banyak pemimpin gereja yang cemas terkait implikasi jangka panjang dari pandemi ini. Karena itu, kita mesti hadir membantu gereja, walaupun dari saya memang tidak seberapa. Mudah-mudahan bermanfaat,” kata Stefanus kepada VoxNtt.com, Kamis (14/04/2022).
Ia menjelaskan, dalam ajaran Katolik lilin Paskah menjadi simbol penerangan yang bermakna bahwa Kristus telah bangkit dari kematian. Ia bangkit dan telah mengalahkan maut.
BACA JUGA: Jelang Paskah, Stefanus Gandi Beri Bantuan Lilin dan Hosti untuk Gereja
Nyala api melambangkan keilahian, bahwa Kristus adalah terang dunia. Cahaya kebangkitan Kristus membantu kita berjalan dalam terang.
Sedangkan kemenyan dipakai sebagai persembahan wangi-wangian dalam gereja Katolik. Lalu, Gereja Katolik meyakini bahwa hosti dan anggur yang telah dikonsekrasi sebagai sungguh-sungguh tubuh dan darah Kristus.
Paskah tahun 2022 ini juga tentu punya tantangan tersendiri dalam spirit iman kekatolikan karena dijalankan di tengah wabah Covid-19.
Meski sulit dan tertatih-tatih, Stefanus mengajak untuk terus melangkah maju menjaga keberlangsungan hidup dan iman.
Setiap umat harus terus mendorong semangat pribadi agar tidak mudah menyerah dengan keadaan. Sebab, setiap umat pasti memiliki mimpi atau keinginan yang ingin dicapai.
Untuk menggapai impian, lanjut dia, tentunya dibutuhkan sifat tidak kenal lelah, pantang menyerah, dan tekad yang kuat sekuat baja.
“Dengan bantuan ini, semoga bisa membukakan pintu hati kita akan penderitaan orang lain di sekitar kita. Itulah makna lilin Paskah menurut saya,” terang Direktur Indojet Sarana Aviasi itu.
Stefanus berharap Paskah senantiasa menghadirkan suasana damai dan semangat suka cita bagi seluruh umat manusia yang telah ditebus oleh kuasa kebangkitan Kristus.
Bukan Kali Pertama
Stefanus Gandi membantu untuk pembangunan tempat-tempat ibadah bukan kali pertama.
Ia sendiri menargetkan bantuan 10.000 sak semen untuk pembangunan tempat-tempat ibadah di Manggarai Raya hingga akhir 2023 mendatang.
Hingga kini memang puluhan tempat ibadah seperti gereja dan masjid di Manggarai Raya sudah dibantu berupa semen oleh Lembaga SGI di bawah pimpinan Stefanus Gandi. Jumlah bantuan semen bervariasi mulai dari 50 hingga 100 sak semen per tempat ibadah.
Selain itu, Stefanus Gandi juga menyalurkan paket bantuan sembako untuk sejumlah warga di beberapa tempat, para janda, berbagai komunitas dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
Sedangkan di bidang literasi, SGI menggandeng Perennial Institut telah melakukan road show literasi, kewirausahaan dan jurnalistik di daratan Flores, mulai dari Labuan Bajo Manggarai Barat hingga Larantuka Flores Timur.
Road show secara marathon selama 14 hari sejak 14-28 Januari 2022 itu pernah mendapatkan penghargaan dari Lembaga Prestasi Indonesia-Dunia (Leprid). [*]